Sahabatku membaca artikel-artikelku sebelumnya dan dia berkata “mengapa kamu tidak menulis tentang orang sepertiku?” dari situ aku berpikir “kenapa tidak?” lalu akupun bertanya-tanya soal identitasnya, apakah ada sesuatu yang menarik untuk dibahas disitu dan ternyata kehidupannya tidak semudah yang aku bayangkan. Dia adalah seorang hypersexual.
Hiperseksual adalah seseorang yang kecanduan hormon dopamin yang dihasilkan ketika berhubungan seks. Seperti layaknya kecanduan-kecanduan lainnya, para hiperseksual akan mencari terus faktor x yang akan memenuhi kecanduannya terhadap dopamin tersebut, yaitu seks.
Hubungan seksual adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri ada dalam suatu hubungan. Beberapa menunggu sampai sah di mata agama, ada juga yang melakukannya ketika sudah merasa nyaman dalam suatu hubungan dan beberapa juga ada yang tidak peduli tentang komitmen, yang ada di pikiran mereka adalah bagaimana mereka memenuhi kebutuhan seksualnya.
dan mulai dari sini, aku adalah dia.
Aku lahir dan dibesarkan di dalam lingkungan dimana seks bukanlah sesuatu yang tabu di masyarakat. Aku lahir di Rusia dan tumbuh besar di negara kangguru, Australia. Meskipun begitu, aku tidak melakukan seks secara kasual sebelum umurku genap enam belas tahun.
Semenjak aku kecil aku selalu tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan seks. Aku menonton film dewasa ketika umurku empat belas tahun dan dari situ aku melakukan masturbasi secara rutin. Ketika orang berkata, "kamu sudah dewasa jika kamu sudah pernah mimpi basah" I wonder how it feels like tapi sampai saat ini aku belum pernah mengalami itu. Mungkin aku tidak pernah mengalami mimpi basah karena hasratku sudah terpenuhi karena masturbasi secara rutin.
<>2. Semua Bermula Ketika Aku Melakukannya Untuk Pertama Kali, Seks Menjadi Suatu yang Kasual.>Mungkin aku adalah satu-satunya orang yang tidak pernah percaya dengan namanya cinta sejati, bahwa cinta adalah perasaan rela berkorban untuk orang lain tanpa imbalan apapun.
Aku tidak pernah percaya dengan cinta yang orang sebut sejati karena menurutku meskipun dalam suatu hubungan percintaan, pasti seseorang akan menuntut balasan dari orang yang dicintai.
Aku mulai menjalin suatu hubungan dengan seorang gadis pada umur enam belas tahun. Dia adalah gadis terpopuler pada saat itu. Sebenarnya aku tidak peduli dengan popularitas tapi berhubung dia mendekatiku dan aku tidak ada masalah dengan itu, we were an item in no time.
Dalam kurun waktu 3 hari setelah kami menjadi sepasang kekasih, dilandaskan dengan keiingin tahuanku tentang seks dan mencoba-coba hal baru, kami melakukan hubungan seks. Berhubung pada waktu itu pelajaran edukasi seksku belum sampai tentang penggunaan kondom, jadi kami melakukannya tanpa menggunakan pengaman karet itu.
Untuk pertama kalinya aku merasakan sensasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, seks adalah kegiatan yang menimbulkan rasa paling nyaman yang aku dapatkan selama aku hidup di dunia ini. Kami berhubungan seks secara kasual semenjak itu, tapi aku belum menyadari bahwa aku sudah tidak dalam batasan 'normal' yang ditentukan oleh masyarakat.
<>3. Ternyata Masalahku Ini Bukanlah Sesuatu yang Bisa Diterima Oleh Masyarakat.>Aku dalam tahun terakhir pendidikanku pada masa itu, lalu pada suatu hari orang tuaku memanggilku ke ruang makan. Aku tidak tahu bagaimana tetapi ibuku tahu jika aku memiliki masalah ini, aku seorang hiperseksual. Aku terkejut karena perbincangan ini muncul begitu saja di meja makan dan ayahku juga terlihat begitu serius pada waktu itu.
Orang tuaku tidak mengecam ataupun membenarkan perilakuku ini, mereka hanya memberi tahu jika hiperseksual adalah suatu penyimpangan seksual yang akan mengganggu kehidupanku selanjutnya, mereka menawarkanku untuk mengikuti sebuah terapi di gereja yang sering kami kunjungi setiap minggu, aku pun menyetujuinya.
