Sebuah usaha baik usaha kecil ataupun perusahaan besar, pasti menginginkan perusahaan yang produktif secara hasil dan efisien secara biaya.
Bagi yang belum mengetahuinya, salah satu beban tinggi dalam biaya perusahaan adalah biaya kekaryawanan atau man power, karena pada penerapannya biaya kekaryawanan itu bukan hanya seputar upah atau gaji saja.
Ada biaya-biaya lain yang tergolong dalam biaya kekaryawan yang seringkali tidak dianggap oleh para pekerja itu sendiri. Seperti tunjangan, biaya pelatihan, biaya perjalanan dinas, seragam, dan lainnya.
Perusahaan pun dengan berat hati harus sedikit menekan biaya-biaya tersebut namun tetap berusaha meningkatkan produktifitas perusahaannya. Yang terjadi bagaimana? Yak, keluhan karyawan atas beban kerja, tekanan kerja, dan waktu kerja.
Tapi sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan perusahaan atau bahkan atasan dalam meningkatkan produktifitas dari pekerja dengan hal-hal sederhana.
Mungkin sekarang belum bisa diterapkan, tapi siapa tahu saja di kemudian hari kita menjadi pemilik bisnis atau atasan di sebuah perusahaan.
ADVERTISEMENTS
1. Memanggil Karyawan Dengan Panggilan Sopan
Ada cara untuk menyentuh sisi personal seseorang dengan cara sederhana, yaitu menyebutkan nama orang tersebut saat berbicara dengannya.
Mereka akan merasa bahwa mereka diperhatikan oleh atasan atau pemilik bisnis dari tempat mereka bekerja.
Kesalahan yang Sering Terjadi
1. Biasanya atasan/pemilik bisnis hanya mengenal orang dengan posisi tertentu atau orang yang menonjol (paling rajin, paling aktif, paling rupawan, atau memiliki ciri khas).
2. Atau parahnya lagi, hanya mengenali orang-orang yang cari muka
Hal tersebut yang akan mengurangi objektif penilaian kinerja karena sebagai atasan/pemilik bisnis hanya akan kenal dengan orang tertentu.
Hal yang Bisa Dilakukan
1. Setidaknya kenali orang dari divisi yang sering berhubungan.
2. Manfaatkan tanda pengenal karyawan sebelum berbicara
3. Tanya orang yang kita kenal mengenai nama orang yang akan kita ajak berbicara
4. Tetap berikan label panggilan yang sopan seperti Pak/Bu dalam etika bisnis. Jika dirasa terlalu muda untuk dipanggil seperti itu, gunakan panggilan Mas/Mbak untuk menghargai orang tersebut.
Perlu diingat bahwa meskipun statusnya masih dibawah dari atasan, bukan berarti bisa diberikan panggilan yang seenaknya saja.
ADVERTISEMENTS
2. Apresiasi Dengan Pujian Atas Tindakan Kecil yang Mereka Lakukan
Ini sangat sederhana dan pasti bisa kita terapkan. Kita perlu mengapresiasi hal-hal baik yang karyawan lakukan meskipun hal tersebut adalah kewajiban atau aturan yang sebenarnya wajib dilakukan. Maksudnya bagaimana?
1. Berikan pujian pada penampilan karyawan yang sesuai dengan aturan baku.
Wah, hebat ya Pak Anto selalu lengkap pakai peralatan keselamatan kerja
Atau
Wah keren nih, habis 'nyemil buang sampahnya ke tempat sampah.
Gimana? Sederhana bukan? Meskipun itu adalah hal wajib, namun tetap saja memberikan dampak yang positif dengan apresiasinya.
ADVERTISEMENTS
3. Membiasakan Dengan 3 (tiga) Kata Ajaib
Sedari dini kita sudah diajarkan mengenai 3 (tiga) kata ajaib ini :
1. Tolong
2. Maaf
3. Terima kasih
Namun pada kenyataan, entah mengapa ada saja atasan yang seolah luput atau enggan mengucapkan hal tersebut.
Padahal, kata ajaib ini benar-benar mampu menyihir orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan.
