Terlahir menjadi perempuan itu ternyata gampang-gampang susah ya? Seperti yang kita tahu, masih banyak anggapan-anggapan masyarakat di luar sana bahwa pencapaian dan peran perempuan itu masih dibatasi oleh yang namanya kodrat. Misalnya, ketika perempuan mulai tumbuh dewasa lalu dirasa cukup umur ia diburu untuk segera menikah karena mau ngejar apa lagi? Kalau kata orang-orang sih begitu. Tidak sampai di situ, saat perempuan sudah menikah, ia pun harus bisa punya anak, bisa memasak, dan kalau perlu nggak usah kerja lagi, mengurus rumah lalu menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Di samping itu, sadar nggak sih kebanyakan yang membuat perempuan insecure itu adalah perkataan sesama teman perempuannya? Perempuan yang mengurusi fisik perempuan lain, perempuan yang mencampuri kehidupan pribadi orang lain seperti pertanyaan urusan menikah, kapan punya anak, bahkan urusan menyuruh berhenti bekerja dengan dalih agar bisa seperti dirinya yang pintar merawat anaknya. Meskipun setiap kata yang keluar itu bermaksud baik, tetapi kebohongan besar ketika kita sebagai perempuan merasa tidak tersinggung atas perkataan orang lain. Wajarlah ketika perempuan menjadi baper dan sedikit melankolis setelah mendengar ia dibandingkan dengan pencapaian orang lain.
Mau bagaimana lagi, namanya hidup berdampingan dengan orang pasti ada saja hal-hal yang nggak bisa kita kontrol. Nggak apa-apa kita memang nggak pernah bisa memuaskan orang lain. Kita juga nggak perlu menjelaskan bagaimana maunya kita, nggak perlu menuruti apa kata orang. Mulai sekarang belajar yuk untuk tidak terlalu memusingkan apa kata orang. Biarkan semua berjalan sesuai kehendakNya. Kalau di sekitarmu masih ada perempuan lain yang membandingkan pencapaiannya dengan dirimu, nggak usah terlalu dipusingkan. Ada kok hal lain yang bisa kamu lakukan tanpa harus buang-buang energimu.
ADVERTISEMENTS
1. Ingat, semenyakitkan apapun ucapan seseorang menurutmu, anggap saja itu bagian dari doa yang menguatkan
Ketika kata-kata, tetap tenang di era gempuran pamer ayang lagi hits-hitsnya sejujurnya tidak berlaku bagi perempuan yang belum mempunyai pasangan. Pertanyaan seputar kapan menikah, mau nyari yang bagaimana lagi, bahkan disebut sebagai pemilih pun kerap terdengar. Tidak berhenti sampai situ, bahkan mereka yang sudah menikah pun tak luput dari pertanyaan kapan punya momongan. Yang sudah diberi momongan pun masih dicecar dengan pertanyaan kapan nambah lagi? Capek nggak tuh. Dari segi penanya mungkin maksud mereka baik, tapi kita nggak pernah tahu dibalik orang yang ditanya. Bagi mereka yang sudah kebal dan mencapai titik pasrahnya, menjadikan ucapan orang lain sebagai doa yang bisa menguatkan adalah jalan terakhirnya untuk terlihat tenang.
ADVERTISEMENTS
2. Memilih untuk tetap bersyukur dan memiliki konsep bahagia sendiri agar tetap waras itu perlu
Sebagai perempuan pernah dong yang namanya insecure dengan perempuan lain. Kadang mikir, apakah pasangan kita bangga punya kita? Saat melihat orang lain memposting sesuatu di media sosialnya kadang menimbulkan berbagai macam pertanyaan pada diri sendiri. Kok bisa ya dia sebahagia itu? Enak ya jadi dia begini, enak ya dia begitu. So ladies, mari kita buang jauh-jauh pikiran tersebut. Ya, memilih untuk tetap bersyukur atas apa yang ada pada diri kita itu perlu. Bersyukur karena hari ini kita masih diberi nafas. Bersyukur masih diberi kesehatan, bersyukur punya waktu banyak untuk orang terdekat. Nggak semua yang kita lihat pada orang lain itu melulu soal bahagia, karena kita nggak tahu bagaimana dan apa yang terjadi dibalik itu semua. Jadi fokus pada kebahagiaan diri sendiri. Karena mau jungkir balik dan sekeren apapun orang lain dimatamu, duniamu tetap tetap berputar untuk dirimu sendiri.
