Tugas keseharian yang menumpuk, administrasi yang rumit, padatnya jam mengajar ditambah lagi dengan tingkah laku peserta didik yang terkadang membuat sakit hati adalah makanan sehari-hari dari seorang guru. Bukanya mau menjelek-jelekan atau tidak senang terhadap profesi mulia ini, tetapi saya menulis tulisan ini hanya sebagai sharing kepada teman-teman guru muda seperjuangan, teman teman mahasiswa FKIP juga kepada adik-adik yang sekarang lagi memilih jurusan keguruan untuk melanjutkan pendidikanya.
Banyak suka duka yang dialami guru, kadang ada hal yang menyenangkan yang dapat terjadi, terlebih ketika menyaksikan adik-adik didiknya mengerti dengan apa yang dijelaskan. Atau kebahagiaan kecil ketika lewat di koridor kelas dan ada senyuman ramah dari para peserta didik yang mengiringi ucapan selamat. Namun banyak juga keresahan yang terjadi yang sering dialami dalam perjalanan menggeluti profesi ini. Walaupun baru setahun menjalani profesi ini ada hal-hal yang saya kira sudah tidak asing lagi dialami oleh rekan-rekan guru, dan saya pikir ini layak untuk dibagikan dan menjadi bahan refleksi .Berikut beberapa hal yang sudah biasa dialami oleh para guru.
ADVERTISEMENTS
1. Guru ditutut untuk selalu sempurna
Menjadi guru berarti seseorang harus siap untuk menjadi panutan dan teladan. Guru selalu dituntut untuk bersikap baik dan membuat yang terbaik. Lebih parahnya lagi masyarakat sering beranggapan bahwa guru itu adalah orang yang tahu dan mengerti segala hal. Maka tak jarang dalam kehidupan bermasyarakat, guru-guru banyak dipercayakan memegang peran peran penting dalam organisasi kemasyarakatan. Sebagai guru muda dan masih dalam tahap belajar tentu ini menjadi tantangan tersendiri karena memacu diri untuk bisa menguasai segala bidang.
ADVERTISEMENTS
2. Guru harus terus belajar
Sebagai guru tentu tak pernah lepas dari rutinitas belajar. Guru yang tidak belajar, pengetahuanya tidak akan berkembang dan pada akhirnya hanya mengajarkan hal yang sama tiap tahunnya tanpa adanya perubahan metode. Tak jarang, siswa seringkali meremehkan guru-guru yang kurang wawasan dan bahkan mencemooh. Tentu ini menjadi hal yang memalukan seperti ketika seorang guru tidak menguasai materi yang diajarkan di kelasnya.
Saya juga pernah mengalami hal yang sama ketika akan menjelaskan seuatu namun tiba-tiba gugup dan tidak bisa menjelaskan dengan baik, namun pribahasa ala bisa karena biasa pun berlaku. Perlahan-lahan kejadian seperti inipun hilang dikarenakan sebelum memasuki kelas kesiapan adalah segalanya. Sebelum meminta adik-adik peserta didik untuk belajar, guru harus pertama kali orang yang belajar dan menunjukan caranya untuk mempelajari suatu materi. Memang tidak ada sanksi khusus untuk guru yang malas belajar seperti halnya siswa yang malas, namun sanksi moral dan nurani terkadang lebih keras dibandingkan dengan sanksi fisik.
ADVERTISEMENTS
3. Semua tingkah laku guru disoroti
Kalau televisi sering menyoroti tingkah laku selebriti atau tokoh politik, sebenarnya gurulah yang menjadi orang yang paling sering disoroti tingkah lakunya oleh masyarakat, selain karena lebih dekat dengan masyarakat, ketika seseorang memutuskan untuk menekuni profesi ini, berarti siap untuk memikul tanggung jawab moral untuk menjadi teladan yang baik bagi adik-adik didikanya juga kepada masyarakat pada umumnya. Saya juga menyadari bahwa ini juga merupakan tanggung jawab yang berat, tetapi menanggung sesuatu yang berat sudah menjadi kebiasaan seorang guru jadi tidak ada kata tidak bisa untuk suatu perubahan yang lebih baik.