Misalnya saja, saat karyawan sedang lembur diakhir bulan
Maaf ya Pak Anto, setiap akhir bulan selalu meluangkan waktunya untuk mengerjakan laporan keuangan sampai larut malam. Saya sangat berterimakasih, kalau tidak ada Pak Anto, saya tidak tahu bagaimana jadinya laporan keuangan perusahaan ini
Atau
Wah ini masih kurang sesuai 'nih Pak, tolong dibantu perbaiki lagi ya. Maaf sebelumnya jadi merepotkan Pak Anto. Terima kasih ya.
Jika dibandingkan dengan respon negatif, pengucapan kata-kata seperti ini akan lebih meresap masuk ke dalam hati mereka tanpa perasaan negatif sehingfa pekerjaan akan dilakukan dengan lebih tulus.
Ini hanya tentang penyampaian saja, namun secara pekerjaannya tidak merubah apapun kan?
Pak Anto tetap harus lembur di akhir bulan untuk mengerjakan laporan keuangan dan Pak Anto tetap harus merevisi hasil kerjanya karena salah.
ADVERTISEMENTS
4. Sesekali Terlibat Dalam Agenda Tongkrongan Karyawan
Mungkin awalnya akan canggung jika atasan atau pemilik bisnis ikut 'nongkrong di warung kopi apalagi jika jarak usianya terlalu jauh.
Namun berjalannya waktu, hal ini akan menjadi terbiasa dengan sendirinya. Dengan kita berada dalam lingkaran yang sama dengan mereka, maka akan meningkatkan kedekatan emosi dan empati mereka terhadap kita.
Namun perlu digarisbawahi adalah, bukan berarti atasan atau pemilik bisnis bisa sering seperti ini.
Tetap harus ada jarak profesional yang dijaga. Jangan sampai karena terlalu sering masuk ke dalam lingkaran, rasa hormat sebagai atasan justru malah luntur.
Apalagi jika kita hanya ikut dalam satu lingkaran saja, akan dianggap sebagai pimpinan yang pilih kasih.
ADVERTISEMENTS
5. Campurkan Humor Dalam Percakapan di Situasi Tertentu
Ini yang sedikit unik dari emosi manusia. Bisa kita ambil contoh saat masih berada di bangku sekolah.
Kita lebih takut kepada guru humoris ketika marah ketimbang marahnya guru yang memang galak pada kesehariannya
Dalam kepemimpinan pun seperti itu, jika sehari-harinya selalu marah, selalu membawa emosi, penuh tekanan, maka hal ini secara alami akan dianggap biasa saja oleh karyawan.
Ketika pimpinan yang tempramen tiba-tiba menjadi baik, karyawan akan curiga ada sesuatu dan ketika pimpinan yang tempramen melontarkan sebuah humor, karyawan akan menjadi penonton bayaran yang mau tidak mau harus tertawa. Setelah itu? Dijadikan bahan obrolan di belakang.
Profesional itu penting, namun bersifat santai juga perlu tanpa mengabaikan sisi profesionalisme seorang pimpinan.
ADVERTISEMENTS
6. Menjadi Figur Bagi Karyawan
Pertanyaam sederhana,
Siapa yang mengajarkan dan mencontohkan sopan santun kepada anak di rumah?
Ya, Orang tua.
Hal ini pun berlaku di lingkungan perusahaan. Pimpinan harus mampu memberikan figur mengenai bagaimana cada bersikap di perusahaan.
Jika ada karyawan yang tidak menyapa, kenapa harus malu menyapa lebih dulu?
Dengan memulai kebaikan lebih dulu sebagai pimpinan, karyawan akan mengikuti secara alami tanpa harus diberikan teguran mengenai sopan santun atau etika dalam perusahaan.
Perlu diketahui bahwa aturan di perusahaan berlaku untuk semuanya, bukan berarti pimpinan kebal hukum.
Mulai dari tata penampilan, kedisplinan, kesopanan, dan aturan perusahaan yang lainnya, karyawan akan mengambil figur dari atasannya langsung.
Mereka akan sungkan untuk melanggar jika diberikan contoh yang benar.
Menjadi pimpinan bukan berarti menjadi Tuhan di perusahaan, pimpinan dengan pola kepemimpinan yang baik akan mampu mengelola sebuah perusahaan dengan baik pula.
Menciptakan iklim kerja yang sehat secara mental dipercaya mampu menjaga produktivitas sebuah perusahaan terjaga dan pekerja lebih rela bekerja kepada orang yang mereka anggap tepat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”