Suatu perjalan hidup manusia, sudah sewajarnya kita mempunyai mimpi-mimpi dan cita-cita. Apapun kita lakukan untuk mencapainya. Belajar dari dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Mejadi dewasa merupakan hal yang pasti kita lalui dan menjadi pilihan-pilihan dalam menjalani hidup.
Mempunyai pekerjaan sendiri dan mandiri menjadi suatu kebanggan sendiri karena kita mendapatkan penghasilan sendiri dan di sisi lain banyak hal yang baru yang dapat dilakukan. Meskipun begitu, semua harus ada arah tujuannya supaya bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
ADVERTISEMENTS
1. Tetaplah Menjaga Sopan Santun dan Tata Krama
Ketika masih kecil sering kali kita diajarakan sopan santun dan tata krama. Sopan santun dan tata krama jangan sampi hilang dari diri kita. Dengan bertambahnya usia seharusnya semua pembelajaran tentang semua itu sudah tidak asing lagi.
Sudah saatnya memberi contoh kepada yang lebih muda di bawah kita. Cobalah malu kepada diri sendiri, pelajaran dari dasar sampai saat ini apakah bisa menjadi teladan yang baik untuk orang lain? Terutama untuk diri sendiri.
Peraturan hidup kita yang timbul dari hasil pergaulan sehari-hari. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Begitu juga dengan tata krama. Tata krama adalah kebiasaan.
Kebiasaan ini merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena adanya timbal balik dalam pergaulan antar teman atau sesama manusia lainnya. Dan juga mengikuti kebiasaan di berbagai tempat ataupun lingkungan masing-masing.
“Semua kepintaran dan kecerdasan akan tidak ada gunanya, jika tidak dibarengi dengan akhlak”
ADVERTISEMENTS
2. Perlunya Mengontrol Kecerdasan Emosional
Di saat prinsip sudah terbentuk, makan akan berpengaruh pada pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, di setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Mempunyai kemauan, mimpi, dan cita-cita akan berpengaruh pada emosional kita juga.
Semakin banyak yang kita pikirkan dari apa yang akan kita lakukan menjadi ujian tersendiri dari dalam diri. Serasa cemas, bimbang, khawatir aka beraduk menjadi satu. Susah memang untuk diterjemahkan, namun semua itu bisa kita kontrol.
Sebelum mengikuti emosional kita, cobalah berpikir sejenak, apakah yang kita lakukan sudah benar? Apakah kita merugikan orang lain? Apa yang nanti terjadi jika kita melakukannya? Dan masih banyak lagi.
Secara tidak langsung kita mengelola kecerdasan emosional. Kedewasaan dalam mengelola kecerdasan emosional bisa dimulai dari menerima saran maupun pendapat yang lebih baik. Menilai kejadian-kejadian yang pernah dialami dan menjadikan hal positif untuk kedepanya dengan memperbaiki diri.
“Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri” – Raden Ajeng Kartini
ADVERTISEMENTS
3. Sadar Diri Akan Dirinya Sendiri Sebagai Laki-Laki Maupun Perempuan
Kita diciptakan sebagai manusia. Sebagai makhluk ciptaanNya yang sempurna. Kita terlahir sebagai fitrah yang menjadi laki-laki maupun perempuan. Apa yang diciptakanNya berpasang-pasangan. Masing-masing ciptaanNya membawa tugas sendiri-sendiri. Semua aktifitasnya harus sesuai dengan fitrah yang telah dianugerahkan kepadanya.
Sebenarnya tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain. Sebagai laki-laki, bersikaplah layaknya laki-laki. Fitrah laki-laki adalah memiliki kekuatan fisik lebih besar dibandingkan perempuan karena laki-laki dituntut menjadi kepala keluarga yang berkewajiban memenuhi nafkah keluarga dan menjadi pelindung bagi seorang perempuan (istri) dan anak-anaknya.
Sedangkan perempuan diciptakan sebagai manusia yang lemah secara fisik dibandingkan laki-laki. Namun perempuan memiliki sifat kelembutan dan kasih sayang yang lebih besar yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki. Karena perempuan itu disiapkan untuk menjadi sosok pendidik dan pembimbing terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap, perilaku, mental dan akhlaq anak-anaknya kelak.
“Lelaki diciptakan dari tanah dan perempuan dari tulang. Karena itu perempuan lebih kuat daripada lelaki dan kekuatannya terletak pada kekurangannya”
ADVERTISEMENTS
4. Pelajari Hal-Hal Baru Dalam Bidang Apapun Selagi Masih Bisa Dilakukan
Fokus menuju prinsip-prinsip kita itu perlu. Namun jangan melupakan hal lain yang perlu kamu coba. Dari hal yang baru itu kita bisa membuka pikiran lebih luas. Bisa menjadikan solusi yang tidak terduga. Mempelajari hal-hal tidak harus kita keluar jauh-jauh. Mempelajari hal-hal yang baru bisa kita mulai dari kita mencotoh pekerjaan yang dilakukan orang tua atau orang terdekat kita.
