Indonesia merupakan negara yang kaya dengan adat istiadat dan tradisi, hal ini disebabkan karena keberagaman masyarakatnya serta jumlah suku yang banyak sehingga memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing. Pernikahan adalah salah satu bagian dari kehidupan yang selalu dinanti oleh setiap calon pengantin, tidak hanya pengesahan secara hukum negara dan agama saja tetapi rangkaian adat istiadatnya. Mulai dari sabang sampai merauke punya gayanya masing-masing dalam melaksanakan prosesi perkawinan.
Khususnya di masyarakat Jawa Tengah yang kental dengan adat istiadat terutama Gaya Surakarta yang bersumber dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Banyak sekali prosesi yang dijalani menjelang pernikahan dalam adat Jawa Gaya Surakarta ini. Mulai dari pasang tarub, siraman hingga midodareni. Namun terkadang sudah jarang diadakan oleh pemangku hajat dengan alasan kepraktisan. Banyak sekali prosesi yang dijalani menjelang pernikahan dalam adat Jawa Gaya Surakarta ini. Mulai dari pasang tarub, siraman hingga midodareni. Namun terkadang sudah jarang diadakan oleh pemangku hajat.
ADVERTISEMENTS
1. Upacara Pasang Tarub
Pasang tarub merupakan upacara mendirikan tarub atau tratak semacam tenda sebagai peneduh. Upacara ini dilakasanakan antara tujuh, lima, atau tiga hari sebelum upacara initi penikahan. Bahan-bahan untuk mendirikan tarub adalah bambu dan atap anyaman dari daun nipah atau daun aren. Daun nipah yang dianyan disebut bleketepe yang biasa dipasang di depan rumah calon pengantin. Kemudian pada kiri dan kanan pintu masuk dipasang tuwuhan yang bermakna tumbuh yakni berisi satu batang pisang raja yang masih lengkap, utuh dengan satu tandan buah pisangnya dipasang pada sebelah kanan pintu.
Pada sebelah kiri dipasang satu batang pisang pulut yang masih lengkap dengan satu tandan buah pisangnya, kemudian cengkir atau kelapa yang masih sangat muda satu tandan atau satu jenjang. Tebu wulung masing-masing satu batang dan berbagai macam daun yakni daun kluwih, daun opo-opo, daun alang-alang, daun dadap serep serta daun nanas.
ADVERTISEMENTS
2. Upacara Siraman
Siraman adalah perlambang pembersihan atau penyucian bagi calon pengantin wanita maupun pria sehingga pada saat upacara akad nikah keduanya bersih jasmani dan rohaninya. Upacara ini biasanya diawali dengan sungkem atau ngabekten. Bahan yang digunakan adalah air tawar yang di beri hiasan kembang telon, dua buah kelapa gading yang diikat menjadi satu dimasukan dalam bak atau kendaga siraman, mangir untuk membersihkan badan, kendi berisi air untuk wudlu, londomerang, air asam, atau air santan yang di beri jeruk purut.
Kemudian bangku kayu kecil yang sudah diberi alas kloso bongko, di atasnya diberi daun kluwih, daun alang-alang, daun opo-opo, daun dadap serep, daun nanas dan kain putih. Siraman diawali oleh kedua orang tua dan dilanjutkan oleh para pinisipeh yang berjumlah 7 atau 9 orang dan diakhiri oleh juru paes. Diakhiri dengan calon pengantin digendong oleh ayahnya menuju ke kamar sebagai perlambang ngentaske anake atau membawa anaknya ke kehidupan mandiri.
ADVERTISEMENTS
3. Upacara Dodol Dawet
Upacara dodol dawet ini dilakukan ketika calon pengatin selesai melaksanakan siraman dan sedang di ratus dan di kerik. Upacara dodol dawet berarti upacara berjualan dawet atau cendol yang dilakukan oleh ibu calon pengantin dan dipayungi oleh ayah calon pengantin. Para tamu membeli dawet dengan uang kreweng atau dari pecahan tanah liat.
Kemudian uang kreweng tersebut dimasukkan dalam kandi atau kantong kecil kemudian dimasukkan dalam pedaringan dan diberikan kepada calon pengantin sebagai perlambang bekal dari orangtuanya saat memasuki gerbang rumah tangga. Upacara ini merupakan salah satu upacara yang menarik karena dilaksanakan di tengah hari. Dawet bermakna kemruwet atau harapan ketika acara penikahan banyak yang datang.
ADVERTISEMENTS
4. Upacara Ngratus atau Meratus Rambut
Ngratus atau meratus rambut merupakan upacara yang dilaksanakan seusai upacara siraman. Ketika rambut caln pengantin masih basah dilakukan pengratusan rambutu oleh penata rias atau juru paes. Tujuannya untuk mengeringkan dan mengharumkan rambut secara tradisional menggunakan anglo khusus ratus, bubuk ratus, gula pasir dan kipas.
Diawali dengan penata rias menyiapkan peralatan ratus kemudian kepala pengantin ditutup menggunakan handu kemudian perias meratus rambut dari belakan dengan uap ratus hal ini dilakukan selama kurang lebih 20 menit hingga uap harum dari ratus meresap ke dalam rambut dan rambut benar benar kering.
