Keputusan untuk menikah merupakan satu kesatuan dengan keputusan untuk mengabdikan hidupmu sepenuhnya kepada suami. Kebaikan dan keburukan seorang istri sudah menjadi tanggung jawab suami. Apa yang suami perintahkan kepada istri dalam hal kebaikan tentu sudah sepatutnya untuk dijalani sepenuh hati oleh istri. Karena bakti kepada suami merupakan kewajiban utama istri.
Pun dalam hal mencari nafkah, suami adalah orang yang terkena kewajiban paling atas yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Nafkah itu berupa sandang (pakaian), pangan (makanan, minuman), dan papan (tempat tinggal).
Namun bila melihat perkembangan zaman saat ini, sudah banyak wanita yang secara materi membantu suaminya mencari nafkah, baik bekerja di kantor atau di tempat lain. Bukan tidak bersyukur atas nikmat rezeki dari Tuhan, tetapi mungkin ada beberapa kondisi yang memang mengharuskan wanita untuk bekerja. Mahalnya biaya hidup saat ini seperti menuntut mereka untuk ikut berpartisipasi dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Tetapi ada juga suami yang tidak memperbolehkan istrinya untuk bekerja. Di antara alasan terkuat adalah agar istri fokus merawat anak dan mengurus rumah tangga. Sudah tentu ini bukanlah pilihan yang buruk. Tetapi hal ini menjadi dipandang sebelah mata oleh segelintir orang, yang memandang bahwa sang istri haruslah bisa meringankan beban suami dalam mencari penghasilan apalagi jika sang istri memiliki pendidikan tinggi. Benarkah begitu?
Pada artikel kali ini, Hipwee akan mengupas kehidupan istri yang hanya mengandalkan penghasilan suami untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENTS
1. Awalnya memang berat buatmu yang sudah terbiasa bekerja, tapi kalau suami bilang jangan apa masih berani untuk melawan? Suami adalah kepala rumah tangga, lho!
Suami yang melarangmu untuk bekerja pasti sudah mempertimbangkan larangannya tersebut secara matang. Suami bukan semata-mata hendak mengekang kehidupanmu atau membatasimu secara financial, namun dia merasa bahwa dirinya masih mampu untuk memenuhi kebutuhanmu tanpa harus kamu bantu.
ADVERTISEMENTS
2. Nyinyiran orang-orang di sekitarmu sempat bikin kamu malu, apalagi jika dulu kamu pernah bertahun-tahun menuntut ilmu
Paradigma masyarakat yang mengatakan “orang yang berpendidikan tinggi harus memiliki pekerjaan bagus dan gaji besar” sepertinya harus mulai direvisi. Untuk menjadi seorang ibu rumah tanggapun nyatanya harus memiliki ilmu yang mumpuni.
Tidak usah pedulikan orang yang mengatakan sarjana kok kerjanya cuma ngurus anak saja. Ketahuilah, anakmu pasti bangga dirawat oleh ibunya yang lulusan sarjana.
ADVERTISEMENTS
3. Karena bisa mendapatkan uang dari suami saja, kamu jadi lebih menghargai tiap rupiah yang diberikan oleh suami
Apakah dulu ketika masih bekerja kamu termasuk orang yang hedon atau suka menghabiskan uang untuk bersenang-senang? Jika ya maka sekarang kamu tidak bisa lagi melakukan itu. Nafkah pemberian suami bisa jadi cukup untuk makan dan bayar listrik saja yang mau tidak mau harus kamu terima dan atur dengan baik.
Kadang untuk membeli perlengkapan pribadi saja kamu harus berhitung dengan cermat. Tapi dari sana kamu jadi lebih menghargai jerih payah suami dan uang yang dihasilkannya.
ADVERTISEMENTS
4. Jadi terbiasa mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran di buku kas. Keahlian akuntansimu jadi terlatih di sini
Ketika masih bekerja jangankan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran gaji, yang ada kadang tidak tahu uang tersebut habis untuk apa saja. Ketika sudah berumah tangga, mencatat arus kas menjadi kegiatan rutinmu.
Bagi ibu rumah tangga, kehilangan Rp. 1.000 saja saat menghitung uang rasanya seperti bencana. Tapi dari situlah ketelitian dan kecermatanmu terasah.
ADVERTISEMENTS
5. Skala prioritas menjadi pedomanmu saat ini, jadi lebih mendahulukan kepentingan anak dan suami dibandingkan keperluan pribadi
Lupakan sejenak baju-baju lucu di online shop ternama itu. Atau hempaskan untuk sementara bayangan untuk memiliki make up dan skin care terbaru dari label ternama. Susu dan diapers anak lebih penting untuk saat ini.
Dan coba diingat lagi bahan makanan apa saja yang tinggal tersisa sedikit di dapur. Pasti kamu akan lebih mementingkan untuk membeli beras daripada bedak atau lipstik, kan?
ADVERTISEMENTS
6. Belajar dari kondisi ini, kamu jadi memahami arti qona’ah (merasa cukup) yang sebenarnya
Selalu bersyukur atas pemberian suami adalah jalan terbaik yang bisa dilakukan istri. Berapapun penghasilan suami, berapapun nafkah yang diterima sudah sepatutnya untuk disyukuri dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”