Starter Pack Hadapi Quarter Life Crisis. Biar Umur 20anmu Senantiasa On Track Lagi

Starter pack saat quarter life crisis

“Wah di A sudah kerja di perusahaan X, gajinya gede banget. Kemarin dia habis beliin ortunya blablabla”

Kamu? Boro-boro kasih ke orang tua sesuatu yang menarik, buat diri sendiri saja rasanya masih harus jungkir balik

“Eh liat-liat, anaknya si B, lucu banget yah”

Nah kamu? Jangankan anak yang lucu-lucu, pasangan aja masih tak tentu

“Kemarin si C baru beli ini, beli itu. Terakhir dia posting lagi jalan-jalan ke X”

Beda sama kamu, jangankan buat refreshing ke mana dan ke mana. Menyisihkan waktu untuk istirahat aja susahnya minta ampun. Rasanya sudah kerja keras tapi hasilnya cepat habis terkuras.

Di saat kita sedang merasa hidup kita begini saja, stagnan, diam di tempat, mendengar berita tentang keberhasilan orang lain rasanya seringkali membuat kita pusing, down, bahkan lebih pusing dibanding menghadapi permasalahan kita sendiri. Kamu yang memasuki usia 20-an, pasti khatam merasakan atau menghadapi hal-hal semacam itu. Orang-orang menyebutnya quarter-life crisis.

Nah, kenapa sih, perasaan-perasaan itu sering muncul di diri kita? Karena iri kah? Yah, mungkin bisa dibilang rasa iri itu ada, meski sedikit. Lebih tepatnya, perasaan-perasaan itu muncul karena kebanyakan dari kita sering menyamakan standar keberhasilan kita dengan orang lain. Padahal kalau kata orang jawa “urip kuwi sawang sinawang” (hidup itu kita hanya bisa saling lihat dari apa yang kelihatan saja).

Orang yang kita lihat bahagia belum tentu lebih bahagia dari kita. Orang yang sukses, seringkali kita hanya melihat saat ia berada di fase sukses itu, tanpa tahu bagaimana jerih payahnya untuk dapat menuju ke sana. Tapi tenang, tidak selamanya perasaan-perasaan semacam itu berdampak negatif buat hidup kita lho.

Kamu yang udah pernah merisaukan hal-hal seperti itu tandanya kamu udah mulai dewasa. Means, kamu sudah mulai memikirkan kalau ada waktunya hidup itu harus bisa berdiri di atas kaki sendiri, bukan bergantung pada orang tua. Hidup itu harus berani keluar dari zona nyaman, bukan melulu sembunyi di peraduan. Hidup itu harus punya pencapaian, bukan jalani saja tanpa tujuan. Terus, bagaimana sih caranya mengubah mindset yang sering membuat down biar bisa jadi pelecut untuk langkah kita ke depan?

ADVERTISEMENTS

1. Bersyukur untuk segala hal. Termasuk ups and down-nya kehidupan

always be grateful

always be grateful via http://www.pexels.com

Yap, rumus yang kelihatannya sederhana tapi berat banget untuk mengamalkannya. Padahal Tuhan sudah jelas-jelas menjanjikan, ketika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat kita. Jadi, nikmat di sini tidak selalu dalam bentuk kuantitas, tetapi bisa juga suatu perasaan “cukup” dan “bahagia” meskipun yang kita punya tak seberapa. Yah, mungkin semacam kita bisa ngerasa fine-fine aja gitu, meskipun yang kita punya kelihatannya sedikit.

ADVERTISEMENTS

2. Stop berpikir hidup orang lain lebih bahagia dan hidup kita paling menderita

stop comparing yourself to others

stop comparing yourself to others via http://www.pexels.com

Sudah sering baca kan di berbagai ungkapan motivasi bahwa semua orang punya zona dan masanya sendiri. Kamu adalah kamu, bukan orang lain. Nggak masalah kalau kamu nggak sesukses orang lain. Gak masalah kalau di usiamu yang sekarang, belum bisa mencapai yang orang lain punyai.

Ingat, kapasitas orang berbeda-beda, kemampuan orang tak sama, begitupun dengan standar kebahagiaan, tak ada yang sama. Yang terpenting adalah terus berusaha yang terbaik. Perlu juga nih mengamalkan filosofi orang jawa “Sopo tekun bakal tekan senajan nganggo teken” (siapa yang bersungguh-sungguh akan sampai meskipun –diibaratkan- jalannya menggunakan teken/ tongkat)

ADVERTISEMENTS

3. Mencintai diri sendiri

love yourself first

love yourself first via http://www.pexels.com

Mulai sekarang, yuk belajar mencintai diri sendiri. Kamu unik, kamu istimewa, tak kalah dengan mereka. Semua orang punya potensi. Ketika kamu sudah tahu potensi dirimu, kembangkan. Jadi jalan menuju sukses tak harus sama dengan orang lain.

Ada orang yang sukses di karir berkat pendidikan tingginya, banyak pula orang berhasil meski tak berpendidikan tinggi. Jadi, meskipun tujuan sama, jalan boleh berbeda. Terkadang, kita terlalu fokus ingin sama dengan orang lain, hingga kita lupa bahwa kita pun punya akses ke sana yang tak kita sadari.

ADVERTISEMENTS

4. Hidup tak akan lepas dari komentar, tunjukkan kalau kamu tetap tak gentar

try to avoiding negative comment

try to avoiding negative comment via http://www.pexels.com

Mau kamu baik, mau kamu gak baik, tetap saja ada yang berkomentar tentang dirimu, betul kan? Yah, namanya juga perspektif orang berbeda-beda, jadi wajar saja mereka komentar. Dan pastinya komentar itu menurut sudut pandang mereka. Lagi-lagi kamu sering lupa, bahwa kamu ya kamu, bukan mereka.

Memang hanya mereka saja yang punya sudut pandang terbaik? Hey, kamu juga punya, kamu lebih tahu yang terbaik untuk dirimu. Jadi, kalau ada komentar, tetap dengarkan saja sebagai masukan dan pertimbangan, bukan untuk diikuti mentah-mentah. Memang terkadang banyak komentar yang membuatmu merasa jatuh, tapi sekali lagi ingat baik-baik. Itu hanya perspektif orang, kamu yang lebih tahu tentang dirimu.

ADVERTISEMENTS

5. Selalu upgrade diri

upgrade yourself

upgrade yourself via http://www.pexels.com

Di zaman sekarang, perubahan dalam segala hal hanya dalam hitungan menit, bahkan detik. Terus kamu mau gitu-gitu aja? Let's move, sudah saatnya kamu bangkit. Semakin kamu nggak ngapa-ngapain, semakin kamu bakalan merasa frustasi. Temanmu sudah jauh di depan, sementara kamu masih sibuk ngeliatin hidup orang.

Banyak cara buat upgrade diri lho, baca buku misalnya, ketemu orang-orang yang menginspirasi, nonton acara yang memotivasi dan banyak sekali hal-hal lain yang bisa kasih kamu energi positif. Intinya kamu harus charge energi kamu biar kamu tetep bisa bergerak ke depan. Yuk, belajar sama-sama 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

menulislah, maka esok kamu akan lihat bagaimana dirimu saat ini

Editor

Not that millennial in digital era.