ADVERTISEMENTS
4. Penampilan yang biasa-biasa saja
Bukan hal baru lagi kalau kita menyaksikan banyak penampilan guru yang terkesan monoton dan tidak memperhatikan perkembangan mode busana. Bajunya yang itu-itu saja, dan potongan rambut yang klasik memang menjadi penampilan sehari-hari seorang guru, asalkan sopan dan bersih. Memang tidak semua guru berpenampilan klasik, namun terkadang guru yang terlalu berlebihan mementingkan penampilan mendapat sorotan penilaian negatif dari masyarakat.
Saya juga sering merasa bahwa urusan busana adalah urusan masing-masing pribadi, namun karena guru selalu menjadi sorotan, mau tidak mau, suka tidak suka harus mengikuti standar berpakaian yang sudah ditetapkan ( walaupun aslinya sering mengabaikan ini heheheeee…..)
ADVERTISEMENTS
5. Lembur ekstra
Tak jarang guru membawa pekerjaannya di sekolah ke rumah untuk diselesaikan. Baik berkas administrasi, perangkat pembelajaran, materi ajar juga memeriksa hasil pekerjaan siswa sering menjadi pekerjaan eksta yang dilakukan guru hingga larut malam. Namun semuanya dilakukan tanpa beban karena memang banyak guru sudah benar-benar mencintai profesinya.
ADVERTISEMENTS
6. Banyak waktu liburan
Salah satu keuntungan menjadi guru adalah banyaknya waktu liburan, karena bekerja di lingkungan sekolah. Karena itu para guru biasanya memiliki waktu “me time” yang banyak dan sering berliburan.
7. Terkenal
Sekali lagi bukan hanya selebriti dan tokoh politik yang terkenal guru pun demikian. Yah bayangkan saja seorang guru mengajar di kelas yang jumlah siswanya 40 orang, berarti sudah 40 orang yang menngenalnya, belum lagi ditambah dengan kelas-kelas yang lain dan tergantung berapa lama guru tersebut mengajar. Walaupun tidak pernah menjadi tranding topik di media sosial seperti para selebriti atau tokoh politik, namun percayalah setiap orang pasti mengingat siapa gurunya :D
8. maju salah mundur salah
Salah seorang guru saya pernah bercerita tentang profesinya. Saya masih ingat kalimat beliau seperti ini : “menjadi guru itu dilema, ibarat kaki kirinya berada di neraka dan kaki kanan berada di surga”. Awalnya saya tidak mengerti apa maksud dari perkataaan beliau, namun setelah setahun menekuni profesi ini saya akhirnya sedikit memahami.
Menjadi guru memang dilema, setiap tindakanya harus benar-benar bijaksana agar tidak terjadi kesalahpahaman. Banyak sekali guru-guru yang dipidana karena proses mendidik, walaupun tujuanya baik namun cara didikanya dianggap salah oleh masyarakat. Selain itu guru juga terkadang harus berkorban untuk berbuat Dosa demi masa depan anak didiknya, walaupun menentang dengan hati nuraninya.
9. Tingkat Kesejahteraan rendah
Kalau mau kaya, sebaiknya menjauhlah dari profesi guru setidaknya itulah yang sering orang-orang katakan. Tingkat kesejahteraan guru di Indonesia memang memprihatinkan, pendapatan yang diperoleh terkadang hanya dicukup-cukupi untuk keperluan sehari-hari. Miris memang, tetapi begitulah kondisi ribuan pahlawan tanpa tanda jasa kita. Dan sebagai seseorang yang baru mempelajari profesi ini akhirnya saya juga harus menyadari bahwa uang bukan segalanya,walaupun memang segalanya butuh uang. Ada kebahagian yang bisa ditemukan dalam setiap profesi yang dijalani tanpa harus berkelimpahan uang,
Setidaknya itulah hal – hal yang pada umunya dirasakan oleh para guru. Dunia pendidikan indonesia ada ditangan para guru, pahlawan kemanusiaan. orang hebat bisa ada karena guru yang hebat. Tetap mengembangkan diri sehingga menjadi guru-guru hebat sehingga melahirkan generasi-generasi yang hebat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”