Surat Terbuka untuk Mereka yang Merendahkan Hidupku, Terima Kasih Telah Menempa Diriku

surat terbuka untuk mereka yang merendahkan

Hidup itu kalo nggak ada yang mengomentari ya dikomentari. Biasa lah, mau sebaik apapun kita menjalaninya, nggak lepas dari namanya cibiran. Ibarat makan sayur kalo nggak pake garam tuh nggak kerasa kuahnya, hambar. Begitu pun dengan kehidupan kalo nggak ada yang mencibir, rasanya flat banget nggak sih..

So, for you haters, orang yang lebih suka mengomentari tanpa mencari pembenaran, lebih suka menyimpulkan tanpa mau tau akar masalahnya. Tekanan kalian tidak akan membuat kami mati berkarya.

ADVERTISEMENTS

1. Dear haters, terimakasih untuk segala bentuk ujaran kebenciannya

Photo by @afkarn254i on Pinterest

Photo by @afkarn254i on Pinterest via https://id.pinterest.com

Terimakasih untuk semua cibiran dan kalimat menyakitkannya, hinaan dan caciannya. Untuk semua tekanan bertubi yang kalian ucapkan. Terimakasih pernah ‘sukses’ melumpuhkan logika ku untuk berpikir, mengguncang hatiku hingga jatuh berdarah dan ketakutan.

Terimakasih telah mengajariku ternyata berada diatas ‘puncak’ itu harus siap melewati setiap badai ujiannya.

2. Dear haters, maaf-maaf ya! Kami bukan orang lemah

Photo by @merveaticifotografciniz  on Instagram

Photo by @merveaticifotografciniz on Instagram via https://www.instagram.com

Berkat kalian , aku tumbuh dan jadi orang yang menghargai orang lain sekecil apapun usaha atau karya yang mereka lakukan. Terimakasih telah menemani setiap langkahku dengan ucapan yang menghantam hati. Terimakasih telah memberi warna dan air mata pada setiap proses yang aku jalani. Kalimat provokasi kalian telah menebalkan pola pikir ku untuk tidak jatuh hanya karena hujatan.

3. ‘Sesempurna’ apakah hidup yang kalian jalani? Sampai bisa merendahkan orang lain sehina ini~
Photo by @esraacosar  on Instagram

Photo by @esraacosar on Instagram via https://www.instagram.com

Terkadang aku bertanya begitu  ‘sempurnakah’ kehidupan kalian yang kerap melempar kalimat sarkas terhadap karya orang lain.
‘Sesempurna’ apa hidup kalian hingga begitu mudah menjatuhkan orang lain? ‘Sebahagia’ apa hari yang kalian lalui hingga begitu ringan tuk mengucap kalimat yang melukai hati orang lain? Sikap dan tindakan kalian sudah cukup menjelaskan bagaimana kehidupan yang kalian jalani.

Doaku semoga ucapan kalian sesempurna hidup yang kalian jalanin.

4. Lisanmu lebih tajam dari sebuah pedang
Photo by @mniyabel on Pinterest

Photo by @mniyabel on Pinterest via https://id.pinterest.com

Dahsyatnya  lidah itu lebih tajam dari pedang, dan lebih besar hancurnya dari tenaga laki-laki karena rusak akibat dari lisan itu luar biasa –Ust Abu Salma, Lc

Dulu sekali, saat aku masihlah seorang pemula dalam proses mengejar mimpi. Untuk pertama kali dalam hidup, menerima kalimat penuh kebencian yang menyayat hati. Aku pernah terpuruk setahun lamanya, takut untuk memulai, takut menerima penolakan. Sedahsyat  itu efek dari sebuah ucapan. Mematahkan  mimpi seseorang apakah sebuah prestasi ?

Dear haters, pernahkah kalian berpikir jika ucapan kalian bisa merusak hidup orang lain?

ADVERTISEMENTS

5. Menjadi pemaaf adalah cara kami untuk selamat

Photo by @tgcbyrgl on Instagram

Photo by @tgcbyrgl on Instagram via https://www.instagram.com

Pelajaran terbaik yang kalian beri pada diri ini adalah untuk menjadi orang yang pemaaf. Aku belajar memafkan demi keselamatan jiwa dan hatiku. Aku bukan si lemah yang akan hilang ditelan kebencian . Aku bukan si penakut yang akan mati lalu tenggelam hanya karena cibiran dan sindiran.  Perjuanganku amat panjang, melelahkan dan penuh ujian sebab dari itu hujatan dan cacian tak akan membuat aku jatuh (lagi).

Bagiku yang pernah menjadi korban ’kekejaman’ kalian, menjadi pendendam bukanlah caraku, namun sebaliknya menjadi terbaik didepan kalian yang meragukan adalah pilihanku.

Inilah surat terbuka untuk mereka yang merendahkan. Semoga mereka bisa belajar adab sebelum berucap. Jadilah orang yang santun , beri masukkan bukan hinaan yang menjatuhkan. Haters? Senyumin aja!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Arunika - Penikmat Swastamita

Editor

Not that millennial in digital era.