Pernah nggak kamu memperhatikan bahwa hiburan di televisi kita sekarang ini didominasi oleh sinetron dan drama seri impor?
Saat ini, kamu bisa bandingin jadwal TV untuk sinetron dari tanah air memiliki porsi jauh lebih banyak dan ditayangkan oleh 80% stasiun televisi nasional, sedangkan drama impor dari India dan Turki juga hanya didominasi oleh satu stasiun televisi saja (ANTV).
Nah, bagaimana dengan drama Korea? Apakah kamu adalah salah satu penggemarnya? Berarti, kamu sudah kehilangan tontonan, karena dulu drama Korea sempat menjadi salah satu tontontan terfavorit di Indonesia karena hampir semua stasiun televisi di Indonesia menayangkannya.
Hampir selalu terjadi, apabila satu stasiun televisi menayangkan drama dengan rating yang sangat tinggi, maka stasiun televisi lainnya bakal mengikuti jejaknya, dengan menayangkan jadwal acara TV berupa serial drama dari negeri yang sama, dengan tema serupa. Mungkinkah setelah ini drama Korea akan berjaya kembali di stasiun TV Indonesia setelah kesuksesan drama Korea terbaru “Descendants Of The Sun” beberapa waktu yang lalu?
Nah, kalau diperhatikan dari sekian banyaknya drama Korea dan sinetron Indonesia, sebagian besar dari mereka adalah bertemakan romansa alias percintaan. Memang tidak bisa dipungkiri kalau yang seperti itu masih menjadi ‘barang dagangan’ yang laris manis di pasaran. Mungkin karena secara demografi, Indonesia dan Korea juga sama-sama memiliki populasi anak muda yang cukup besar dan sebagian dari mereka memang masih ‘galau’
Meski sama-sama galaunya, tapi bagaimana sih kisah romansa yang sering ditunjukkan dalam serial drama korea romantis tersebut? Apakah sama atau berbeda dengan FTV atau sinetron anak muda di Indonesia? Penasaran? Yuk kita review beberapa persamaan kisah romansa ala drama Korea dan sinetron Indonesia.
ADVERTISEMENTS
1. Tokoh Utama Bak Pangeran atau Princess
Mungkin kamu masih sangat kecil saat ditayangkannya drama “Jewel in the Palace”, atau disebut juga “Jang-Geum”. Indosiar menayangkannya pada tahun 2005, dimana drama ini sendiri ditayangkan di Korea Selatan pada akhir tahun 2003 hingga 2004 di stasiun televisi MBC.
Tidak hanya sukses di Korea Selatan—dengan rating 57.8% serta omset iklan sebesar US$103,4 juta untuk penayangan di 91 negara di dunia—drama ini juga menjadi drama dengan rating tertinggi di tahun 2005, untuk jam tayang siang. Popularitas drama ini menjadi perintis bagi munculnya drama-drama Korea modern, atau yang sering disebut K-drama, yang kini lebih sering mengangkat romansa anak-anak muda. Iya, yang kamu gemari itu.
Nah, popularitas K-drama di Indonesia dimulai dari munculnya Princess Hours, drama Korea dengan genre komedi-romansa di tahun 2006. Rupanya, Indosiar cukup jeli dalam memilih drama ini, karena drama yang dibintangi oleh Yoon Eun-hye, Ju Ji-hoon, Kim Jeong-hoon dan Song Ji-hyo ini juga selalu mendapat rating tinggi di Korea Selatan, dan juga di berbagai negara di Asia Tenggara.
Entah kebetulan atau tidak, pada jaman-jaman setelah kejayaan Princess Hours tersebut ada banyak sinetron Indonesia yang juga mengambil tema yang sama. Mungkin tidak dengan format yang sama, namun kebanyakan dari sinetron tersebut akan menampilkan seorang tokoh utama yang tampil sempurna bak pangeran atau princess.
Bahkan hingga kini ada banyak tokoh utama yang digambarkan berlebihan baiknya dan juga tampil bak malaikat, lihat saja bagaimana sinetron "Anak Jalanan" yang menampilkan sosok tokoh utama "Boy" yang jago dalam semua bidang. Tidak hanya jago dalam hal pelajaran di sekolah, si Boy yang fenomenal ini juga jago beladiri, balapan, dan juga anak yang soleha. Meski sah-sah saja membuat sosok tokoh utama seperti itu, namun kalau terlalu sempurna juga gimana gitu yang ngeliatnya (ngga realistis bro).. =)
ADVERTISEMENTS
2. Kisah Asmara Antara Si Kaya dan Si Miskin
Tentu, sudah bisa ditebak bahwa drama yang begitu populer pasti akan ‘disadur’ menjadi sebuah sinetron. Tak terkecuali Princess Hours. Kalau kamu ingat, ‘Benci Bilang Cinta’, bukan sinetron pertama yang mendaur ulang inti cerita drama impor. Tetapi, drama ini tidak mengubah plot cerita sedikitpun.
Tokoh utamanya adalah seorang pangeran atau pewaris tahta dari seorang konglomerat, yang harus menikah dengan gadis sederhana karena dijodohkan oleh para orang tua. Padahal, sang pangeran atau pewaris tahta sempat ingin menikah dengan seorang gadis yang mengejar impian menjadi seorang balerina. Sementara itu, si gadis sederhana juga dicintai oleh pemuda sederhana yang seharusnya menjadi ahli waris, karena adanya kisah cinta terlarang antara si konglomerat dengan ibu si pemuda sederhana ini.
Hanya saja, gaya berpacaran dari tokoh-tokoh utama di dalamnya sedikit berbeda. Bisa jadi sih, disesuaikan pula dengan budaya di Indonesia. Si gadis miskin versi Korea masih menunjukkan sikap wajar dan tak terlalu bersikap layaknya seorang ‘abdi’ kepada pasangannya, yang notabene adalah seorang pangeran penerus tahta.
Memang, ada berbagai peraturan yang harus dia patuhi, namun ia bukan seorang istri yang benar-benar tunduk kepada suami, tanpa syarat. Sedangkan gadis sederhana versi sinetron benar-benar tunduk kepada sang putra konglomerat, sehingga sikap semena-mena dari sang suami pun tak dapat dihindarkan.
Mau tahu persamaannya? Si kaya dan si miskin bersatu karena cinta. Terlalu klise, bukan? Padahal di Indonesia, hal ini sangat jarang terjadi, mungkin 1:1000 untuk pernikahan murni tanpa perjodohan.
ADVERTISEMENTS
3. Ujung-Ujungnya Duit!
Di Korea Selatan, pernikahan justru lebih rumit kalau urusan duit! Tidak mudah menikah dengan seorang anak konglomerat, karena apa yang diberikan suami, harus diimbangi oleh istri. Misalnya, sang suami membeli sebuah apartemen mewah, maka sang istri harus mengimbanginya dengan membeli seperangkat furnitur yang ‘sekelas’ dengan apartemen tersebut. Hal inilah yang tidak banyak diketahui oleh gadis-gadis remaja Indonesia, yang memimpikan bersuami pria Korea karena terlalu sering menonton K-drama.
Masalahnya adalah, sinetron indonesia sendiri sebenarnya tidak jauh beda. Gaya hidup materialistis memang tidak hanya berlaku di Korea saja. Kalau diperhatikan lebih lagi banyak kisah FTV dan sinetron indonesia yang mempertontonkan gaya hidup hedonis yang selalu ujung-ujungnya duit. "Ada duit abang disayang, ngga ada duit abang ditendang".
ADVERTISEMENTS
4. Benci Jadi Cinta
Satu lagi drama fenomenal yang menjadi sasaran empuk plagiat adalah “Boys Over Flowers”. Pasti kamu salah satu penggemarnya. RCTI berhasil membeli hak siarnya dan mendapatkan keuntungan besar dari iklan karena rating yang sangat tinggi. Tak tanggung-tanggung, ada dua sinetron yang mengadopsi cerita drama ini, yakni “Cinta Cenat Cenut” yang ditayangkan Trans TV dengan menghadirkan boyband SM*SH dan “Cinta Bersemi di Putih Abu-Abu” yang ditayangkan di SCTV.
Dua sinetron tersebut tak mengubah sedikitpun isi cerita dari “Boys Over Flowers” yang menghadirkan kisah sebuah geng beranggotakan empat orang dari keluarga maha kaya, yang terlibat cinta dan perselisihan dengan seorang gadis miskin yang berani menantang geng yang kerap melakukan ‘bullying’ kepada siapapun yang miskin atau menentang keinginan dari anggota geng tersebut.
Lagi-lagi, drama dari Korea tersebut menghadirkan hubungan asmara antara si miskin dan si kaya, yang dengan mudah terjadi karena si gadis miskin adalah gadis yang memiliki ketulusan hati dan keberanian untuk mendobrak tradisi, sehingga si kaya pun takluk.
Apalagi, si gadis miskin ini pun akhirnya menjadi rebutan dari dua anggota geng super tersebut. Hal yang sama, juga terjadi di dua sinetron adaptasi. Si kaya yang sempat benci dengan si gadis miskin, akhirnya luluh, bahkan harus bersitegang dengan salah satu teman gengnya dalam memperebutkan hati si miskin.
Tidak jauh beda kan dengan tema-tema percintaan yang ada di FTV dan sinetron Indonesia. Kebanyakan tokoh utamanya memang saling benci diawal, entah karena salah paham atau karena ilfill pada pandangan pertama. Namun lama kelamaan cinta bersemi dan akhirnya merekapun jadian..
ADVERTISEMENTS
5. Rebutan Jodoh dan Pem-bully-an
Satu lagi persamaan gaya pacaran K-drama dan sinetron Indonesia adalah rebutan pria, dimana si gadis miskin pasti di ‘bully’ oleh sekelompok geng gadis yang punya strata sosial selevel dengan si pria yang diperebutkan. Dan, akhir dari drama selalu ‘memenangkan’ si gadis miskin yang berhasil membuat si pria kaya jatuh cinta setengah mati.
Perbedaannya? Gadis miskin versi Korea Selatan tidak ‘semengkilap’ si gadis miskin versi sinetron. Sinetron kita memilih foto model, dengan kulit dan rambut yang ‘sempurna’ untuk memerankan seorang gadis miskin yang seharusnya tak punya kesempatan dan dana untuk merawat diri.
Di dunia nyata, terlebih di Indonesia, jarang sekali terjadi seorang gadis miskin bisa bersekolah di sekolah internasional, meskipun melalui jalur beasiswa. Apalagi, jalur beasiswa yang diberikan adalah ‘upaya tutup mulut’ pihak sekolah, yang tidak ingin publik tahu bahwa kasus ‘bullying’ kerap terjadi di sekolah, dimana si gadis miskin muncul bak pahlawan kesiangan.
ADVERTISEMENTS
6. Semuanya Hanya Fantasi.. jadi jangan Baper Dech!
Nah, kamu bisa menyimpulkan kalau K-drama dan sinetron Indonesia sebenarnya sama, yakni keduanya menghadirkan serangkaian kisah yang jauh dari kenyataan yang terjadi di negeri masing-masing.
Sayangnya, kisah-kisah yang terasa ‘too good to be true’ ini justru membuat banyak gadis Indonesia terobsesi dengan mengidolakan pria Korea. Hmm, tidak ada yang salah sih dengan hal itu. Hanya saja, tidak semua pria Korea ‘sempurna’ layaknya bintang drama.
Sama halnya dengan sinetron dan FTV indonesia yang seringkali menghadirkan tema percintaan yang kurang masuk akal dan hanya bisa terjadi di layar kaca saja. Semua yang terjadi mulai dari pertemuan hingga akhirnya jadian terjadi dengan begitu banyak kebetulan. Hanya saja skenario sinetron Indonesia kurang begitu se-realistis alur cerita yang ditampilkan dalam drama Korea.
Jadi kalau anda berharap kisah cinta anda seindah drama Korea atau sinetron Indonesia, jangan bermimpi sodara-sodara! semuanya itu hanya settingan skenario ajib untuk mendongkrak rating dan pundi-pundi uang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.