Di masyarakat kita, perempuan selalu dikaitkan dengan berbagai stigma yang membelenggu mereka dari kebebasan. Pemikiran bahwa perempuan harus seperti ini dan tidak boleh seperti itu membatasi kaum perempuan untuk mengembangkan potensinya. Perempuan seolah tidak memiliki hak untuk menentukan jalan hidup yang mereka inginkan.
Namun, saat ini telah banyak perempuan yang mulai melawan stigma negatif yang membatasi ruang gerak mereka. Berikut beberapa stigma yang sudah seharusnya dipatahkan oleh para perempuan.
ADVERTISEMENTS
1. Perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi
Perkataan klise tentang perempuan yang tidak perlu sekolah tinggi-tinggi sayangnya masih kerap terdengar di lingkungan kita. Hal itu menunjukkan jika sebagian orang masih beranggapan bahwa masa depan seorang perempuan sejatinya hanya akan berakhir mengurus rumah tangga, memasak di dapur, mengerjakan pekerjaan rumah, serta mengasuh anak.
Namun, apakah menurutmu pernyataan tersebut sepenuhnya benar? Sebagai perempuan tentu pendidikan menjadi hal yang penting yang perlu dicapai setinggi yang mereka impikan. Terlepas dari apakah perempuan itu akan menjadi ibu rumah tangga atau ibu karier, pendidikan tinggi yang kita dapatkan tidak akan sia-sia begitu saja. Semua ilmu yang didapatkan akan membentuk pola pikir yang nantinya akan berguna di masa depan, baik untuk keluarga, lingkungan, atau pun pekerjaan.
ADVERTISEMENTS
2. Perempuan harus mengikuti standar kecantikan
Kamu gemukan, ya? Coba diet dikit pasti lebih cakep!
Kamu kok jerawatan sih, makanya muka itu dirawat!
Kamu gemukan, ya? Coba diet dikit pasti lebih cakep!
Kamu kok jerawatan sih, makanya muka itu dirawat!
Ujaran basa-basi di atas mungkin terdengar biasa saja. Namun, perkataan tersebut sebenarnya dapat membuat seseorang menjadi tidak nyaman dengan penampilan dirinya. Dalam hal ini media juga berperan dalam pembentukan standar kecantikan perempuan. Di majalah, televisi dan iklan di media sosial misalnya, kita selalu disuguhi dengan iklan-iklan produk kecantikan yang memberikan klaim membuat kulit putih bersinar alih-alih kulit yang sehat.
Model perempuan yang digunakan pun biasanya memiliki kulit putih, langsing dan tinggi, maka tak heran jika para perempuan terjerumus ke dalam sebuah standar kecantikan yang membuat mereka tidak nyaman. Padahal kita tahu bahwa setiap perempuan itu cantik lengkap dengan pesona uniknya masing-masing terlepas dari apapun warna kulitnya.
ADVERTISEMENTS
3. Perempuan harus mengurus pekerjaan rumah tangga
Di masyarakat kita, pekerjaan rumah tangga selalu dikaitkan dengan perempuan. Bahkan sejak kecil, peran perempuan di dalam keluarga telah diarahkan di ranah domestik. Kita terkadang menemukan ibu kita marah jika kita tidak membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Sementara itu, saudara laki-laki kita dibebaskan dari tugas-tugas tersebut. Padahal pekerjaan rumah tangga selayaknya dikerjakan bersama oleh semua anggota keluarga. Seiring berjalan waktu, kini mulai banyak perempuan dan laki-laki yang berbagi tugas pekerjaan rumah, hingga tidak membebankan terhadap satu pihak saja.
ADVERTISEMENTS
4. Perempuan tidak bisa menjadi pemimpin karena mudah emosional
Stigma yang muncul di masyarakat kita selanjutnya yakni tentang perempuan dan emosinya. Umumnya perempuan akan dikaitkan sebagai manusia yang mengedapankan perasaan emosional dalam setiap tindakannya.
Perempuan dianggap lemah karena kerap melibatkan hati dalam pengambilan keputusan. Karena hal itu pula lah perempuan dipandang tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin yang baik.
Namun, faktanya saat ini telah banyak pemimpin perempuan yang menunjukkan kepemimpinannya yang sukses. Oleh karena itu, tidak sepatutnya perempuan diremehkan dalam hal kepemimpinan.
ADVERTISEMENTS
5. Perempuan tidak perlu bekerja atau mengejar karier
Karena mengakarnya budaya patriarki di masyarakat, perempuan cenderung diarahkan agar tidak perlu berkarier dan tetap berada di rumah. Sementara itu, patriarki merupakan perilaku yang mengutamakan laki-laki daripada perempuan. Perempuan yang terlalu ambisius dalam mengejar karier biasanya akan dipandang kurang baik jika dibandingkan dengan perempuan yang hanya mengurus keluaraganya di rumah saja.
Itulah beberapa stigma negatif yang sejak lama membatasi peran perempuan dalam masyarakat. Semoga akan lebih banyak perempuan yang sadar bahwa mereka tidak layak dilabeli stigma-stigma di atas. Apapun pekerjaan kita saat ini, semua perempuan punya peran. Kita hanya perlu menjalaninya tanpa perlu saling menghakimi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”