ADVERTISEMENTS
5. Upacara Ngerik
Upacara Ngerik merupakan upacara untuk menghilangkan anak rambut pada dahi dan tengkuk calon pengantin, sekaligus untuk membentut tata rias wajah pengantin. Upacara ini sebagi perlambang menuju hidup tentram dan sejahtera. Penata rias atau juru paes duduk berhadapan dengan calon pengantin kemudian membuat cengkorongan atau pola paes gaya Solo kemudian setelah jadi di kerik sedikit demi sedikit membentuk pola paes dan sogokan.
ADVERTISEMENTS
6. Upacara Midodareni
Upacara Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari nawang wulan yang akan turun ke bumi. Banyak calon pengantin yang sudah tidak menggunakan upacara ini. Calon pengantin dirias samar-samar agar terlihat cantik kemudian pola paes dipidih tipis tipis berwarna kecoklatan dan pada rambut dipasang sanggul ukel konde menggunakan cemara panjang. Calon pengantin seusai di rias menggunakan kebaya sawitan atau kebaya dan kain yang digunakan berbahan sama. Hendaknya berwarna cerah dan bermotif bunga-bunga.
Namun seiring perkembangan zaman banyak yang menggunakan kebaya berbahan broklat dengan kain batik sebagai bawahan dengan motif corak Surakarta. Setelah acara merias selesai calon pengantin didudukan di tempat yang sudah disediakan ditemani oleh pinisepu serta keluarga yang kesemuanya wanita, karena laki-laki tidak boleh mengikuti upacara ini. Upacara ini biasanya semarak karena dihadiri para remaja putri yang menemani calon pengantin di malam terakhir sebagai gadis. Malam midodareni ini berlangsung hingga larut malam.
7. Upacara Dulang Pungkasan
Dulang pungkasan adalah upacara memberi suapan terakhir kedua orang tua kepada calon pengantin yang esok akan melaksanakan upacara pernikahan. Dulang pungkasan ini sebagai simbol memberi bekal kepada calon pengantin untuk memasuki gerbang rumah tangga.
Dalam dulang pungkasan ini ayah dari calon pengantin menyuapi pengantin dengan nasi liwet yang diberi lauk sambel goreng, opor ayam, telur pindang, kedelai goreng, rambak, mentimun, lombok, bawang merah dan garam. Di tutup dengan ibu yang memberikan minum kepada calon pengantin.
8. Upacara Dol Tinuku Kembar Mayang
Tradisi ini dilaksanakan pada malam midodareni ini jsudah jarang digunakan dengan alasan kepraktisan namun didalamnya sarat akan makna. Diawali dengan adegan ibu calon pengantin yang memanggil teman dekat ayahnya untuk mencarikan mainan. Kemudian oleh teman sang ayah di carikan ke pelosok negeri.
Di sebuah pasar ada yang menjual sekar moncowarno dan menawarkan daganganya dengan mengalunkan temang dandhang gula, antara pembeli dan penjual terjadi percakapan, “pasar mana?” kata utusan.
“Pasar purwodadi”, kata penjual yang kemudian di sahut lagi oleh utusan
“Desa mana, kecamatan mana, yang dijual apa?” kemudian dijawab oleh penjual
“Desa Margomulyo Kecamatan Kartobinangun dan menjual sekar moncowarno paring ing dewo” setelah itu sang utusan ingin membeli dan bertanya berapa harganya dan dijawab oleh penjual bahwa tidak boleh dibeli dengan uang tetapi harus dibeli dengan tekad (ketetapan hati), bekti ing laki (Bakti pada suami), manut miturut (tunduk dan patuh kepada orang tua, bangsa, dan negara), kidungan satu pada.
Selanjutnya keluarlah kembar mayang yang sudah ditebus tadi yang digendong menggunakan kain sindur oleh dua orang perawan sunthi atau gadis yang belum balikh dan melagukan tembang lir-ilir. Utusan sang ayah kemudian datang membawakan kembar mayang tadi hanya tebusaanya harus dilaksanakan oleh pengantin wanita. Calon wanita kemudian menyanggupi dan kembar mayang di pasang pada tempat yang sudah di sediakan.
9. Upacara Langkahan
Upacara langkahan ini biasanya dilaksanakan ketika calon pengantin menikah mendahului tua melangkahi kakanya yang belum menikah. Upacara ini lazimnya dilaksanakan seblum upacara midodareni sebelum banyak tamu yang datang dan hanya keluarga terdekat saja yang menghadirinya.
Adapun peralatan atau uborampe yang perlu disediakan yakni tumpeng nasi putih, panggang ayam, tebu wulung, seperangkat pakaian yang kesemuanya akan diberikan sebagai hadiah kepada kakak calon pengantin sebagai penghibur karena ia harus dilangkai oleh sang adik untuk menikah.
Dalam upacara ini diawali dengan adegan sang adik memohon sungkem kepada sang kakak sambil berkata “apakah saya diperkenankan untuk menikah mendahului kakak?” kakaknya menjawab, “boleh”. Selanjutnya sang calon pengantin berkata lagi ”terima kasih, semoga kakak segera menyusul”. Kemudian sungkem kepada kakaknya.
Sesudah itu kakaknya membawa tongkat yang terbuat dari tebu wulung sambil menuntun adiknya melangkahi tumpeng sebanyak 3 kali. Lalu dilanjutkan dengan tirakatan hingga kurang lebih pukul 24.00.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”