Indonesia terkenal dengan keberagaman kuliner dari masing-masing daerah, tak terkecuali kuliner khas Betawi. Kuliner Betawi yang paling sering kita jumpai adalah gado-gado, karena hampir selalu ada saat pagi hari sebagai menu sarapan yang praktis. Tapi, kamu tahu nggak sih kalau masih banyak makanan khas Betawi yang enak dan juga kaya akan sejarah? Penasaran? Yuk langsung saja kita bahas satu persatu, ya.
ADVERTISEMENTS
1. Es selendang mayang
Perpaduan warna merah muda, hijau, dan putih pada selendang mayang membuatnya terlihat menyegarkan bila diminum saat siang hari. Penamaan selendang mayang juga erat kaitannya dengan cerita rakyat yang terkenal pada tahun 1900an. Dulu, ada seorang tokoh cerita rakyat Betawi bernama Jampang yang jatuh cinta dengan perempuan bernama Mayang Sari karena parasnya yang cantik.
Begitu juga dengan es selendang mayang yang memiliki warna cantik, tekstur yang lembut, serta tidak kaku sehingga dianalogikan seperti selendang Mayang Sari. Saat ini sudah agak sulit ya untuk menemukan penjual es selendang mayang, padahal makanan ini kaya akan sejarah dan rasanya juga enak. Makanan tradisional khas Betawi yang terbuat dari tepung beras ini biasa disajikan dengan cara dipotong-potong persegi panjang, kemudian diberi larutan santan, gula merah, dan es batu. Membayangkannya saja sudah menggiurkan bukan?
ADVERTISEMENTS
2. Bir pletok
Minuman satu ini konon tercipta karena adanya pengaruh dari kolonial Belanda. Mereka senang berpesta wine, sementara warga pribumi yang kebanyakan muslim nggak bisa mengkonsumsinya. Akhirnya, warga Betawi pun ikut membuat bir tapi nggak mengandung alkohol. Sama-sama dapat menghangatkan tubuh, tapi nggak memabukkan.
Bir pletok dibuat dengan menggunakan rempah-rempah khas Indonesia seperti jahe dan serai yang dicampur dengan gula merah. Kemudian bir tersebut dimasukkan ke dalam selongsong bambu dan dikocok hingga menghasilkan suara “pletok” sehingga warga Betawi menyebutnya dengan bir pletok. Minuman ini sangat cocok diminum saat malam hari atau saat cuaca sedang dingin lho. Apa kamu sudah pernah coba
ADVERTISEMENTS
3. Kerak telor
Kalau kamu berkunjung ke tempat wisata tempo dulu di Jakarta, kamu pasti akan menemukan setidaknya satu penjual kerak telor. Makanan ini memang sangat identik dengan kota Jakarta dan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Awal mula terciptanya kerak telor yaitu saat ada sekumpulan warga Betawi yang mencoba membuat makanan dengan bahan dasar beras ketan dan kelapa.
Akhirnya, pada tahun 1970, makanan ini mulai dijajakan oleh para orang Betawi dan sempat menjadi makanan para kaum elit lho. Makanan ini memiliki rasa yang gurih karena menggunakan taburan kelapa sangrai dan makin gurih karena ditambah dengan taburan bawang goreng. Pastikan kamu mencoba panganan legendaris ini, ya!
ADVERTISEMENTS
4. Dodol betawi
Bagi orang Betawi, momen lebaran akan kurang lengkap kalau nggak ada dodol. Pasalnya, panganan ini sarat akan makna sosial. Sejak dulu, keluarga Betawi yang tinggalnya berdekatan, bergotong royong membuat dodol saat menjelang hari Idulfitri. Para bapak-bapak bertugas mengaduk adonan dodol selama kurang lebih tujuh jam tanpa berhenti. Sedangkan para ibu-ibu menyiapkan bahan dasar dodol dan menyiapkan menu berbuka puasa untuk bapak-bapak yang sudah bekerja keras mengaduk dodol. Dodol betawi yang legit dibuat dengan bahan dasar ketan hitam, gula merah, gula pasir, dan santan kelapa.