ADVERTISEMENTS
3. Soal pilihan, mau tetap berkarir atau menjadi ibu rumah tangga? Its okay. Pilihan kamu tetap keren kok!
Sebagai perempuan, menjalani peran sebagai ibu rumah tangga atau tetap memilih berkarir itu bukan perkara mudah. Akan selalu ada pro dan kontra baik dari orang sekitar bahkan orang terdekat perempuan itu sendiri. Bagi mereka, perempuan yang memilih berkarir pastinya punya alasan atas pilihannya. Seperti takut dianggap mertua sebagai beban untuk anak laki-lakinya dan anggapan sayang karena sudah sekolah tinggi-tinggi namun gelarnya tidak dipakai. Di sisi lain, perempuan yang memilih berkarir pun sadar bahwa ia harus mandiri secara finansial agar nggak bergantung pada suami. Begitu juga dengan memilih sebagai ibu rumah tangga. Bagi mereka menemani setiap momen tumbuh kembang anak adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Bukan berarti ibu yang bekerja itu nggak cinta sama anaknya ya karena rela meninggalkan anak. Dan bukan berarti ibu rumah tangga juga kerjaannya enak-enak di rumah. Percayalah, keduanya sama-sama berat dan sama-sama mulianya. Jadi alangkah jauh mulianya ketika kita sebagai perempuan tidak menghakimi apapun keputusan perempuan lain.
ADVERTISEMENTS
4. Jangan hanya karena orang lain kamu ingin merubah dirimu. Big no, kita masih punya hal lain yang bisa buat bahagia
Standar perempuan cantik yang berkulit putih, tinggi, berambut panjang, berbadan ideal dan otaknya pintar memang sudah sering divisualisasikan di otak kita sebagai perempuan sempurna. Apalagi ketika perempuan sedang berkumpul dengan sesamanya. Mereka pasti akan memiliki kesamaan bahkan kecocokan hingga terbentuknya circle yang sesuai dengan standar mereka. Jangan khawatir, memilih untuk mengundurkan diri dari circle saat diri kita merasa nggak cocok dengan standar mereka adalah sah-sah saja. Mengambil hal baik yang bisa kita terima dalam pertemanan, selebihnya tetap menjaga hubungan di luar itu bukankah menyenangkan. Ya, kita memang nggak bisa memaksakan untuk merubah diri kita menurut standar orang lain. Kalau kita merasa jauh dan nggak punya kecocokan, kita bisa kok cari komunitas yang sesuai dengan kesukaan kita. Istilahnya, diri kita banget. Selain menambah teman untuk berkembang, kita juga nggak kehilangan teman lama. Ingat ya, berteman dengan siapapun boleh tapi balik lagi, kalau diri ini juga perlu bahagia tanpa bermuka dua.
ADVERTISEMENTS
5. Nggak usah minder soal kemampuan, asal mau belajar dan punya tekat untuk terus berkembang yakin deh akan membuatmu semakin menawan!
Poin ini yang sering menjadi momok bagi perempuan karena merasa minder nggak bisa apa-apa. Merasa nggak bangga dengan dirinya karena pencapaian hidupnya hanya seputar itu-itu saja. Di era yang semakin berkembang ini, sayang banget kalau waktu yang tersedia tidak digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Dan lagi-lagi bicara soal waktu, alasan tidak punya waktu, alasan nggak sempat bukan lagi menjadi penghambat kita untuk berkembang. Kalau soal waktu, bukannya kita yang nggak sempat tetapi kitalah yang nggak mau meluangkan. Balik lagi, soal kemampuan. Menambah skill seperti memasak, parenting, bahkan mengajar itu penting lho. Apalagi diera pandemi seperti ini yang menuntut perempuan harus serba bisa. Nggak perlu jago-jago amat, asal bisa dan nggak ngerepotin orang itu keren.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”