Berpergian ke luar negeri saat pandemi menjadi kekhawatiran setiap orang, banyak dari kita yang akhirnya mengurungkan niat untuk berwisata melihat persyaratan yang cukup menguras kantong, salah satunya harus menjalani karantina selama 14 hari yang biayanya ditanggung sendiri hmmm~ lambaikan tangan deh.
Namun, baru-baru ini Dewan Pariwisata Singapura dan Hong Kong meluncurkan “Air Travel Bubble” sebuah gagasan perjalanan aman ketika dua atau lebih negara berhasil mengontrol lonjakan virus corona. Beberapa keuntungannya wisatawan nggak wajib melakukan karantina mandiri selama 7 atau 14 hari dan tanpa ada pembatasan perjalanan di negara terkait, loh.
Nah, kali ini Hipwee akan memberikan fakta seputar Travel Bubble Hong Kong – Singapura serta apa sih dampaknya untuk Indonesia dan pariwisata global. Yuk, simak!
ADVERTISEMENTS
1. Nggak sembarang orang bisa menikmati Travel Bubble ini, berikut persyaratan yang perlu kamu ketahui
Sebelum mengikuti Travel Bubble pelancong dari Singapura dan Hong Kong tidak diperbolehkan untuk melakukan perjalanan apapun 14 hari sebelumnya.
Wisatawan dari Singapura akan diuji COVID-19 di tiga titik, yakni sebelum berangkat, setibanya di Hong Kong, dan sekali lagi sebelum berangkat dari Hong Kong.
Para pelancong juga diharuskan memilki hasil negatif pada tes PCR COVID-19 dalam kurun waktu 72 jam sebelum keberangkatan yang dijadwalkan, aturan tersebut berlaku untuk kedua negara.
ADVERTISEMENTS
2. Adanya Air Travel Bubble Singapura-Hong Kong dianggap mempercepat pemulihan industri pariwisata dunia
Langkah Travel Bubble sebenarnya sudah dipersiapkan oleh banyak negara, sebut saja Australia dan Selandia Baru yang merencanakan hal ini pada Mei 2020, China yang mempertimbangkan untuk mengizinkan Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan dalam rutenya, hingga Israel yang ingin membuka travel bubble untuk Yunani dan Siprus. Namun perjalanan Singapura-Hong Kong merupakan parameter bagi negara di seluruh dunia, melihat negara tersebut menjadi yang pertama dalam merealisasikan Air Travel Bubble untuk perjalanan wisata.
Dikutip dari Bloomberg, Air Travel Bubble dinilai sebagai kunci untuk memulihkan Bandara Cangi dan Singapore Airlines yang tengah terpukul sejak pandemi COVID-19 mencuat.
ADVERTISEMENTS
3. Jika Tingkat Infeksi Meningkat, maka Air Travel Bubble akan ditangguhkan
Mengutip dari Straitstimes.com, jika jumlah rata-rata kasus harian selama periode 7 hari meningkat lebih dari lima di Singapura atau Hong Kong, maka Air Travel Bubble akan ditangguhkan selama dua minggu. Program tersebut akan dilanjutkan jika jumlah kasus terinfeksi sudah kembali normal di bawah 5 kasus.
Ternyata penuh risiko ya? Nah untuk mengatasi ini maskapai penerbangan Singapura dan Hong Kong telah menerapkan pengukuran keselamatan dan aturan jarak sosial di dalam pesawat seperti awak kabin yang mengenakan masker termasuk kacamata pelindung saat berinteraksi dengan penumpang, jaga jarak saat mengantri di toilet, hingga sering membersihkan permukaan dengan titik sentuh yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENTS
4. Singapura dan Hongkong sukses menekan penyebaran COVID-19
Program ini direalisasikan Singapura-Hongkong tentu bukan tanpa alasan, melihat dua negara tersebut berhasil menekan penyebaran virus corona dan dipuji karena pencapaiannya. Pada Agustus 2020, jumlah kasus di Hong Kong dan Singapura turun 12 orang per hari, bahkan sempat mencapai angka 0 untuk beberapa hari.
ADVERTISEMENTS
5. Indonesia bisa, namun kasus COVID-19-nya harus turun dulu yaa
Program Travel Bubble, sebenarnya sudah diwacanakan oleh pemerintah Indonesia. Dilansir dari voaindonesia.com, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Odo R.M Manuhutu mengatakan ada beberapa negara yang menjadi incaran, yakni China, Korea Selatan, Jepang dan Australia untuk perjalanan Travel Bubble.
Namun jika dilihat dari kasus terkonfirmasi yang sudah mencapai 470.648 sejak virus corona ini mewabah, termasuk jumlah penambahan baru di DKI Jakarta sebanyak 1.006 pada 16 November 2020, agaknya Travel Bubble tersebut akan tetap menjadi wacana. Yuk sama-sama menekan tingkat penyebaran COVID-19 ini.