Hidup memang penuh ketidakpastian. Kamu yang selalu membuatku nyaman pun, tak menjamin bahwa kamu mencintai dan menyayangiku. Perlakuan atau tindakanmu selama ini mungkin memang berlawanan dengan perasaanmu yang sebenarnya. Aku tak berhak memaksamu, meskipun aku sudah merasa terlanjur nyaman dengan terus bersamamu. Ada beberapa hal yang perlu diingat setelah ini.
ADVERTISEMENTS
1. Berhenti mencari pembenaran, jika memang kamu tak memberi kejelasan atas perasaanmu yang sesungguhnya kepadaku
Mencari pembenaran atas perasaanmu kepadaku, sebenarnya hanya menjadikan perasaanku terasa aman di waktu yang sesaat. Itu yang memang hampir sering dilakukan ketika seseorang jatuh cinta. Hal ini dilakukan karena seseorang yang sedang jatuh cinta, belum siap menerima kenyataan sesungguhnya yang kemungkinan pahit, termasuk diriku juga belum siap. Kalau sudah terlanjur melakukannya, memaafkan diri menjadi solusi terakhir. Jangan menyalahkan diri terus menerus.
Awalan ketika mengetahui perasaanmu kepadaku biasa saja atau sekedar dianggap teman, iya hatiku kecewa. Serasa seperti usaha mencari pembenaran atas perasaanku padamu selama ini seperti sia-sia. Kenyataan pahit harus ditelan mentah-mentah, meskipun diri ini telah yakin bahwa kamu tak akan mengecewakanku. Namun, bukankan lebih baik aku mengetahui kenyataan pahit, daripada terus merasakan manis yang menipu?
ADVERTISEMENTS
2. Mencintai namun tak terbalaskan menjadi konsekuensi yang harus siap diterima ketika aku memutuskan untuk jatuh cinta pada seseorang
Ketika awal jatuh cinta, sebenarnya aku belum siap untuk mendapat balasan yang pahit bahwa kamu tak memiliki rasa yang sama. Pedihnya memang bukan main. Bahkan orang lain ada yang hingga mengurung diri atau stress berhari-hari. Iya aku sempat melalui masa itu.
Sambil melewati masa-masa penerimaan kenyataan ini, aku renungi lebih dalam apakah sebenarnya aku telah siap untuk menjalin hubungan dengan seseorang? Menjaga perasaan orang lain? Berusaha setia dan berkomitmen dengan satu orang? Memutuskan untuk setia dengan satu orang itu bukanlah perkara ringan seperti bermain di taman saat masih kecil bersama teman-teman.
Aku pun juga berpikir, apakah kamu sudah siap atau selama ini kamu masih terbelenggu pada masa lalu atau ada orang lain yang lebih kamu inginkan daripada aku? Apakah ketika bersama nanti, kita bisa menjadi diri kita yang sebenarnya dan kita siap menerima sepenuhnya tanpa ada salah satu pihak yang ingin merubah diri?
ADVERTISEMENTS
3. Apa yang aku lakukan untukmu ternyata memang baik untukmu, tapi belum tentu baik untuk diriku sendiri
Berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memprioritaskanmu hingga menjadikanmu sumber kebahagiaanku selama ini, ternyata salah besar. Meskipun sudah tahu bahwa ujungnya aku akan kecewa lagi, diri ini masih menyakinkan bahwa suatu saat kamu akan berubah. Hanya perlu peran waktu untuk menjawab semuanya. Namun nyatanya, aku lebih memilih mundur.
Semakin lama sadar bahwa menyayangi diri sendiri juga perlu. Bukan berarti aku sudah tak cinta kamu lagi, namun selama ini aku masih jahat pada diri sendiri dengan masih memprioritaskan kebahagiaan untuk orang lain daripada kebahagiaan diriku sendiri. Bukankah kita harus sayang lebih dulu pada diri sendiri, sebelum memutuskan untuk sayang juga dengan orang lain(?)
ADVERTISEMENTS
4. Darimu aku banyak belajar, yang barangkali tak akan aku dapatkan jika bertemu dengan orang selain kamu
Aku hargai setiap momen pertemuan dan mengenal berbagai orang. Hidup ini singkat. Aku harus lebih dewasa dengan mengambil sisi positif dari setiap pertemuan dan perpisahan yang telah terjadi. Alih-alih kecewa dengan ketentuan yang Tuhan tetapkan, justru Tuhan yang lebih mengetahui mana yang terbaik untuk ciptaanNya.
Pertemuan tak harus menjadikan 2 insan untuk menyatu bersama. Kadang pertemuan antara 2 orang untuk saling memberikan pelajaran tentang hal-hal yang sebelumnya belum mereka dapatkan. Aku yakin pertemuan denganmu bukanlah suatu kebetulan, melainkan sudah rencana Tuhan meskipun berujung pahit untuk diriku sendiri.
ADVERTISEMENTS
5. Entah aku menuai hasil yang baik atau buruk, setidaknya aku pernah memperjuangkan seseorang yang ku cintai dengan tulus
Temanku pernah mengucapkan hal itu, sekiranya kalau aku masih sanggup untuk memperjuangkanmu, akan ku perjuangkan sekali lagi. Kalau tidak ada hasil yah memang sudah seharusnya aku mundur dan dapat pelajaran bahwa aku pernah memperjuangkan orang yang ku sayang. Setidaknya aku sudah jujur pada diriku sendiri, kalau aku pernah menginginkanmu.
Merutuki dengan berbagai ucapan membodohkan diri sendiri tak perlu ku lakukan. Biarkan hal yang sudah terlanjur terjadi ini memang harus terjadi dengan semestinya, dan aku tak menyalahkan perasaan karena ketika perasaan masih berkuasa pada diriku berarti aku masih manusia normal. Biarkan waktu yang memiliki andil untuk saat ini, agar rasa kecewa bisa terobati dan hilang dengan sendirinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”