Sejak pertama aku mengenalmu, lelaki sholeh dan pekerja keras yang sedang belajar menjadi imam yang terbaik untukku. Sejak saat itu, pandanganku dalam melihat dunia seakan berubah tak pernah sama seperti sediakala.
Aku mengenalmu, lebih dari sekedar perempuan yang mengenal laki-laki. Aku tahu, gelar sarjanaku pasti jadi salah satu alasan yang kamu pertimbangkan untuk menikahiku, kelak.
Tapi sayang, bolehkah aku menjadi ibu rumah tangga?
Awalnya, mungkin justru kamu tidak setuju bila aku jadi Ibu rumah tangga. Karena menurutmu, biaya untuk kuliah menghabiskan dana puluhan juta. Yaa, memang. Tak mudah untuk mendapatkan gelarku itu. Perlu perjuangan. Bukan hanya materi ataupun tenaga, namun semua pikiranpun aku curahkan sepenuhnya agar tak sia-sia.
<>2. Kelak, aku ingin jika suamiku pulang, ada seseorang yang siap menyambutnya. >Tapi, Sayang percayalah.. .
Karena aku tau, cantik saja. Tidak cukup untuk mendidik anak-anak kita.
"Apa yang lebih membahagiakan dari lelah sepulang kerja,
kemudian disambut oleh istri tercinta?"
Beberapa waktu lalu, aku sempat berfikir, betapa lelahnya kamu yang selalu berusaha memenuhi semua kebutuhanku. Lalu? Apa yang aku berikan? Jika aku bekerja seperti kamu, mungkin aku tidak akan mampu merawatmu sepenuhnya. Karena, saat aku menenggok di atas meja kerjaku, masih ada setumpuk berkas yang belum diselesaikan.
Jadi, Sayang, kabulkanlah keinginanku untuk menjadi ibu rumah tangga. Aku berjanji, kamu tidak akan merasa lelah sendiri karena ada aku, yang selalu siap menemani.
<>3. Jika aku menjadi ibu rumah tangga, aku berjanji akan tetap menjaga penampilanku agar selalu layak, jika kamu ajak pergi.>Mungkin, ada beberapa dari pikiranmu yang terbesit bahwa ada beberapa ibu rumah tangga yang terlalu asyik hingga lupa dengan penampilannya.
Suami: Bund, mau ke kondangan kok pakai daster?
Istri: Looh, apa iya yah? Waaah... Bunda lupa yah, tadi ke asyikan masak di dapur.. Bunda kira udah ganti baju. Bentar ya, yah. Tunggu!
Suami: (nungguin dandan sampe ketiduran)
Tenang sayang, itu tidak akan terjadi kelak saat kamu bersamaku. Bukankah kamu tau? Sedari dulu, aku adalah orang yang selalu memperdulikan penampilan.
<>4. Mengijinkan istri menjadi ibu rumah tangga berarti kamu mempunyai kesempatan untuk selalu makan enak. >Suami: Hari ini mau makan apa ya, Bund?
Mungkin, kalimat itu yang sering terlontar ketika sepasang suami-istri sibuk bekerja tiap harinya dan tak jarang kebingungan untuk menentukan makanan.
Namun, jika kamu mengijinkan aku menjadi ibu rumah tangga. Tak perlu khawatir, Sayang! Karena memasak, adalah tugas utama dari ibu rumah tangga. Maka, kesehatanmu akan selalu terjaga.
<>5. Tetapi, ibu rumah tangga kan sama saja dengan pengangguran?>Tolong, jangan pernah beranggapan seperti itu. Karir seorang Ibu memang tak pernah bisa ternilai. Bahkan, dibayar dengan segunung emas-pun tidak akan lunas. Bekerja dari pagi, hingga pagi lagi. 7/24 mengurus anak dan suami.
Mereka memang tidak pernah mendapatkan gaji, padahal selalu memberikan yang terbaik, bukan?
Sekali lagi.. bagaimana Sayang?
Kelak ketika kita menikah, bolehkah aku menjadi ibu rumah tangga?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
heh? …. boleh dong bunda, apalagi untuk kepentingan bersama.. hehehehe…
Bisa ga ya kira” kalo kerja sambil jadi ibu rumah tangga seperti ini heheh semoga kelak bukan hanya mimpi
Lebih mulia seorang wanita menjadi ibu rumah tangga d banding menjadi wanita karir,,karna ibu rumah tangga bekerja lebih berat dan lbh keras setiap hari nya..so saya lebih suka menjadi ibu rumah tangga yang cantik tangguh dan pintar.