Ternyata tak hanya keluargaku saja yang mengetahui tentang masalahku ini, berita tentangku ini sudah menyebar di lingkungan sekolahku. Banyak dari teman-temanku yang menjauhiku dan melakukan bullying secara verbal bahkan pacarku saat itu pun menjauhiku.
Hubungan kami tidak memiliki akhir yang jelas sampai detik ini bahkan aku tidak tahu siapa yang menyebarkan berita tersebut tetapi aku yakin bahwa kekasihkulah yang menyebarkannya. Tetapi dengan itu semua, aku menjadi tahu siapa temanku yang sebenarnya.
Di gereja, aku menemukan orang-orang yang mempunyai masalah yang sama denganku, mereka semua seorang hiperseksual dan mereka berumur jauh lebih tua dari pada aku. Sang pastor membuka alkitab dan memberi tahu bahwa seks adalah sin of the flesh yang hanya boleh dilakukan oleh sepasang manusia yang telah terikat pernikahan.
Di gereja, sang pastor tidaklah memberikan sesuatu yang berarti, dia hanya mengulang-ulang apa yang ditulis dalam alkitab.
<>4. Ketika Aku Berada Di Titik Terendah Kehidupanku.>Di dalam lingkaran kecil yang aku temui dalam gereja. Aku akrab dengan seorang lelaki yang sekarang seperti seorang kakakku sendiri. Dia memberitahuku apa itu hiperseksual, mengapa hiperseksual adalah sebuah penyimpangan seksual dan omongan-omongan positifnya membuatku ingin merubah diriku yang seorang hiperseksual
Keakraban kami tidaklah berlangsung lama karena omongan-omongan dalam lingkungan aku tinggal sudah tidak membuatku dan keluargaku nyaman berada disana. Orang tuaku menawarkan apakah aku ingin memulai hidup baru di dalam lingkungan baru, aku yang sudah tidak tahan lagi dengan tekanan sosial disana mengiyakan untuk pindah.
Setelah aku lulus dari pendidikanku disana, aku pindah ke Indonesia, dimana kakakku tinggal dan Ibuku melanjutkan usaha keluarga di Bali, sementara Ayahku pulang ke Rusia untuk berkerja bersama keluarganya dan sesekali berkunjung ke Indonesia.
Aku mempunyai hidup yang baru di Indonesia. Keluargaku mempunyai kehidupan yang baru.
<>5. Kehidupan Sosial yang Berawal dari Nol Lagi, Aku Lebih Terbuka dengan Diriku Sendiri.>Pada awalnya aku enggan untuk berkontak dengan orang-orang, enggan untuk menjalin sebuah hubungan dengan orang lain tetapi dorongan hasratku membuatku menjadi diriku sebelumnya dan aku takut hal yang sama akan terjadi lagi tetapi siapa disangka, orang-orang Indonesia lebih terbuka dalam menerima hal-hal seperti ini.
Mereka malah bertanya hal-hal seputar hiperseksual yang seolah-olah itu hal yang normal dan sahabatku pernah memberikan komentar tentang ini.
Mungkin orang Indonesia tidak menganggap tabu tentang hiperseksual karena di dalam anggapan mereka, Orang asing khususnya Caucasian menganggap seks adalah suatu kebutuhan berhubung banyaknya pertanyaan seputar seks ketika seorang Indonesia menjalin hubungan dengan orang luar negeri.
Banyak orang yang bertanya "ketika kamu sedang memiliki hasrat untuk berhubungan seksual tetapi tidak ada wanita yang kamu temui bersedia untuk melakukannya denganmu, bagaimana?" Aku seorang hiperseksual, aku tidak bisa mengkontrol hasratku untuk berhubungan seksual dengan orang lain tapi bukan berarti aku melakukan seks sembarangan dengan setiap orang yang aku temui.
Sebenarnya aku tidak masalah untuk tidak berhubungan dengan seseorang, aku masih bisa menyalurkannya dengan masturbasi tetapi memang akan lebih baik lagi ketika aku menemukan seseorang untuk menyalurkan hasratku ini.
Aku bertanya balik kepada teman-temanku, mengapa kalian tidak berhubungan seks? Jawabannya banyak karena agama, ada lagi yang menjawab karena takut akan ketagihan seperti aku. Sedikit lucu menurutku ketika orang berkata "aku tidak ingin berhubungan seks karena aku takut ketagihan seperti kamu".
Aku sejujurnya tidak tahu apa yang berbeda dariku dan orang-orang lainnya, apakah ada yang berbeda di dalam otakku? Menjadi aktif secara seksual dengan ketagihan secara seksual itu berbeda karena tidak semua orang akan mengalami ketagihan seks.
