Sejak pertemuan pertama kita, aku tak pernah merasa bisa seperti saudara. Masih teringat jelas bagaimana perbincangan canggung kita. dari menanyakan hal sederhana seperti nama dan alamat rumah dimana? Akhirnya, dentungan waktu yang bergulir membantu menyamakan segala hal membuat kita semakin erat bersama, bahagia–bahagia yang hadir.
Kita tak pernah bisa menyangka akan ditakdirkan dalam sebuah ikatan persahabatan seperti apa, dalam hitungan tahun yang telah kita lewati bersama. Semesta selalu menjadi saksi pertemanan kita, waktu selalu menuakan perbincangan dan jarak yang membuat kita semakin tak retak hanya karena detak tidak seirama. Ada banyak mimpi terlahir hingga lupa bahwa ada sebuah takdir, bahkan janji dan rencana kita tuangkan bersama..
ADVERTISEMENTS
1. "Tenang, aku yakin bahwa kamu tetap menjadi sahabat terbaik meski telah berganti pernanan. Jangan lupakan aku, ya…"
Tiada pagi yang terlewatkan semasa berseragam atasan putih, selalu ada cerita sebagai syarat utamanya. Pertemuan yang selalu ditunggu, melahirkan aroma baru merekatkan sebuah hubungan atas nama persahabatan.
Saat hatimu merasa sakit karena patah akupun merasakan ketika kau senang mendapatkan arisan saat kau bilang akupun ikut merasakan makanan gratis yang kau tawarkan.
Namun, ada satu kejadian yang tak pernah bisa aku rasakan. Ternyata tingkat persahabatan kita lebih dari drama. Melihatmu terjatuh ataupun terpeleset, jika kau ingat aku malah tertawa tanpa sedikitpun jeda. Menyadari hal tersebut mampu membuatmu jengkel tapi nyatanya tak bertahan lama.
ADVERTISEMENTS
2. "Meski kini satu sahabat terbaik telah berpindah haluan, bukankah kita masih punya banyak kenangan yang tak layak dilupakan?"
Ternyata tidak hanya hatiku yang memberikan ucapan selamat datang saat bertemu pertama kali. Keluarga kita tak mau kalah dalam urusan menyambut tamu. Mereka tidak kalah baik dengan hati kita. Saat lama tidak bersua, maka mereka bertanya tentang keadaanmu dimana.
Rumahku mungkin sedang rindu saat ini, dengan obrolan kita setiap minggu. Dapat kucium jelas aromanya beberapa hari yang lalu, Ia menyebarkan kenangan bersama sewaktu kita membicarakan seorang laki – laki yang berusaha mendekati hati kita. Manis sekali, ya?
ADVERTISEMENTS
3. "Biar bagaimanapun, kita berdua adalah insan yang pernah bercita-cita dan merasa gagal bersama. Hey, ternyata kita sudah seperti keluarga!"
Aku berfikir mengapa waktu berjalan begitu cepat? Apa mungkin ia merasa iri dengan persahabatan kita? Atau dia ingin menempa tingkat persahabatan kita sampai mana? Selepas perpisahan itu, membenarkan segala prasangkaku. Benih benih rindu tumbuh lebat pada perasaan masing–masing.
Beruntunglah, Rindu yang lahir dapat kita tikam bersama hingga waktu bersua tiba, perdebatan dapat diretas berdua bersama air mata yang tak pernah reda dan lara menjadi saksi kesetiaan bersama.
ADVERTISEMENTS
4. "Persahabatan ini jelas takkan berakhir. Hanya saja, mungkin kamu akan lebih sibuk dan jarang menyempatkan waktu untuk sekadar curhat-curhatan di kamar. Tak masalah, aku maklum…"
Selain rindu jarakpun berhasil melahirkan badai, selepas itu yang ada dalam fikiranku hanyalah kepingan atas segala ruang yang berusaha kita bangun menghadirkan banyak penyesalan.
Namun aku bersyukur, karena persahabatan ini memang tepat. Kali ini jarak tak selamanya bersalah. Dialah guru yang mendewasakan atas segala permasalahan aku dan kamu. Ego bukanlah hal yang patut dijunjung tinggi dan itu membuat kita sadar.
ADVERTISEMENTS
5. "Selamat sekali lagi… Aku bahagia kamu berhasil bersanding dengan pria pilihanmu sekarang!"
Hingga sampailah pada sebuah waktu, kau bercerita tentang pertemuan dengan laki–laki pilihanmu yang berhujung sebuah pernikahan. Tak banyak kata terucap dari bibirku kecuali, seklumit perasaan tidak enak dalam dada.
Bukan perkara tak rela hanya saja berusaha memaknai skenario yang ada. Perasaan aneh yang tidak bisa aku terka apa maksudnya paling utama, bibirku menyunggingkan tanda bahagia dan sorot mata penuh tanda tanya. Mungkin karena masih belum percaya itu saja :)
Sedihku ini perwakilan atas bahagia yang datang terlambat dan bukankah waktu memang sedang menempa hingga batas mana persahabatan ini memiliki nama. Atas segalanya terimakasih adalah rasa syukur terdalam pada pencipta alam semesta, diberikan sahabat sepertimu.
Berbahagialah bersama teman hidupmu, bangunlah tamanmu, menualah bersamanya menjalinlah ikatan rasa sedalam–dalamnya. Aku akan menjadi pendengar untuk cerita barumu dan memberi saran atas segala kesahmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”