Pesona dan Keunikan Budaya Negeri Tirai Bambu

Setiap negara yang ada di dunia ini tentu memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing, mulai dari cara berpakaian, makanan, gaya hidup, dan lain-lainnya. Kebudayaan setiap negara ini sendiri merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang yang diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai sebuah kebudayaan yang berasal dari Negara China atau lebih dikenal dengan julukan Negeri Tirai Bambu.

ADVERTISEMENTS

1. Hari raya Imlek

Foto oleh HONG SON on Pexels

Foto oleh HONG SON on Pexels via https://www.pexels.com

Dalam budaya China/Tionghoa, hari raya dikenal dengan istilah imlek. Tahun baru Tionghoa ini biasanya dirayakan diseluruh belahan dunia di antara bulan Januari atau Februari. Cara menentukan jatuhnya tahun baru China itu berdasarkan sistem tanggal yang dihitung berdasarkan pergantian bulan. Tahun baru imlek sendiri memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tionghoa yang artinya keharmonisan dalam kehidupan di bumi ini.

Ketika tahun baru Tionghoa mulai dirayakan, tradisi imlek yang biasa dilakukan masyarakatnya adalah melakukan berbagai aktivitas seperti menghias rumah dan juga diri sendiri dengan dengan pakaian yang unik dan penuh semangat baru. Tidak hanya itu, warga Tionghoa juga melakukan aktivitas lainnya seperti membuat kue, menyapu tempat ibadah atau halaman-halaman rumah, menempel kuplet tahun baru, dan yang paling penting menghias angpao.

Imlek juga memiliki beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar atau akan mendatangkan dampak negatif kepada orang yang melanggar, misalnya saat hari raya imlek dilarang mengeluarkan kata-kata yang bersifat negatif seperti kecelakaan, miskin, hancur, terbunuh dan kata-kata negatif lainnya yang konon apabila diucapkan maka akan membawa sial atau kemalangan kepada diri sendiri ataupun orang-orang yang kita sayangi.

ADVERTISEMENTS

2. Makan malam bersama

Foto oleh George Pak on Pexels

Foto oleh George Pak on Pexels via https://www.pexels.com

Bulan ke 12, tepatnya malam terakhir berdasarkan perhitungan penanggalan Tingkok disebut dengan istilah Chu Xi. Pada malam ini, orang-orang Tionghoa biasanya berkumpul di satu rumah keluarga yang sebelumnya sudah ditetapkan dan mereka melakukan makan malam bersama.

Bagi orang-orang Tiongkok acara makan malam ini yang paling berkesan, ramai, dan paling bahagia. Makanan yang biasa dipesan oleh orang-orang Tionghoa pun beragam sehingga memenuhi meja makan, tetapi ada dua makanan yang selalu ada saat acara makan malam keluarga ini berlangsung yaitu daging ayam dan daging ikan. Mengapa demikian? Karena pelafalan daging ayam dan daging ikan ini memiliki pelafalan yang sama dengan kata keberuntungan.

Saat makan malam ada juga beberapa kue keranjang yang memiliki makna untuk terus bertambah besar setiap tahunnya. Kue keranjang juga memiliki makna dalam makan malam keluarga akan kehangatan keluarga semakin lengket sesuai dengan tekstur kuenya yang lengket. Buah yang paling identik dengan hari raya imlek adalah buah jeruk karena buah jeruk ini memiliki arti kekayaan dan keberuntungan.

ADVERTISEMENTS

3. Makhluk buas yang biasa disebut Nian

Foto oleh Vladislav Vasnetsov on Pexels

Foto oleh Vladislav Vasnetsov on Pexels via https://www.pexels.com

Ketika hari raya Imlek tiba, seluruh sanak saudara tidak boleh bersedih dan harus bersenang-senang. Orang-orang Tionghoa tidak tidur saat malam tahun baru imlek yang dalam istilah mandarin disebut dengan Shou Shui. Saat tahun baru China semua juga identik dengan warna merah karena konon menurut kepercayaan masyarakat China, makhluk buas atau kerap disapa Nian yang hidup di dasar laut atau pegunungan akan muncul keluar ketika musim semi atau ketika tahun baru imlek datang. Kedatangan Nian ini sangat mengganggu karena mengusik manusia terutama anak – anak kecil.