Tetapi tentu saja behubungan seks harus dilandasi dengan consent dari pribadi dan tidak ada orang yang bisa memaksanya untuk menjadi siap. Pilihannya kembali lagi pada dirinya, tetapi di dalam masyarakat Indonesia seks bukanlah sesuatu yang penting dalam suatu hubungan diluar pernikahan dan aku mengagumi itu.
<>6. Aku Seorang Hiperseksual dan Mungkin Akan Seperti Ini Untuk Selanjutnya.>Aku sudah hidup bertahun-tahun di Indonesia dan aku masih melakukan hubungan seks secara kasual, meskipun orang-orang masih saja memeberitahu, menggurui dan ada juga yang mengecam tentang hiperseksualitasku ini.
Ada juga orang-orang yang bertanya keheranan tentang masalahku ini, yang paling aku ingat adalah "Pernahkah kamu berpikir jika kamu terlalu sering melakukan hubungan seks, itu malah akan membuatmu bosan?". Pertanyaan yang bagus menurutku karena aku adalah orang yang gampang sekali bosan terhadap sesuatu, apakah aku akan bosan dengan berhubungan badan juga?
Aku sudah sembilan tahun menjadi orang aktif secara seksual dan sampai saat ini aku belum pernah bosan untuk berhubungan seks, aku masih menganggap bahwa seks memberikan perasaan nyaman yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata dan aku percaya bahwa aku akan terus seperti ini.
Sejujurnya aku lebih menyukai wanita-wanita Indonesia ketimbang lainnya. Mungkin karena aku tumbuh besar di lingkungan yang berbeda sekali dengan Indonesia, baik secara kultur maupun secara fisik orang Indonesia yang berbeda dengan caucasian.
tetapi menjalin hubungan dengan orang Indonesia membuatku berpikir ribuan kali karena sebagian besar dari mereka tidak bisa menjalin sebuah hubungan tanpa harus adanya ikatan yang terlalu mengikat, karena sejujurnya, pernikahan adalah suatu yang menakutkan di dalam pikiranku.
Sampai saat ini aku masih tidak bisa merubah diriku untuk menjadi 'normal', aku masih dengan hiperseksualitasku dan aku bisa dibilang bahagia dengan kehidupanku sekarang.
Sebelum menulis ini, sahabatku bertanya:
Apa maksud dari artikel yang membahas hiperseksual ini? Bukankah hiperseksualitas adalah suatu konsumsi pribadi yang sebenarnya orang tidak akan tahu ketika melihatmu secara langsung.
Ya memang benar, hiperseksualitas tidak akan terlihat nyata dalam pertemuan pertama atau pertemuan kasual lainnya, tapi sebenarnya aku hanya ingin test the water, apakah hiperseksual adalah memang suatu hal yang tidak tabu di masyarakat Indonesia ini? intinya aku hanya ingin mengetahui bahwa jawaban sahabatku itu benar atau tidak.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Aku ngga tau itu common apa ngga bagi seluruh warga indonesia, tapi aku rasa suatu saat seseorang akan berhenti dan bakal settle. Oke, sebagai orang yg kurang tau soal dunia itu, hal itu mungkin tabu. Jika kamu takut akan sebuah komitmen apa yg membuatmu takut ? Mungkinkah hyperseks mu itu hanya bentuk dr sebuah pelarian ? Mungkin kamu harus bertanya pada dirimu sendiri terlebih dahulu, apakah kamu bahagia mengenai gaya hidupmu ini. Jika ini memang dirimu, kamu tak perlu mempertanyakannya lagi apakah menurut orang lain ini salah atau bukan.
:v atas ane salah deh agaknya because you are woman, mostly man think about sex me too. every time, every where when we (Man)
do activity we
think how can get that sex,
let you search in google deh
kadang gw juga semacam terikat kecanduan dengan mastrubasi dan ternyata bukan gw aja ternyata semua cowok alami hal itu
buakn berarti gw mesum loh (muka garang sambil pegang celurit )
Aku ngga ngerti apakah masturbasi itu sebuah kebutuhan ato hanya sarana penyalur pikiran aneh kalian.
Edwina Liony Putri Pikiran aneh? pernah baca buku “the male brain” karangan Louann Brizendine (https://en.wikipedia.org/wiki/Louann_Brizendine)
mungkin disitu anda bisa lebih paham hehe 😀
Iya pikiran aneh, kaya kalian mikir beberapa tindak tanduk perempuan yg juga kalian pikir aneh. Aku ngga pernah baca tapi beberapa artikel di internet banyak yg menjelaskan soal itu.