Hai Ayah Bunda, seperti yang kita sadari bersama menjalani peran sebagai orang tua dalam pengasuhan tidak hanya memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik anak namun juga bertanggungjawab atas kondisi psikologis anak. Salah satu aspek psikologis yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membangun rasa berdaya (empowerment) pada anak.
Proses memberdayakan anak merupakan suatu proses membimbing mereka untuk merasa dan yakin bahwa mereka mampu dan memiliki kekuatan untuk menyelesaikan beragam tantangan. Anak yang berdaya merupakan anak yang percaya terhadap kemampuannya sendiri atau disebut juga dengan percaya diri.
Kepercayaan diri anak sudah harus dibangun sejak usia dini. Hal ini karena kepercayaan diri berkaitan dengan partisipasi seseorang dalam proses belajar dan kemampuan berkomunikasi interpersonal. Dengan mendorong terbentuknya kepercayaan diri anak sejak usia dini maka anak akan lebih optimal dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuannya sehingga kelak akan mendorong kepercayaan dirinya di masa yang akan datang.
Misalnya saja anak yang percaya diri dapat aktif bertanya membuat wawasannya berkembang. Wawasan yang luas akan menjadi modalitas yang penting untuk mempertahankan kepercayaan dirinya di masa yang akan datang.
Lalu bagaimana caranya agar anak-anak berdaya dan memiliki kepercayaan diri yang baik? Berikut ini adalah tips sederhana untuk pengasuhan anak usia dini :
ADVERTISEMENTS
1. Penerimaan Pada Anak
Dalam proses pengasuhan tercipta sebuah hubungan emosional yang kompleks antara orang tua dan anak. Banyak orang tua yang mengharapkan anak untuk dapat lebih baik dari dirinya, bahkan lebih unggul dari anak-anak lainnya.
Situasi tersebut menyebabkan orang tua menjadi terlalu menuntut, mudah kecewa, dan tidak sabar dalam perilaku anak. Sikap-sikap orang tua akan tercermin dalam perilaku sehari-hari, seperti kurang menghargai upaya anak hingga mengambil alih tugas anak karena anak tidak mengerjakan sesuai keinginan orang tua.
Penerimaan pada anak merupakan salah satu faktor penting untuk mendorong kepercayaan diri anak usia dini. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua mengevaluasi kembali pandangan mereka pada anak-anak mereka.
Memahami apa harapan mereka dan bagaimana harapan itu berdampak kepada anak-anak. Mengenali kondisi anak-anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menerima hal tersebut lalu berusaha membantu mereka untuk mengembangkan diri.
ADVERTISEMENTS
2. Memberikan Kesempatan Anak Untuk Memilih
Memberikan kesempatan anak memilih merupakan cara untuk melatih mereka dalam mengambil keputusan. Anak yang terbiasa mengambil keputusan akan lebih mandiri dan hal ini berkaitan dengan kepercayaan dirinya. Dalam proses pengambilan keputusan oleh anak bukan berarti orang tua membiarkan anak bertindak semaunya.
Pengambilan keputusan anak harus berada dalam konteks yang tidak membahayakan, mendorong perrkembangannya secara optimal, dan disesuaikan dengan aturan yang ada di rumah. Contoh sederhana misalnya saat ingin membacakan buku untuk anak, minta ia memilih buku mana yang akan dibacakan oleh orang tua.
Bagaimana jika pilihan anak dianggap tidak tepat, misalnya anak memilih ingin bermain gawai dan menonton TV berjam-jam dan tidak mau bermain yang lain. Pada situasi tersebut orang tua harus tegas dengan aturan karena pilihan anak tersebut jika dibiarkan akan berdampak buruk pada perkembangannya.
Pada saat tertentu orang tua juga perlu membiarkan anak mengambil keputusan meski hal itu kurang tepat untuk memberikan pemahaman atas sebuah konsekuensi. Misalnya saja, anak memilih untuk tidak makan karena tidak menyukai sajian dari orang tua, maka orang tua tidak perlu memaksa anak untuk membuka mulut atau memberikan susu sebagai pengganti makanan utama.
Biarkan hingga anak merasa lapar, dan sajikan kembali menu yang ada padanya. Penanganan tersebut tentu dilakukan dengan kondisi anak-anak mampu merasa lapar, dan kondisi yang sehat sehingga tidak membahayakan dirinya jika orang tua tegas pada aturan.