Nian takut dengan warna merah, maka dari itu setiap tahun baru imlek berlangsung masyarakat China menghias rumah-rumah, pakaian, hingga aksesori mereka dengan warna merah untuk mengusir Nian agar tidak datang lagi. Itulah mengapa ketika tahun baru imlek sangat kental dengan nuansa berwarna merah.

ADVERTISEMENTS

4. Filosofi Yin dan Yang

Foto oleh Magda Ehlers on Pexels

Foto oleh Magda Ehlers on Pexels via https://www.pexels.com

Terdapat salah satu ajaran filsafat yang sangat terkenal di China ketika zaman klasik, yaitu Yin Yang. Ajaran ini asalnya dari sebuah metafisika kuno dan filsafat China yang mempunyai penjelasan bahwa setiap benda di alam semesta ini mempunyai polaritas yang abadi yaitu berupa dua kekuatan berlawan, 2 kekuatan ini adalah kekuatan utama walaupun mereka berlawanan, tapi saling melengkapi.

Yin bersifat responsif, sedih, pasif, feminin, gelap dan selalu dikaitkan dengan suasana malam, sedangkan Yang adalah kebalikan dari Yin yang sifatnya agresif, terang, aktif, maskulin dan berkaitan dengan suasana siang. Lambang simbol Yin sendiri adalah air sedangkan lambang simbol Yang adalah api. Secara harfiah Yin Yang dapat diartikan sebagai prinsip dari seluruh kenyataan yang artinya positif dan negative namun dapat mewakili makna mendalam tentang dualisme bertentangan tetapi saling melengkapi dalam kehidupan atau universal.

Dilihat dari prinsip Yin Yang yang berlawanan, prinsip ini memadukan keras dan lembut menjadi sebuah kesatuan yang utuh dan keseimbangan alam sehingga apapun yang ada dalam kenyataan kita adalah hubungan harmonis dari prinsip Yin terpilih dan derajat Yang terpilih juga. Dampak positif ditemukannya filsafat Yin Yang ini memiliki banyak manfaat dalam aspek kehidupan karena kemunculan filsafat Yin Yang ini memunculkan beberapa pengobatan tradisional China, seni bela diri, seni membaca nasib seseorang menggunakan peruntungan Yin Yang ini, seni perang, hingga ke seni perletakan fengshui.

ADVERTISEMENTS

5. Persamaan sistem perhitungan umur antara China dan Jawa

Foto oleh Anh Khac on Pexels

Foto oleh Anh Khac on Pexels via https://www.pexels.com

Memang sedikit berbeda, tapi kebudayaan China mempunyai kesamaan dengan budaya Jawa yang berasal dari Indonesia. Di China, nenek moyang menciptakan sebuah perhitungan bernama Ganzhi. Gan sendiri diwakili oleh 5 elemen yang ada di bumi yaitu air,api, tanah, kayu, dan logam yang masing-masing elemen terbentuk dalam Yin dan Yang yang urut. Sedangkan Zhi diwakili oleh 12 binatang yaitu ayam, babi, anjing, monyet, naga, kambing, kuda, monyet, ular, kelinci, tikus, sapi, macan.

Dengan menggabungkan semua elemen tersebut akan terbentuk 60 simbol pencatatan tahun. Hewan – hewan yang berada pada pola Yin Yang akan mengalami pergantian setiap tahunnya sedangkan elemen seperti air, api dan lainnya akan berganti setiap 2 tahun sekali. Hal ini digunakan oleh masyarakat Tionghoa dalam memproyeksikan umur seseorang.

Pola ini memiliki bentuk yang sangat mirip dengan astrologi Jawa dalam menghitung sistem umur seseorang. Contohnya adalah ketika ingin menghitung umur seseorang menggunakan cara tradisional, maka cara menghitungnya adalah dengan mengambil sifat dasar yang ada pada manusia yang lahir pada bulan tersebut dan karakter binatangnya akan digambarkan sesuai dengan penggambaran masing-masing. Seperti wuku itu artinya pewayangan, shio artinya binatang, zodiak artinya juga binatang. Perbedaan terletak hanya pada nama dan simbol.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis