“Mengelola keuangan pada saat bujangan dan menikah sangatlah berbeda. Sebab, setelah menikah banyak perubahan pola pikir keuangan yang harus dilakukan.” Kata Devino Rizki Arfan, seorang perencana keuangan independen.
Meski begitu, impian kadang nggak sejalan dengan konsekuensi yang diterima. Menikah bukan sekadar ke Kantor Urusan Agama (KUA), lalu menjadi sah. Kenyataan sesungguhnya adalah setelah sah menjadi pasangan suami istri. Ya, pasca menikah bukan perkara asyik di ranjang semata, tapi juga memikirkan banyak hal lainnya. Salah satunya urusan keuangan. Kamu dan pasanganmu harus pandai mengelolah keuangan untuk kehidupan rumah tangga ke depan.
ADVERTISEMENTS
1. Saat selesai pesta pernikahan, kalian pasti akan disibukkan dengan menghitung uang amplop undangan. Fokuslah, supaya nggak habis percuma
Realitanya, pernikahan di Indonesia terdapat kegiatan ‘amplop-an’ alias memberi uang yang dimasukkan amplop ketika kondangan. Kegiatan itu sudah jadi tradisi. Tentu saja, keesokan harinya kalian sudah disibukkan dengan menghitung amplop-an tersebut, merasa bingung serta sekaligus gembira.
"Uang tersebut enaknya dibuat apa?"
Jangan terlena, guys. Fokuslah dengan apa yang ingin dicapai, misalnya cicilan rumah atau menutup pengeluaran pesta pernikahan. Susun skala prioritas untuk kalian berdua.
ADVERTISEMENTS
2. Ucapkan selamat tinggal pada rekening terpisah! Mulai sekarang ‘kan kalian sudah sah 🙂
Ketika telah menikah, uang bukan milikmu atau milikku saja, tapi menjadi milik berdua. Buatlah satu rekening giro atau tabungan untuk tujuan keuangan bersama.
ADVERTISEMENTS
3. Tentukan siapa yang akan mengatur keuangan ke depannya. Tidak harus istri, suami pun nggak apa-apa asal mampu
Ketika telah menikah, uang bukan milikmu atau milikku saja, tapi menjadi milik berdua. Buatlah satu rekening giro atau tabungan untuk tujuan keuangan bersama.
ADVERTISEMENTS
Dari kalian berdua pasti salah satunya pintar mengatur keuangan, entah sang suami atau istri. Pilihlah dia jadi bendahara. Hal ini dimaksudkan untuk mengamankan uang-uang yang terkumpul pasca menikah sambil menunggu penghasilan bulanan dari pekerjaan masing-masing. Mendapat uang amplop-an pasca menikah itu godaan banget lho, guys!
ADVERTISEMENTS
4. Setiap ada pengeluaran sekecil apapun, sebaiknya catat dan hitung secara rinci
Kalian dan pasangan perlu bekerja sama untuk melacak pengeluaran keluarga. Lebih mudah untuk melakukan evaluasi dan mencapai tujuan keuangan bila kalian mengerti dengan seksama ke mana saja uang dihabiskan dan bagaimana pola pengeluaran.
ADVERTISEMENTS
5. Sebagai awalan, cobalah untuk mengatur pengeluaran kebutuhan rumah tangga untuk 2 sampai 3 bulan
Kalian dan pasangan perlu bekerja sama untuk melacak pengeluaran keluarga. Lebih mudah untuk melakukan evaluasi dan mencapai tujuan keuangan bila kalian mengerti dengan seksama ke mana saja uang dihabiskan dan bagaimana pola pengeluaran.
ADVERTISEMENTS
Pengeluaran belum kembali normal pasca menikah, tapi akan terus bergulir hingga 2 sampai 3 bulan ke depan. Apalagi kalau kalian menikah sebelum Lebaran, yang normalnya harga kebutuhan di pasaran akan meningkat. Entah sembako, baju atau peralatan rumah tangga lain yang harus kalian beli. Pengeluaran sudah pasti banyak banget, bisa mencapai 2 sampai 3 kali lipat. Percaya deh!
ADVERTISEMENTS
6. Supaya nggak terbengkalai, tentukanlah jumlah tabungan wajib tiap bulannya
Setelah menentukan biaya kebutuhan sehari-hari, yang wajib dipikirkan selanjutnya adalah tabungan wajib per bulan. Tabungan ini penting banget untuk hal-hal yang belum terjadi, tapi sangat berpengaruh di masa depan. Seperti tabungan hari tua, asuransi, tabungan anak dan lain-lain.
7. Menentukan mana keinginan dan mana kebutuhan itu harga mati! Ingat, kalian sudah berstatus suami-istri
Menikah bukan seperti di film-film romantis. Setelah sah lantas hidup bahagia tanpa masalah, segalanya mudah tanpa perlu proses. Dunia pernikahan bukan itu, tapi mulailah berpikir apa yang menjadi kebutuhan bersama, bukan keinginan semata. Jika itu bukan termasuk kebutuhan dan dirasa nggak perlu-perlu banget, kenapa harus dimiliki? Belilah barang-barang atau aset yang sifatnya produktif dan bisa jadi investasi jangka panjang.
8. Pastikan selalu ada dana cadangan untuk kebutuhanyang tak terduga
Kejadian buruk dapat menimpa sewaktu-waktu. Mengalokasikan dana cadangan untuk keperluan mendadak adalah hal penting dan seharusnya bersifat fleksibel. Misalnya, orang tua atau mertua tiba-tiba sakit dan harus dirawat dengan tinggal bersama. Tentu pengeluaran harus dirancang ulang, bukan?
Jadi gimana? Ternyata nggak sulit 'kan kalau kamu mau telaten?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
PUSING
Liennn hihu