Halo malaikat kecilku yang kejam.. Malaikat kecilku yang hadir membawa sejuta mimpi indah sekaligus ribuan tetes air mata. Apa kabar? Masih memandangku sebagai sosok yang kalah? Sosok yang tak cukup sempurna untuk mendampingimu?
Atau sudah sadar dan berkaca diri? Sudah berkaca bahwa kamu juga makhluk minus, yang pasti penuh kekurangan. Sudah berkaca bahwa kamu bukanlah Tuhan yang pantas menghakimi semua kekuranganku.
Aku sudah menyadari dirimu seutuhnya, sayang. Ya, saat kita memutuskan untuk menjalin ikatan cinta ini. Tapi tak mengapa, toh manusia memang diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan, bukankah begitu?
Tapi setelah penerimaan tulus yang kuberi, lantas ini balasmu sayang? Kamu mengetesku. Kadang dengan sikap berlebihan dan membuatku sering merasa tidak dicintai. Inikah pembalasan tulus darimu sayang?
<>2. Di depanmu aku terpuruk, dan kamu tega menganggapku tak sepadan untuk bersisian denganmu.>Aku hanya bersikap sewajarnya pasangan seperti status yang kini kita jalani. Salahkah itu sayang?
Salahkah aku mengharapkan perhatianmu? Atau haruskah aku mengemis perhatian seperti yang biasa kulakukan padamu?
Salahkah aku mengharap sedikit dimanjakan darimu? Atau aku harus selalu kuat berdiri di atas kaki ku sendiri tanpa pendampingan darimu?
Salahkah aku mengharap kasih sayangmu yang tulus? Atau haruskah aku merutuki nasib dan bertanya mengapa aku tak kau cintai?
Sayang, jika memang kita tak perlu saling menyayangi dan memperhatikan, lantas untuk apa kita bersama? Tidakkah kamu memikirkan ini juga?
Tak perlu mengetesku sekejam ini sayang. Kamu sudah kehilangan banyak waktu yang seharusnya bisa kita pakai untuk saling mencintai.
<>3. Dirimu juga penuh beribu kekurangan, terlalu butakah matamu melihat kekurangan sendiri?>Ayolah sayang, kau pandang apa dirimu selama ini ketika bercermin? Pangeran muda, tampan, kaya raya kah? Anak muda, keren, pintar dan paling populer kah?
Ayolah, tak perlu aku menjadi sesosok kasar karena mengorek kekuranganmu. Atau mungkin memang kekurangan itu terlalu besar hingga menutupi bola matamu. Sini kubantu.
Kamu bukanlah sosok kaya raya yang bergelimang harta, sadarkah kamu? Aku pun sadar akan kekuranganmu, tapi apalah arti harta ketika kita berdua rajin mencari dan memupuk untuk masa depan. Bukankah begitu sayangku?
Kamu bukanlah si tampan rupawan bak pangeran di dunia dongeng. Tapi kan ketampanan dan kecantikan hati itu justru lebih memikat. Bukankah begitu sayang? Aku saja dulu terpikat diawal karena hatimu.
Kamu bukanlah si populer yang eksis dengan ribuan talenta. Ah ayolah, untuk apa kita ributkan eksisnya dirimu, jika hadirmu selalu mampu melengkapiku. Tapi pada kenyataannya aku seringkali kesepian, tanpamu. Tenggelam kemanakah kamu?
<>4. Jika memang kamu tulus mencintaiku, tak mungkin kamu mengetesku sekejam ini.>Salahkah aku jika aku sekarang menyebutmu kejam? Setelah aku terpuruk, menangis, melukai diriku, hingga merendahkan diri di depanmu bertanya mengapa aku tak layak kau cintai, wajarkah aku meneriakkan kata kejam di telingamu?
Jika kamu benar mencintaiku, takkan mungkin kamu tega melukaiku. Apalagi seperti ini. Kamu bukan hanya melukai perasaanku tapi mengubahku menjadi mahluk pemurung.
Inikah pembuktian cintamu sayang? Sudah cukupkah kata-kataku ini menjadi cermin atas perbuatanmu padaku?
<>5. Kamu pantas mendapatkan dia yang sempurna. Impian kosong yang hanya ada di dunia dongeng.>Setelah aku terpuruk dan kamu anggap tak sepadan, sekarang, pergilah. Kejar dia yang kau anggap sempurna. Dia yang tak punya secuil pun kekurangan.
Aku hanya bisa memungut hatiku. Meski kau kembalikan dengan banyak luka, tak mengapa. Luka bisa sembuh. Dan aku lebih bahagia darimu karena masih bisa hidup di dunia nyata dengan akal yang sehat. Aku masih bisa menerima kenyataan bahwa di dunia ini tak ada orang yang sempurna.
Kalau kamu masih berkeras untuk mengejar mahluk khayalan yang maha sempurna, kejarlah. Aku lebih memilih untuk melanjutkan hidupku di dunia nyata. Kejarlah.
Aku memilih tegar dan pergi dari pikiranmu yang mengharap kisah cinta seperti di dunia dongeng.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Terlalu sedih ketika malaikat kecilku menganggap ku tak pantas mendampinginya karena ribuan kekuranganku.sedangkan apa dia tak berkaca dengar Yang ad dirinya..
Terlalu sedih!!!
Manusia di ciptakan hanya untuk melihat kekurangan orang lain, bukan kekurangan ia sendiri
Fiktif/ nyata isi tulisan ini aku tenang dan terinspirasi bahwa aku tidak sendirian. Ternyata bukan aku saja yang merasakan hal yg seperti ini. Aku begitu memujanya sampai tak ingat aku ini siapa. Aku kehilangan diriku yang dulu dan ketika kini malaikat itu pergi aku hilang arah dan tidak tau harus mencari diriku yang dulu kemana.
Halo Ita.. tulisan ini nyata.. dan aku bersyukur bisa menuangkan pikiranku disini… kita berusaha menerima mungkin kekurangan pasangan qta.. bisa jadi kurangnya dia mgkn lbh BANYAK dari qta.. tp karena dia sibuk mengetes kurangnya qta, dia jd keliatan KURANG TAU DIRI..
agak kasar cara bicaraku. Tp kan lbh baik dapet pasangan yg TAU DIRI dibanding dia yg GAK BISA BERCERMIN 🙂 hihi
Ini yg gw alami skrg!!!
Dan thanks gw sadar stlh baca ini..
persis sama seperti yang aku alami sekarang, saat menghitung hari menjelang pernikahan, sakit sekali rasanya, tp teteap berusaha tegar didepan semua orang seolah tak terjadi apa2 pada diriku