ADVERTISEMENTS
3. Mendengarkan Anak
Untuk mendorong rasa percaya diri anak, hal lain yang perlu dilakukan orang tua adalah mendengarkan anak. Mendengarkan anak perlu dilakukan secara aktif yaitu menyimak apa yang mereka sampaikan dan merespon dengan sesuai. Dalam proses mendengarkan orang tua harus memiliki rasa menyayangi dan menghormati anak-anak.
Apa yang anak sampaikan pada orang tuanya merupakan gagasannya dan pengalaman-pengalaman yang menarik minatnya. Jika orang tua menyepelekan hal tersebut maka anak-anak dapat menumbuhkan perasaan tidak berharga.
Penting untuk sesekali berhenti berbicara dan menasihati, namun mulailah dari mendengarkan apa yang menjadi isi pikiran anak-anak. Bagi anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara, perasaan penting dan didengarkan akan memotivasi anak untuk melatih kemampuan bicaranya.
Orang tua sesekali dapat mengoreksi pengucapan anak, mengklarifikasi pemahaman orang tua atas apa yang anak ucapkan, hingga bertanya agar anak dapat menjelaskan secara lebih sistematis.
ADVERTISEMENTS
4. Optimalisasi Motorik dan Kemandirian
Pada anak usia dini perkembangan motorik merupakan keterampilan penting yang harus diperhatikan dengan seksama. Saat anak belajar berjalan, dan kemudian mampu menguasai keterampilan tersebut maka anak akan merasa yakin dengan dirinya sendiri dan mulai mengeksporasi lingkungannya.
Anak yang tidak terampil secara motorik membuat dirinya semakin enggan bergerak dan hal ini dapat menyebabkan persoalan berikutnya yaitu kegemukan. Kegemukan sendiri pada akhirnya dapat membuat anak menjadi tidak percaya diri seiring bertambahnya usia.
Anak-anak yang jarang menggunakan tubuhnya juga akan mempengaruhi tingkat kemandiriannya dalam mengurus diri sendiri. Hal ini disebabkan karena orang tua yang terlalu banyak membantu dan tidak sesuai dengan usia anak. Misalnya saja anak usia 2 tahun namun masih disuapi oleh orang tuanya, anak menjadi tidak mandiri sekaligus tidak terampil dalam menggunakan tangannya. Saat anak diijinkan melakukan aktivitas mengurus diri sendiri dan diberikan penghargaan atas usahanya, hal ini membuat anak merasa yakin pada kemampuannya.
ADVERTISEMENTS
5. Tantangan dan Menghargai Proses
Dalam proses mengasuh anak hal penting yang kerap kali sulit orang tua lakukan adalah memberikan tantangan. Perasaan kasih sayang secara instingtif membuat orang tua ingin selalu mempermudah hidup anak-anak, sayangnya hal ini justru menjadi hambatan dalam tumbuh kembang anak. Tantangan perlu dilakukan untuk menstimulasi keterampilan anak agar selalu berkembang.
Dengan tantangan anak akan merasa termotivasi untuk melakukan sesuatu dan membuatnya semakin terampil. Tantangan dilakukan dengan memberikan tujuan atau target baru pada anak setelah ia berhasil melampaui target sebelumnya. Misalnya saja anak sudah berhasil menyelesaikan empat keeping puzzle maka orang tua dapat memberikan enam keeping puzzle untuk diselesaikan. Contoh lain dalam konteks kemandirian, saat anak sudah terbiasa merapikan perangkat makannya di atas meja setelah makan, maka tingkatkan kesulitan dengan meminta ia untuk membawa perangkat makannya ke westafel.
Dalam proses memberikan tantangan dan penyelesaian tugas oleh anak maka fokus lah pada prosesnya. Berikan penghargaan pada upaya yang sudah anak lakukan meski hasilnya belum sempurna. Sampaikan penghargaan seperti kamu hebat, sudah berusaha, mama/ papa lihat itu atau hebat banget udah kerja keras, terima kasih ya.
Berikan lah pujian secara adil, artinya tidak terlalu berlebihan atau justru tidak pernah diberikan sama sekali. Amati usaha yang diupayakan anak-anak dan jika mereka belum puas atas hasilnya, maka dorong mereka mencoba lagi.
Saat mereka berhasil mengatasi tantangan dan kesulitan maka akan menumbuhkan perasaan mampu. Perasaan ini akan membuat anak lebih percaya diri pada dirinya sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”