Hingga detik ini, aku mencoba menyelami kehidupanku sendiri. Hingga aku sampai pada topik yang kesekian kali berisi sosokmu. Sadarlah aku, bahwa dirimu lebih dari berarti di cerita hidupku. Ayahku yang sudah beruban rambutnya, dan keriput kulit wajahnya, temani terus putrimu ini ya… Semoga Tuhan mendengar doaku, yang tiap waktu ingin ada dirimu di hidupku. Setidaknya hingga aku bisa berdiri sendiri atau mungkin bisa kuat menahan beban sendiri. Jikalau saja itu terjadi, aku masih tak yakin aku cukup kuat tanpa keberadaanmu di sisiku.
Aku tak menunggu apapun untuk bisa mengobrol denganmu. Aku tak menunggu pulang untuk menyapa dan mengucapkan salam. Di manapun aku berada, jika rindu, akan aku klik nomor dan meneleponmu. Jika aku mengingat hangatnya kebersamaan kita saat aku belum sejauh ini, maka aku bisa berdoa untuk tetap diberi kesempatan menemuimu lagi dan lagi.
<>2. Jika aku belum sempurna sebagai anak, tolong maafkan. Dari lubuk hati terdalam, aku selalu bersyukur bisa dibersamakan denganmu di separuh hidup yang telah kujalani>Aku sadar sepenuhnya, bahwa aku seringkali mengecewakan atau sekadar menyebalkan. Tentu tidak sesering dulu, saat aku masih dekat denganmu yah. Sekarang, jarak membuat frekuensinya berkurang, namun intensitas rindu semakin mengembang di awal dewasaku. Beruntungnya, engkau masih ada untuk kubahagiakan. Semoga kita sama-sama diberi kesehatan dan umur panjang ya ayah, untuk bisa selalu saling mendoakan.
<>3. Banyak hal yang harus kuraih, tetapi satu hal yang masih saja membayangi adalah menjadi cukup baik dan lebih baik lagi sebagai anakmu>Setinggi-tingginya mimpi adalah bisa menjadi anak yang kau banggakan, anak yang selalu ada ketika kau butuhkan. Anak yang bisa menjunjung nama orang tuanya dan anak yang berbakti padamu. Tentu aku tidak perlu menunggu kaya atau lain sebagainya. Menurut dan selalu ada di jalan yang benar adalah harapanmu. Aku pun punya harapan besar untuk terus bisa memperjuangkan mimpiku untuk membuatmu merasa bangga memilikiku.
<>4. Aku rasa aku telah menjadi dewasa, umurku bertambah, ragaku menua, namun perasaanku sebagai putri kecilmu tak pernah lenyap>Boleh jadi aku terlihat anggun sekarang, bukan lagi lucu atau menggemaskan. Tetapi rasanya, aku masih suka merajuk seperti anak kecil saat sedang ngobrol denganmu. Aku sadar umurku tidak semuda dulu, namun ada sebagian kecil diriku yang tak pernah bisa aku hilangkan, jiwa sebagai putrimu masih ada dan tak kenal umur.
<>5. Di akhir ceritaku, aku ingin menyampaikan banyak sekali kalimat, namun perasaanku menahanku. Ternyata rasa sayang yang besar tak bisa diceritakan dengan kata-kata>Tak pernah ada kata-kata yang bisa mewakili perasaanku yang besar. Yang ada adalah rasa sayang yang tercermin dari sikap. Mungkin aku tidak pandai mengungkapkan perasaan, namun keseharianku tentu saja diketahui olehmu. Akulah putrimu yang tidak akan pernah berhenti menyayangi. Ayah, semoga dirimu cukup berbesar hati bagaimanapun keadaanku.
<>6. Terima kasih memberiku hidup setelah Tuhan memberiku nyawa. Kasihmu yang besar lebih dari apapun, yang dirimu miliki, adalah kado istimewa dari Tuhan untuk anak-anakmu>Ayahku yang tiada tara kasihnya padaku, aku tak pernah lupa bersyukur bisa menjadi orang yang kau sayangi. Menjadi orang yang kau nantikan kehadirannya, bahkan menjadi penting sekali bagimu. Bagaimanapun keadaanku, entah menua, sehat, sakit, senang, dan susah, jangan lupa tetap menjadikanku penting. Karena menjadi seseorang yang kau jadikan prioritas adalah hal yang membuat aku merasa tak sia-sia dilahirkan ke dunia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.