ADVERTISEMENTS
5. Gado-gado
Makanan yang terkenal dengan istilah mix vegetable with peanut sauce ini bisa dibilang sebagai makanan pemersatu bangsa. Iya, karena sangat mudah untuk ditemui saat pagi hari. Di mana ada orang berkumpul untuk mencari sarapan, di situlah ada penjual gado-gado. Makanan ini dinobatkan sebagai menu sarapan terbaik karena pembuatannya mudah, cepat, dan juga mengenyangkan.
Selain rasanya yang enak, ternyata makanan ini juga menyimpan sejarah yang misterius lho. Ada yang bilang bahwa gado-gado berasal dari istilah digado yang berarti dimakan tanpa menggunakan nasi. Ada juga yang mengatakan bahwa makanan ini berasal dari kampung Tugu yang keturunan asli Portugis. Mereka ingin melestarikan kuliner dari negaranya yaitu gado-gado yang berasal dari kata gadu yang berarti makanan yang dicampur-campur.
Nggak ada yang salah kok dengan sejarahnya, kamu bebas untuk mengimani kedua versi tersebut. Jangan sampai kamu ribut dengan temanmu perihal sejarah gado-gado, ya. Keributan itu hanya untuk bubur ayam diaduk dan tidak diaduk saja.
ADVERTISEMENTS
6. Biji ketapang
Kuliner tradisional Betawi yang satu ini juga selalu hadir saat momen lebaran berjejer rapi dengan dodol Betawi. Panganan ini terbuat dari campuran tepung terigu, santan, kelapa parut, margarin, telur, garam, dan juga vanili. Kemudian adonan tersebut dipotong kecil-kecil lalu digoreng hingga berwarna kecoklatan. Kira-kira kenapa ya namanya biji ketapang padahal nggak mengandung biji ketapang sedikit pun?
Dulu, di Jakarta banyak sekali tumbuh pohon ketapang hingga banyak biji ketapang yang jatuh dan berceceran di pinggir jalan. Nah, orang Betawi terinspirasi dari bentuk biji ketapang saat membuat kue tersebut sehingga mereka menyebutnya dengan kue biji ketapang.
7. Akar kelapa
Kue akar kelapa merupakan teman sejawat dari biji ketapang dan dodol yang selalu tersedia di rumah orang Betawi saat Idulfitri. Kue ini terbuat dari bahan dasar tepung beras putih, tepung sagu, dan juga kelapa. Nama akar kelapa dipilih karena kue ini berbentuk seperti akar pohon kelapa. Jangan salah, kue yang gurih dan manis ini juga memiliki banyak filosofi hidup lho.
Pohon kelapa yang kaya akan manfaat memiliki makna bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama. Akar pohon kelapa juga kuat, yang memiliki makna bahwa kita harus memiliki pendirian yang teguh agar nggak mudah diperdaya orang.
8. Gabus pucung
Pemicu munculnya makanan yang satu ini konon adalah karena ketidakmampuan orang Betawi untuk mengkonsumsi ikan mujair dan bandeng pada saat zaman kolonial Belanda. Saat itu, ikan yang banyak berkembang biak secara liar adalah ikan gabus. Selain itu juga banyak sekali pohon pucung yang tumbuh di sekitaran Jakarta. Lantas, orang Betawi mengolahnya menjadi gabus pucung sebagai makanan pengganti ikan mujair dan bandeng yang dulu harganya mahal.
Makanan ini juga sangat kental dengan kebudayaan Betawi. Gabus pucung ini terkenal sebagai makanan pengikat tali silaturahmi atau dalam tradisi Betawi disebut dengan Nyorog. Nyorong ini merupakan tradisi mengantarkan makanan untuk orang tua atau mertua pada saat sebelum bulan puasa atau menjelang lebaran.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”