Karena kita tidak tahu tentang masa depan dan di hari lain mungkin kita membutuhkannya di saat sedang melakukan sendiri. Ingin tahu banyak hal itu memang baik, namun kita harus tahu juga batasan kita. Mengetahui kapasitas diri dengan sedikit demi sedikit akan menjadi pangalaman yang banyak. Nah, meskipun hal-hal baru yang kamu lakukan selalu berhasil, tetap jangan lupa untuk selalu rendah hati kepada siapapun.
“Akan tiba saatnya kamu percaya semuanya telah selesai. Namun sebenarnya itu adalah awal dari perjalanan”
ADVERTISEMENTS
5. Perlunya Menyayangi Diri Sendiri Sebagai Wujud Rasa Syukur
Manusia merupakan ciptaanNya yang luar biasa. Kita disini cukup mensyukuri apa yang selama ini dinikmati. Menyanyangi diri termasuk mensyukuri nikmatNya. Merawat apa yang sudah ada dikehidupan nyata di dalam diri kita.
Kita pasti menginginkan pasangan yang menurut kita baik, sesuai dengan ekspetasi, sesuai dengan impian selama ini. Meskipun orang jahat sekalipun menginginkan demikian juga. Jika menginginkan orang yang baik, cobalah menjadi baik untuk pasangan kita kelak. Karena semua ingin orang yang baik begitu pula pasangan kita. Jika kita sudah mempunyai pasangan, cobalah menjadi yang lebih baik dimata pasangan, saudara, maupun teman dekat kita dan teman dekatnya.
Menjadi baik tidak dinilai dari diri sendiri bahwa kita sudah baik. Cukup melakukan hal baik sebagaimana naluri manusia, dan biarkan orang lain yang menilai. Karena menurut kita sudah melakukan hal baik namun belum tentu orang lain menilai yang sama.
Sayangilah dirimu sendiri sebelum menyayangi orang lain. Jika kamu tahu cara menyayangi diri dengan baik, perlakuannya kepada orang lain tidak akan jauh seperti ke diri sendiri. Apalagi ketika ingin atau akan menjalin kehidupan dengan orang kita sayangi dan cintai. Lebih baik mulai dari diri sendiri, keluarga, saudara, sahabat, dan orang-orang di sekitar kita.
“Menyayangi diri sendiri yang paling sederhana adalah dengan tidak membandingankan diri dengan orang lain”
ADVERTISEMENTS
6. Perlunya Mempersiapkan Peran Ketika Nanti Berkeluarga
Bagi kita menjadi dengan bertambah umur itu pasti, namun menjadi dewasa itu pilihan. Karena dewasa belum bisa diukur dari bertambahnya umur. Akal pikiran kita yang menjadi tolak ukurnya. Dengan mencoba menyikapi masalah dan memutuskannya sendiri bisa membuat kita lebih percaya diri untuk masa sekarang dan akan datang.
Sebagai laki-laki dan perempuan yang nantinya akan menjadi peran sebagai Ayah maupun sebagai Ibu. Seiring berjalannya usia kita akan merasakan pelan-pelan hilangnya kawan bermain yang sekarang fokus menuju jalan kehidupan masing-masing ketika sudah berkeluarga. Kita seharusnya sadar akan hal itu, sebagai pengingat diri bahwa kita mejalani hidup akan seperti mereka.
Kita bisa mulai pelan-pelan memperbaiki diri. Mencari nilai pokok tentang kehidupan dan memberi contoh pelajaran yang kepada mereka yang lebih muda. Toh nantinya kita akan dicontoh oleh anak-anak kita sendiri. Apa yang ada dalam diri kita akan menjadi dasar untuk generasi selanjutnya di keluarga.
“Berkeluarga, menyatukan dua makhluk yang berbeda. Berjuang belajar bersama dalam memahami kelebihan, kekurangan, dan keikhlasan”
7. Ada Baiknya Kita Selalu Berbenah Diri
Perjalanan hidup adalah apa yang kita lakukan dari lahir sampai titik nafas terakhir. Bisa berarti waktu yang lama maupun berarti waktu yang cepat. Jika waktu hidup begitu cepat, tidak perlu ada perbaikan-perbaikan diri karena kondisi masih kecil dan suci. Jika diberi kesempatan waktu hidup lebih lama, perlu mempersiapkan diri untuk mejadi yang lebih baik, yaitu berbenah diri.
Dari perjalanan yang kita alami selama ini seharusnya kita bisa berpikir lebih luas bahwa kenikmatan yang diberikan Tuhan tidak bisa kita sekedar mengira. Perkiraan hanya ada dipikiran dan sebatas pemikiran. Baiknya selalu bersyukur atas apa yang dianugerahkan kepada kita.
Apapun yang ada di tubuh kita, entah menurut kita baik maupun menurut kita kurang atau kekurangan. Jika kita mau merenung sebentar, bahwa semua itu Tuhan telah menunjukkan kekuasaanya dalam menciptakan makhluknya.
Berpikirlah lebih baik untuk masa depan. Cobalah untuk diri sendiri, karena berbenah dimulai dari diri sendiri. Nanti pasti imbasnya kepada orang lain juga baik. Jangan mengharapkan orang baik kepada kita sebelum kita baik pada diri sendiri.
“Sebenarnya kita tidak pernah kehilangan apa-apa dan kita tidak pernah memiliki apa-apa. Aku dan punyaku hanyalah ego yang melekat di pikiran”
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”