Aku melihatmu di kedai kopi, bersama sahabatku, kekasih yang kini amat kau cintai.Ah, andai waktu bisa diulang kembali, Tentu aku akan gigih memperjuangkanmu sebelum kau dimiliki. Memperjuangkan tempat dihatimu, genggaman di sela-sela jarimu, serta kehangatan dalam dekap tubuhmu.
Namun apalah daya diri ini, kini semua telah berlalu menyisakan perih mengiris hati. Benci, entahlah apa dan siapa yang harus kubenci. Kurapalkan mantra bahwa aku baik baik saja. Selalu berusaha kututupi dari semua, agar kau dan sahabatku tak terluka. Namun dibalik itu tidakkah kau tahu apa yang sebenarnya terjadi?
ADVERTISEMENTS
1. Bukankah cinta tak dapat diprediksi? Kesadaran bahwa hatiku memilihmu begitu mengejutkan hati.
Ingatkah kau pertama kali kita bertemu?. Ah mungkin hanya aku yang mengingatmu, itupun karena kau terlihat aneh saat itu. Meski selanjutnya kau terlihat biasa bahkan jauh dari kata istimewa hingga tahun-tahun berikutnya. Entah mengapa aku masih mengingat keadaanmu dulu. Tanpa perkenalan resmi, kita saling mengenal karena terjebak dalam satu organisasi.
Aku tak pernah memandangmu sebagi laki laki meski kita kawan dekat. Bahkan aku pernah marah ketika dosenku mengira kau kekasihku hanya karena kita terlihat sering duduk berdua. Kau tau benar aku selalu professional dalam berorganisasi dan bersahabat. Namun ternyata setelah waktu mulai beranjak pergi, tanpa kusadari cinta datang tanpa permisi.
ADVERTISEMENTS
2. Hatiku sudah tak sanggup lagi, kuberanikan diri tuk ungkapkan isi hati.
Setelah sekian lama diam diam mengagumimu. Mencintaimu dalam senyap. Entah apa yang ada saat itu dalam otak cantikku. Kugadaikan rasa maluku demi mengungkapkan isi hati. Persetan dengan apa yang akan terjadi. Malam itu dunia seakan berhenti berputar. Kutatap gelang pemberian mamaku, kuaduk aduk minumanku, kurasa pandanganku memudar. Gugup tak sanggup ungkapkan cintaku padamu, bibirku kelu. “Aku menyukaimu” ucapku lirih ditelan gelapnya malam.
ADVERTISEMENTS
3. Kucoba menyelami hatimu, namun seperti tak kutemukan diriku di sana.
“Aku juga menyukaimu, karena kau baik, pekerjanmu baik dan selama di organisasi kau melakukan tugasmu sebaik mungkin” itu ucapmu.
“Aku juga menyukaimu, karena kau baik, pekerjanmu baik dan selama di organisasi kau melakukan tugasmu sebaik mungkin” itu ucapmu.
Kau tanyakan alasanku menyukaimu, kuraba hatiku, tak kutemukan jawaban. Tak ada sedikitpun alasan yang tersimpan. Meski kau bilang kau juga menyukaiku, namun jelas rasa suka kita berbeda. Kupejamkan mata. Lewatlah di depan mataku kenangan-kenangan bersamamu.
Kurasa aku telah tertipu, tertipu dengan khayalanku sendiri. Hingga tak bisa ku bedakan mana simpul dusta dan simpul nyata. Tanpa kusadari, aku telah menipu diriku sendiri. Menipu hati dan fikiranku dengan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini kurangkai sedemikian rupa.
ADVERTISEMENTS
4. Aku kelelahan, kutarik diriku menjauh. Terlalu lelah untuk berjuang lagi.
Lelah, teramat sangat lelah, aku lelah dengan semua ini. Awalnya kau begitu manis. Sikapmu begitu menghangatkan hati. Namun sepertinya manis itu hanya tipuan rasa dibibirku saja. Hingga akhirnya kenyataan menghempaskanku dalam rasa duka luar biasa.
