Seperti yang kita ketahui bahwa banyak penduduk di dunia ini adalah bilingual dan trilingual, tetapi hanya sedikit yang dapat berbicara atau memahami empat atau lebih bahasa yang dikenal sebagai poliglot. Poliglot berbeda dengan ahli bahasa atau tata bahasa.
ADVERTISEMENTS
1. Poliglot vs Ahli Bahasa
Ahli bahasa mempelajari sejarah, akar dan cabang ilmu bahasa lainnya, tetapi mereka tidak diharuskan untuk bisa mengucapkannya. Ahli tata bahasa juga hanya mempelajari tata bahasa dan tidak diharuskan untuk dapat berbicara lancar menggunakan berbagai bahasa yang diamatinya. Poliglot sendiri dapat berbicara dan memahami banyak bahasa, tetapi mereka tidak memfokuskan upaya mereka dalam studi tata bahasa mereka hanya tertarik pada penggunaannya saja dari suatu bahasa.
ADVERTISEMENTS
2. Komunitas poliglot
Di Indonesia, ada komunitas bernama Polyglot Indonesia yang merupakan tempat para poliglot bergabung pada komunitas ini dengan kemampuan bahasa rata-rata ideal mereka. Di pandangan masyarakat, menjadi poliglot itu sangat hebat atau luar biasa. Padahal, siapapun bisa menjadi poliglot tanpa harus memiliki bakat istimewa atau kekuatan supranatural. Saat manusia bertumbuh dewasa, kemampuan bahasa dan keterampilan tata bahasa akan meningkat karena otak sudah diprogram untuk mengenali tata bahasa, struktur bahasa dan sebagainya. Kita tidak harus kursus dalam berbicara atau mengikuti pelajaran tata bahasa. Hal yang harus dilakukan hanya mendengarkan orang-orang berbicara dalam bahasa yang sama setiap hari, dicermati, dan mencoba mengenali arti dari apa yang dikatakan. Poliglot berlatih melalui pengulangan.
ADVERTISEMENTS
3. Pemerolehan bahasa
Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa pola pemerolehan bahasa adalah mendengarkan – belajar – mengenal – berlatih – diulang. Kita dapat menyimpulkan bahwa ini sangat sederhana seiring kita yang sering mengulangi proses ini juga otak kita semakin kuat dan mampu memprogram keterampilan berbahasa dan tata bahasanya. Metode yang dianggap paling efektif untuk mempelajari bahasa asing adalah dengan mendengarkan penutur jati, kita juga bisa latihan monolog jika kita tidak memiliki teman yang bisa diajak bicara. Maka daripada itu, menjadi poliglot sebenarnya sederhana tidak perlu buku tatabahasa dan kamus, hanya perlu latihan.
ADVERTISEMENTS
4. Masalah poliglot
Meski begitu, poliglot juga memiliki masalah yang selalu terjadi pada mereka. Mereka akan merasa kekurangan waktu karena mereka mempelajari banyak bahasa sekaligus yang membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya. Poliglot membutuhkan begitu banyak waktu hanya untuk mempelajari bahasa, bahkan jika mereka telah membagi waktu untuk masing-masing bahasa justru akan lebih sulit. Mereka melakukan hal tersebut dengan tujuan agar menjadi fasih dalam waktu yang cepat. Poliglot juga sering keliru dalam kosakata yang digunakan ataupun tataran gramatikalnya karena ada kosakata yang berkaitan atau mirip dan dekat satu sama lain dari bahasa lainnya.
ADVERTISEMENTS
5. Kesimpulan
Tidak hanya itu, setiap bahasa tentunya memiliki bunyi yang berbeda-beda sehingga ketika poliglot sedang mempelajari sebuah bahasa kadang dapat membuatnya bingung dan akhirnya pengetahuannya saling tumpang tindih. Hal tersebut menyebabkan poliglot sering salah melafalkan atau mengujarkan bunyi suatu ujaran dengan yang seharusnya dan hal ini merupakan masalah utama dalam mempelajari bahasa. Ketika ada satu bahasa yang menarik minat poliglot, mereka hanya akan fokus pada bahasa itu dan meninggalkan bahasa lain sampai merasa bahasa lain itu tidak baik. Terakhir, mereka akan terus ingin menambahkan bahasa baru ke dalam daftar yang harus mereka pelajari yang akan membuat mereka tidak akan pernah menguasai satu bahasa. Menjadi seorang poliglot mungkin sederhana, tetapi masalah yang akan terjadi selalu ada.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”