Kamu pelajar Indonesia yang sedang merantau di Turki? Atau kamu pelajar Indonesia yang bercita-cita belajar di Turki? Kata ‘homesick’ sering terdengar di telinga sesama perantau. Tulisan ini didedikasikan kepada sesama perantau yang sedang berjuang melawan ‘homesick’ di bulan-bulan pertama kedatangan agar tak bermuara pada kata ‘pulang’ sebelum tuntas.
Belajar di Turki tak selalu seindah foto yang diunggah di Instagram, tak selalu sekeren tulisan yang ditulis di blog, tak selalu sebahagia yang diucapkan lisan setiap kali ditanya, “Bagaimana belajar di Turki?”
“Tapi, aku masih di Indonesia nih, boleh baca nggak?” Boleh banget. Beberapa tips justru lebih baik dipersiapkan sebelum keberangkatan.
ADVERTISEMENTS
1. Menghangatkan Diri
Mulai bulan Desember di Turki merupakan musim dingin. Salju di Gunung Uludağ sudah tebal. Namun di Bursa salju hanya sesekali turun. Meski demikian, udara tetap terasa dingin, angin sering bertiup kencang, dan hujan tak jaran turun rintik-rintik.
Terkadang energi dibutuhkan lebih banyak untuk melawan angin ketika berjalan. Hal terburuk saat kamu merasa kedinginan adalah berubahnya emosimu secara tiba-tiba menjadi sangat sensitif. Saat kedinginan, kamu butuh kehangatan. Ketika bertanya di mana kamu bisa mendapat kehangatan, ‘rumah’ sering kali menjadi jawabannya. Di situlah kamu akan merasa ‘homesick’.
Kamu akan merindukan hangatnya pelukan Ibumu, Bapakmu, Kakakmu, Adikmu, Temanmu. Untuk mengurangi kemungkinan munculnya pikiran rindu kehangatan rumah, kamu bisa menciptakan kehangatan itu sebelum merasa kedinginan, dengan mengenakan baju hangat, seperti jaket, sweater, syal dan sarung tangan.
ADVERTISEMENTS
2. Makan Makanan Indonesia
Menjadi pelajar di Turki yang tinggal di asrama, artinya harus bisa makan makanan Turki seperti çorba, pilav, ekmek, yoğurt, kofte, makarna, salat, kuru fasulye, ayran, muhallebi, patates (kentang), yumurta (telur), dan makanan Turki lainnya, untuk setiap pagi dan malam.
Tak dapat dipungkiri, ada rasa yang aneh di lidah. Sayang baru menyadari betapa lezatnya makanan Indonesia sesederhana tempe orek, kentang mustafa, lontong sayur, atau makanan Indonesia lainnya seharga 10 ribu di warteg. Lalu kamu merasa ‘homesick’. Makan mie instan menjadi jalan keluarnya.
Sejak di sini, motifku makan mie instan dari Indonesia berubah. Bukan lagi karena uangku menipis di akhir bulan, bukan lagi karena enaknya micin yang tak terbantahkan, tapi semata-mata karena rasa rumah yang ditawarkan dalam hangatnya kuah mie instan dan bumbunya yang Indonesia banget.
Jika kamu akan belajar di Bursa – Turki, aku akan mengajakmu dengan senang hati ke “Warung Ibu Cianjur” di Görükle. Berbagai menu seperti nasi, soto, sate, mie ayam, nasi kebuli, nasi kuning, bakso, ayam geprek, siomay, pempek, gorengan, hingga berbagai macam sambal tersedia.
ADVERTISEMENTS
3. Berkumpul dengan Orang Indonesia
Beruntunglah untuk kamu yang akan belajar di Bursa atau kota lainnya di Turki. Banyak pelajar Indonesia di sini yang disatukan dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia Turki. Khususnya di Kota Bursa, terdapat hampir 200 pelajar Indonesia. Sering-seringlah ikut dalam pertemuan PPI.
Untuk kali pertama aku mengikuti perkumpulan PPI Bursa, saat itu juga aku menemukan definisi ‘rumah’ baru. Mereka akan jadi orang pertama yang menyambutmu di ‘rumah’ baru. PPI juga menjadi tempat yang siap menerima kontribusimu untuk Indonesia.
ADVERTISEMENTS
4. Mengerjakan Hobi
Tak jarang perasaan ‘homesick’ hadir ketika sedang sendiri dan tak tahu harus berbuat apa, sehingga perasaan kita dibiarkan tenggelam terlalu dalam. Hal ini wajar saja terjadi, tapi tidak baik jika sudah sampai pada titik di mana kamu merasa perasaan ‘homesick’ tersebut memengaruhi kerja seluruh tubuhmu.
Pernah merasa lemas, tak ada gairah melakukan apapun, makan jadi malas, rasanya ingin melamun saja, hanya karena rindu rumah tapi kamu sadar betul tak bisa pulang? Maka ini saatnya kamu menyibukkan diri dan mengalihkan perasaan ‘homesick’ dengan melakukan hobimu.
Coba ingat-ingat lagi kegiatan apa yang kamu suka lakukan ketika di Indonesia. Menulis? Membaca? Menyanyi? Melukis? Atau berolahraga? Atau berpergian sendiri, boleh juga. Sekadar naik metro dan turun di beberapa stasiun selanjutnya, lalu jalan kaki sambil mendengarkan lagu, mengamati sekitar, lihat betapa asingnya lingkungan ini, tapi kamu berhasil melalui hari kemarin.
Maka saatnya kamu mengapresiasi diri dengan melihat pemandangan Kota Bursa dari Tophane Saat Kulesi, minum Osmanlı Çay di Ördekli Kültür Merkezi, makan Iskender Kebap, lalu berburu sutra di Koza Han, diakhiri dengan merendahkan diri di hadapan-Nya di Great Mosque of Bursa; Ulu Camii, karena memang betul, ketika kamu jauh dari siapapun yang pernah menjadi terdekat disisimu, Tuhan lah yang kamu rasa paling dekat kini.
ADVERTISEMENTS
5. Menghubungi Sosok yang Dirindukan
Terakhir, tak selamanya ‘homesick’ harus dipendam. Terkadang rasa rindu harus dibayar tuntas meski hanya dengan mendengar suara sosok yang dirindukan dan mengetahui bahwa ia baik-baik saja.
Perbedaan zona waktu yang terpaut 4 jam bisa jadi hambatan. Waktu terbaik untuk menghubungi sosok yang dirindukan adalah pukul 9.00, yang berarti di Indonesia pukul 13.00. Bisa juga pukul 12.00, agar di Indonesia pukul 16.00.
Tapi jika sosok yang dirindukan lebih suka dihubungi saat pagi hari sebelum memulai kegiatan, maka kamu harus siap bangun pukul 02.00 pagi. Sesekali rasa kantuk sangat tidak apa-apa berkorban demi menuntaskan rasa rindu.
“Halo, Mah, sedang apa?”
Jadi, sudahkah kamu ‘homesick’? Bagaimana caramu menghadapinya? Lari atau akhiri?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”