Hidup ini memang seperti bom waktu yang bisa meledak kapanpun jika kita menyerah dan putus asa. Kehidupan yang semakin keras membuat semua orang berlomba-lomba untuk melawan kerasnya hidup ini. Berbagai carapun dilakukan demi sesuap nasi, ya hanya sesuap nasi bukan untuk sebongkah berlian.
Aku mungkin adalah satu dari sekian banyak orang yang sedang berlomba – lomba untuk melawan kerasnya hidup ini. Berlomba-lomba mencari rupiah untuk memenuhi segala kebutuhan. Ya dizaman yang serba mahal seperti ini uang sangat sekali diperlukan. Semua kalangan membutuhkan uang, akan sulit sekali rasanya hidup ini jika tidak memiliki uang.
Setiap kali aku melihat kau berjalan dengan sepatu boot sederhana, baju usang, dan karung yang menemani kemanapun kau pergi aku merasakan miris yang luar biasa. Dadaku terasa sesak dan ingin rasanya menjatuhkan lelehan bening yang ada dimataku. Ya aku ingin menangis setiap kali aku melihatku berjalan mencari barang-barang yang sudah tidak terpakai. Menurutku kehidupan ini benar-benar kejam, bahkan anak sepolos kau pun harus rela menghilangkan waktu bermain bersama teman sebayamu hanya untuk mencari barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Pernah terlintas difikiranku, betapa kejam orangtuamu membiarkan mu melawan kerasnya hidup ini sendirian. Seharusnya anak sepolos sepertimu hanya memikirkan sekolah, jajan, dan main. Aku memang tidak tau siapa dirimu, tidak tau dimana rumahmu, bagaimana latar belakang keluargamu. Tapi aku selalu menyebutmu pejuang kecil keluarga yang selalu aku lihat di sudut kota ini.
Aku memang bukan orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, tapi ingin rasanya aku mengumpulkan anak-anak yang sama profesinya denganmu, yang sehari-hari hanya mencari barang-barang yang sudah tidak terpakai. Aku ingin nmengetahui seberapa kerasnya hidup ini sampai anak seusia kalianpun harus ikut sibuk mencari rupiah demi menyambung hidup dan memenuhi segala kebutuhan hidup ini.
<>2. Aku malu pada diriku sendiri yang masih menyusahkan orangtuaku>Mungkin aku termasuk anak yang beruntung dapat menikmati masa kecilku dulu dengan penuh keceriaan tanpa harus memikirkan bagaimana mencari uang. Berbeda dengan kau pejuang kecil, kau mencari barang-barang yang tidak terpakai kemudian dijual, lalu entah untuk apa uangnya. Apakah kau gunakan untuk kebutuhanmu sendiri? Atau untuk membantu perekonomian keluargamu, entahlah hatiku seperti tersayat jika melihatmu berjuang sendiri melawan arus kehidupan ini.
Aku malu pada diriku sendiri, aku sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri tapi aku masih saja menyusahkan orangtuaku. Masih meringik seperti anak kecil jika keinginanku tidak terpenuhi, sungguh aku malu. Pejuang kecil, apa kau pernah meringik jika keinginanmu tidak terpenuhi? Apa kau pernah mengeluh jika kau lelah mencari barang-barang bekas? Aku rasa kau anak yang kuat yang tidak pantang menyerah, aku rasa kau tidak sepertiku yang masih meringik dan menyusahkan orangtua.
Apapun profesimu sekarang semoga suatu saat dunia melihatmu, dan bisa bangga padamu. Semoga kelak kau akan menjadi anak yang sukses, yang bisa menyejahterakan keluargamu.
<>3. Jangan lupakan duniamu sebagai anak-anak, karena kaupun perlu merasakan indahnya dunia anak>Di negri ini anak-anak yang memiliki profesi sepertimu tentu bukan hanya kau seorang, masih banyak lagi anak-anak yang kehilangan dunianya karna harus ikut merasakan kepahitan hidup ini. Meskipun profesimu menghabiskan waktumu untuk bermain dengan teman sebayamu, tapi janganlah lupakan indahnya dunia anak-anak. Kau adalah anak-anak yang masih harus mendapatkan keceriaan, jangan sampai setelah kau dewasa nanti kau lupa bagaimana indahnya dunia anak-anak.
Aku diam-diam bangga padamu, meski aku tidak mengenalmu, bahkan bertatap muka denganmu pun sama sekali belum pernah dan sepertinya aku tidak sanggup. Melihatmu dari kejauhanpun hatiku sudah seperti tersayat, biarlah aku diam-diam memperhatikanmu dan mendoakanmu semoga suatu saat kau jadi anak perguna bagi nusa dan bangsa.
Bagiku kau tetap pejuang kecil bagi keluargamu, dan aku sangat bangga padamu. Aku hanya orang asing yang selalu melihatmu disudut kota ini.
<>4. Aku semakin mengetahui bagaimana caranya bersyukur>Aku memang lebih tua darimu, tapi kau yang mengajariku untuk jadi orang yang tidak mudah mengeluh. Terkadang aku masih menganggap Tuhan tidak adil karena permasalah hidup yang harus aku hadapi. Tapi darimu aku belajar bagaimana caranya bersyukur, bagaimana caranya kuat untuk tetap melawan arus kehidupan ini. Kau pejuang kecil yang mengajariku banyak tentang cara bersyukur.
Terimakasih untukmu pejuang kecil, bagaimanapun kau sudah jadi anak yang kuat, berani melewati setiap fase kehidupan yang berat ini. Semoga kau tidak pernah mengeluh, karena Tuhan pasti akan memberikan jalan bagi umatnya yang tidak pernah mengeluh.
Jika suatu saat kau jadi anak yang sukses, aku adalah salah satu orang yang ikut bahagia, meski kau tidak mengenalku, dan akupun tidak mengenalmu. Ya semoga kau sukses dan dapat menjadi kebanggaan orangtuamu.
<>5. Tuhan, Maaf jika aku sering mengeluh>Sosok anak kecil itu membuatku sadar, bahwa sesulit apapun hidup kita masih ada yang lebih sulit. Aku memang orang yang masih kurang bersyukur, terkadang aku masih menganggap kehidupanku lebih sulit. Ternyata aku masih beruntung memiliki pekerjaan yang baik, aku masih dapat mengenyam pendidikan, masih memiliki orangtua yang memenuhi segala kebutuhanku.
Tuhan, Maaf jika aku masih saja sering mengeluh.
Terkadang aku tidak pernah paham tentang hidup ini, hidup ini dapat bersahabat denganku, tapi hidup ini juga dapat menjadi musuh yang paling bahaya bagiku. Tapi apapun yang terjadi aku percaya akan selalu ada pelangi setelah hujan, akan selalu ada cahaya setelah kegelapan, akan selalu ada bahagia setelah kepedihan jika ada do'a dan usaha didalamnya. Jika si pejuang kecil tadi masih semangat untuk melanjutkan hidup ini dengan semangat, mengapa aku tidak?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
:’)
Mereka adalah pejuang kecil yang membuatku bangga.