Pandemi belum juga berakhir dari muka bumi, namun, sepertinya masyarakat dunia sudah pandai beradaptasi. Sejumlah negara telah mengeluarkan keputusan peniadaan pemakaian masker dan percaya diri mengumumkan negara mereka bebas pandemi Covid-19. Normalisasi kehidupan seperti sebelumnya pun telah diterapkan di negara-negara terkait.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia saat ini sedang bertempur dengan varian baru Omicron. Kasus kematian beranjak naik setiap hari. Pemerintah meminta agar masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Uniknya, kini masyarakat Indonesia tidak lagi melakukan ‘pelarian’ ketika dilanda kejenuhan saat beraktivitas di rumah dengan membeli tanaman hias misalnya. Padahal, di awal pandemi, masyarakat berbondong-bondong menyerbu toko-toko tanaman hias meskipun harga yang dipatok penjual sangat tinggi. Tak hanya itu saja, masyarakat juga rela melakukan hal konyol demi tanaman hias kesayangannya.
Omong-omong, apa kabar tanaman hias hari ini?
ADVERTISEMENTS
1. Dulu rela tidur di luar demi tanaman hias kesayangan sang istri, sekarang ditengok saja jarang
Di awal pandemi, tanaman hias seolah-olah menjadi ‘obat’ kejenuhan masyarakat ketika menjalankan aktivitas yang sepenuhnya berada di rumah. Sampai-sampai memiliki satu pot saja terasa kurang.
Ditambah lagi, peluang maling tanaman hias pun semakin tinggi karena harga satu pot tanaman hias cukup menggiurkan. Jadilah, di sejumlah media sosial bermunculan meme suami-suami penjaga tanaman hias istri yang rela tidur di luar demi keamanan tanaman.
Bagaimana sekarang? Rasa-rasanya, tidak ada lagi suami-suami yang rela tidur di luar rumah karena tanaman. Jangankan tidur di luar, ditengok saja mungkin tidak pernah lagi. Jadilah, yang dulunya tanaman hias tersebut memiliki harga, sekarang malah biasa-biasa saja.
ADVERTISEMENTS
2. Tukar guling antara mobil dan tanaman hias. Kini, pikir-pikir lagi mau menukar mobil untuk satu pot tanaman hias
Publik sempat digemparkan dengan pemberitaan tukar guling mobil mewah dan tanaman hias. Terlepas dari kebenarannya, tanaman hias pada saat itu memang memiliki daya pikat yang sangat luar biasa. Sehingga siapa saja sukarela melakukan apapun untuk mendapatkannya.
Bagaimana dengan sekarang? Sepertinya orang-orang telah menyadari bahwasanya bertahan hidup di tengah pandemi jauh lebih penting daripada memiliki puluhan pot tanaman hias.
ADVERTISEMENTS
3. Semakin bermotif, semakin mahal harga satu pot Aglonema. Sekarang harganya justru makin murah
Dulu, cara menentukan harga satu pot tanaman hias Aglonema dilihat dari corak, warna serta kelangkaannya di pasaran. Kisaran harga tidak tanggung-tanggung, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan. Uniknya, tetap ada saja peminatnya.
Sekarang? Harganya memang tetap berbeda dari yang bercorak atau polos saja. Namun, patokan harga di pasaran atau toko-toko tanaman hias tidak lagi se-tragis di awal pandemi. Kira-kira ada yang menyesal nggak ya? Sudah membeli begitu banyak Aglonema dan sekarang harganya jauh lebih murah.
ADVERTISEMENTS
4. Ketika sedang tren, masyarakat rela keluar masuk hutan demi mendapatkan tanaman incaran. Sekarang jangankan ke hutan, ke toko tanaman hias saja malas
Bermodalkan keberanian dan keyakinan akan menemukan tanaman hias di hutan merupakan jalan ninja yang paling aman jika dibandingkan harus mengeluarkan uang jutaan dari dompet. Masyarakat berlomba-lomba masuk hutan demi sebuah tanaman talas-talasan.
Beda dulu, beda pula sekarang. Jangankan masuk-keluar hutan, pergi ke toko tanaman hias saja mungkin sudah terlalu malas.
ADVERTISEMENTS
5. Merawat tanaman hias lebih baik daripada merawat diri sendiri. Hari ini lebih baik merawat diri daripada tanaman hias
Lap permukaan daun dengan baby oil supaya mengkilap. Atau, semprot permukaan daun dengan air bersih lalu lap dengan kain halus agar debu-debu yang menempel hilang lenyap. Jika dipikir-pikir, merawat tanaman hias di awal pandemi lebih-lebih daripada merawat badan sendiri.
Hari ini, masyarakat jauh lebih menyadari bahwasanya kesehatan dan kebersihan tubuh sendiri jauh lebih penting. Tapi tetap, tanaman hias masih dirawat hanya saja tidak seperti dulu lagi. Cukup disiram dua kali sehari layaknya manusia mandi.
ADVERTISEMENTS
6. Berkiblat pada penataan rumah minimalis di Korea Selatan, di Indonesia jatuhnya malah seperti hutan atau malah mirip gurun sahara karena tidak dirawat lagi
Selain hype karena artis-artis ibukota yang membeli tanaman hias hingga berjuta-juta, eksistensi tanaman hias juga berkiblat pada negara Korea Selatan. Di mana konsep tata ruang di negara gingseng tersebut menerapkan gaya minimalis dan tanaman hias merupakan sentuhan yang sangat dibutuhkan.
Masyarakat Indonesia pun ‘belajar’ meniru. Sayangnya, bukannya tampak minimalis, rumah justru tampak seperti hutan. Tanaman hias di mana-mana—di taman, di dalam ruangan, di kamar, di atas meja kerja dan sebagainya. Lantas sekarang, masih tetap ada yang seperti hutan dan ada pula yang gersang layaknya gurun sahara karena semua tanaman hias telah mati, tidak dirawat lagi.
Belajar dari demam tanaman hias, masyarakat seharusnya paham bahwasanya semua hal yang viral atau viral atau hype itu seperti musim—cepat berganti, cepat menghilang. Tidak seperti tanah, harga tanaman lebih banyak mengalami kemunduran dengan artian tidak selamanya stabil.
Tapi tak apa, toh berkat tanaman hias, kehidupan kita jauh lebih bermakna—rajin menghabiskan waktu di taman melihat tanaman kesayangan, melakukan kegiatan berkebun, bisa menjadi kesempatan cuci mata dan berkatnya sirkulasi oksigen di rumah jauh lebih baik.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”