Jujur, ketika dulu aku berseragam putih biru aku bukanlah anak yang paling pandai disekolah. Nilai nilai besarku bahkan bisa dihitung dengan jari, bahkan tak jarang aku berada dikantin sekolah saat guru sedang menyuapi berbagai macam ilmu pengetahuan. Tapi, hal itu tak lantas membuatku menjadi orang yang pesimis. Banyak mimpi telah aku rangkai dalam otak, cita cita dan harapan telah aku tata rapi bersama doa, bahkan list SMA favorit telah aku tuliskan dibukuku dengan tinta hitam yang pekat. Tapi semua list SMA favoritku harus ku coret tak tersisa, semua itu karena Ibu Bapakku memilih pesantren untuk tempatku menuntut ilmu. Tak cuma menata cita, Ibu dan Bapakku ingin aku menjadi anak yang paham soal agama serta membekali imanku dengan pondasi yang kokoh, dan aku yakin itu demi kebaikanku.
Sarapan rumah mungkin akan sangat aku rindukan, tertawa lepas bersama keluarga karena acara televisi mungkin harus aku lupakan untuk sementara waktu, itu semua tak lebih karena penuntutan ilmuku disini. Ingin rasanya aku protes terhadap Bapak dan Ibu, tapi lagi-lagi melihat raut muka mereka yang menaruh harapan besar akan diriku membuat aku harus melenyapkan keegoisanku, tak banyak yang Ibu dan Bapak minta selama aku disini, menyuruhku menghafal seluruh isi Al-Quran tak pernah ia lontarkan, menjadi juara kelas setiap semester tak pernah ia minta. Pintanya hanya satu, perbaiki akhlak saja itu lebih dari cukup baginya. Tapi aku tak boleh bersantai-santai disini, study hard akan semua pelajaran harus aku lakukan, itu semua demi kebahagiaan mereka, dua pahlawan hebatku yang menurutku lebih hebat dari sekedar super hero film hollywood.
<>2. Lambat laun aku sadar bahwa pilihan orang tuaku ini memanglah yang terbaik. Disini aku tidak hanya belajar arti sebuah hadist, lebih dari itu aku banyak belajar arti kehidupan.>Dari hari ke hari aku semakin sadar bahwa setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anaknya. Menuntut ilmu di pesantren banyak memberiku pelajaran mengenai kehidupan. Dari bagaimana caraku menyikapi berbagai anugerah dari tuhan, sampai belajar bagaimana cara menguatkan batin saat mengalami situasi sempit pernah aku lakukan. Peduli akan sesama adalah hal yang biasa disini, mendoakan keluarga dengan khusyuk adalah hal yang sangat mungkin aku lakukan setiap saat, dan seiring berjalannya waktu membuatku semakin bersyukur Bapak dan Ibu menempatkanku disini. Andai tak pernah aku cicipi bangku pesantren mungkin aku tak akan pernah tahu bagaimana cara berterimakasih pada Sang pemilik alam.
<>3. Tapi lagi-lagi aku mengecewakanmu dengan keegoisanku yang tidak tahu malu.>Tidak tahu diri memang menjadi diriku, setelah dua tahun lebih aku mewarnai wajah Ibu dan Bapak dengan senyum bahagia, tiba-tiba aku memudarkan kebahagiaan itu tanpa pertimbangan yang tak mendasar. Bapak dan Ibu memang tak marah menuruti aku yang ingin keluar dari penjara suci ini, kalian pun dengan senang hati mencarikan sekolah baru yang terbaik untukku, menghubungi teman-teman kalian yang menjadi gurupun sibuk kalian lakukan demiku, tapi kerutan kening kalian mengisyaratkan akan kekecewaan kalian yang amat besar akan keputusanku. kumohon kalian masih setia membuka pintu maaf kalian untuk anakmu yang tak henti-hentinya memberimu kekecewaan.
<>4. Disekolah baruku akan kulipat semua lembaran kusamku terdahulu, menyimpannya, dan memulai lembaran baru yang lebih indah.>Bapak dan Ibuku tersayang, dari sekarang aku berjanji tak akan ada lagi untukmu kekecewaan tak mendasar, tak akan lagi aku jatuhkan diri pada lubang yang sama. Kali ini akan ku ukir senyuman diwajah kalian setiap saat, akan ku sampaikan sesuatu yang selalu membuat bahagia kalian, aku akan lebih pintar demi kalian, aku akan lebih berprestasi demi kalian, dan aku akan selalu menjadi anak yang berbakti, dan itu semua DEMI KALIAN!
<>5. Terakhir, hanya satu pintaku pada tuhan. Semoga kalian dibahagiakannya sampai akhir hayat.>Bapak dan Ibu, kalian tahu tidak lama lagi akan aku selesaikan pendidikan menengah atasku, tinggal beberapa bulan lagi akan kulangkahkan kakiku ke bangku perguruan tinggi, dan itu artinya mimpi dan cita-citaku harus semakin aku perjuangkan dengan doa dan segala kerja keras. Soal doa darimu sepertinya tak usah aku minta, karena sering kulihat dalam sepertiga malam kau mendoakanku dalam tangis melalui sujudmu.
Bapak dan ibu, aku akan berusaha semaksimal mungkin demi kesuksesanku, akan aku usahakan menjadi anak yang bisa kau banggakan. Tak akan bisa memang jika membalas semua pengorbananmu yang tak terhitung, tapi yang pasti tak akan aku izinkan ragaku untuk membuat kau kecewa lagi. Terakhir, hanya satu pintaku pada tuhan. Semoga kalian dibahagiakannya sampai akhir hayat.
Thanks for everything and i love you, SO MUCH!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Sangat luar biasa rasanya membaca kata demi kata dari kisah perjuangan seorang remaja laki-laki demi membangkitkan dan mewujudkan mimpi suatu kebahagiaan orangtua.. terus berkarya, semoga selalu sukses untuk temanku, Adi Mulya