“Terimakasih telah menyukaiku, aku merasa terhormat atas perasaanmu. Lalu sekarang apa yang kau inginkan?” kata kata itu meluncur dari bibirmu
Kau tanya apa mauku? Apa jawaban yang kau harapkan? Bagaimana mungkin aku sanggup menggenapkanmu, berada disisimu dan menjadi kekasihmu. jika kau seperti tak ada rasa untukku.
Kupejamkan mata, otakku terlalu tumpul untuk mencerna semuanya.
ADVERTISEMENTS
5. Hingga hal yang kutakutkan itu terjadi, kau memiliki kekasih hati, justru dengan sahabatku sendiri.
Seperti tak cukup membuatku patah hati. Kau permainkan aku sekali lagi. Kau bersikap manis setelah pengakuanku terjadi. Namun ternyata diam diam kau memiki kekasih hati. Bukankah saat itu ucapmu kau tak mencintai siapapun? Lalu mengapa kini kau dan dia saling menggenapkan?. Bahkan parahnya kenapa harus dengan sahabatku sendiri?. Sekali lagi, seperti Kristal yang terlepas dari genggaman, hatiku jatuh, patah, kemudian hancur berserakan.
ADVERTISEMENTS
6. Pernah terbesit dalam hatiku untuk merebutmu, membahagiakanmu dengan caraku sendiri. Namun kini kusadari kami sesama wanita, tak mungkin bahagia diatas kepedihan wanita lainnya.
Telah khatam kucumbui perdu perdu kepedihan. Telah rampung kubaca berlusin lusin buku penggugah kehidupan. Kulampahi berkilo kilo meter perjalanan. Namun sepertinya kebahagiaan tetap saja lepas dari genggaman.
Aku meluruh, menyerah dalam usaha meraih kebahagiaan. Kurasa bahagiaku kamu. Senyum dan semangatku adalah kamu. Aku benar benar ingin bangkit dari keterpurukan. Hingga tiba saat-saat dimana aku ingin merencanakan sesuatu demi merebutmu.
“Bagaimana bisa kau ingin membangun istanah diatas pusara? apakah kau tega merebut kebagiaan sahabatmu demi bahagiamu sendiri? Hei, di dunia ini bukan hanya kau yang patah hati!!”
Kesadaran menamparku. Melemparku dalam kewarasan. Ku akui kau adalah lelaki pertama yang benar-benar membuatku patah hati. Namun cukupkah itu sebagai alasan untuk merebutmmu dan menyakiti sahabatku?. Gusti, ighfirlii, maafkan aku, lirihku dalam hati. Ah bukankah semua orang masing masing memiliki jatah patah hati dan mungkin ini memang jatahku, lakon cintaku.
7. Kini kuteguhkan hati untuk pergi, apa yang akan terjadi biarlahlah itu menjadi rahasia Ilahi.
Siapakah nanti yang akan menggenapkanmu, membasuh peluhmu dan menggenggam erat tanganmu, menemani hingga masa tuamu?. Apakah sahabatku akan selalu ada disismu?. Entahlah, biarlah itu menjadi rahasia ilahi. Apapun yang akan terjadi, harapku semoga tak ada lagi hati yang tersakiti. Siapapun kelak yang akan menemanimu dipelaminan, semoga nanti tak akan ada lagi hati yang harus ditumbalkan.
Sebelum ini kuakhiri, izinkan aku mengutarakan ini. “Telah kulakukan beribu cara untuk menutupi semua, mengontol kelakuanku demi menjaga hatimu dan hati sahabatku. Namun sungguh cinta bukan berada didalam kendaliku. Maafkanlah aku, maaf jika aku (masih) mencintaimu.”
Tertanda
Perempuan yang (selalu) berusaha mengikhlaskanmu
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.