Perempuan Hebat Bersenjatakan Pena

Mereka yang terlupakan

Menurutmu siapa yang pantas disebut pahlawan? Ibumu? Pejuang bambu runcing? Atau malah semua orang bisa disebut pahlawan? Semua orang pantas disebut pahlawan. Ibu pahlawan bagi anaknya. Pejuang, pahlawan pembela tanah air. Ngomong-ngomong tentang pahlawan, tahukah anda?

Ada beberapa orang yang bahkan namanya tak tersebut dalam buku sejarah tapi memiliki jasa yang besar untuk Indonesia. Bahkan mereka ditakuti oleh Belanda pada masanya. Sayang, jasa mereka tak tertulis rapi dalam buku sejarah.

Siapa yang tak kenal R.A. Kartini? Wanita hebat pejuang emansipasi wanita. Hari kelahirannya yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin telah banyak tulisan yang kembali memuat betapa hebatnya sosok Kartini. Tapi di sini bukan Kartini yang akan kita bahas, melainkan sosok ‘Kartini’ lain yang tak kalah menginspirasi dari Kartini asli.

Wanita-wanita yang berfikir kritis, mereka berjuang tak kenal lelah, bukan dengan senjata, tapi dengan goresan tinta pada kertas putih. Menyingkirkan Belanda bukan dengan bambu runcing, melainkan dengan pena yang tak kalah tajam dari bambu rincing. Siapakah wanita itu?

ADVERTISEMENTS

1. Roehana Koeddoes

Roehana Koeddoes

Roehana Koeddoes via http://indonesiaexpat.biz

Wanita kelahiran Sumatera Barat, 20 Desember 1884 ini merupakan anak dari pasangan Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam. Jika ditarik silsilah keluarganya, Roehana merupakan sepupu dari pahlawan terkenal bernama H Agus Salim dan bibi dari seorang penyair legendaris Chairil Anwar.

Meskipun hidup di zaman yang sama dengan R.A. Kartini, namun nama Roehana tak melegenda layaknya Kartini. Hal ini dikarenakan Roehana merupakan seorang jurnalis kritis dan tak segan-segan menuliskan apa yang menjadi realitanya saat itu terhadap pemerintahan Belanda.

Roehana tidaklah mengenyam pendidikan formal, ia hanya belajar dari sang ayah dan tetangganya yang merupakan pejabat Belanda. Tanggal 10 Juli 1912 ia mendirikan surat kabar bernama Sunting Melayu. Dalam catatan sejarah, Sunting Melayu merupakan surat kabar pertama yang dipimpin dan diperuntukkan untuk kaum wanita.

Saat itu Roehana menjadi pemimpin redaksi yang dibantu oleh temannya Zubaidah Ratna Djuwita. Selain Sunting Melayu, Roehana juga pernah menjadi pemimpin redaksi pada surat kabar Radio dan Cahaya Sumatera di Padang dan Perempuan Bergerak di Kota Medan.

Di Hari Pers Nasional yang ketiga pada tahun 1974 ia menerima penghargaan sebagai wartawati pertama Indonesia. Tepat dihari kemerdekaan Indonesia yang ke-7 Roehana menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta pada usia 88 tahun.

ADVERTISEMENTS

2. S.K Trimurti

S.K Trimurti

S.K Trimurti via https://www.merdeka.com

Lahir di Solo, 11 Mei 1912 dengan nama lengkap Surastri Karma Trimurti. Seorang perempuan anti Belanda. Bahkan saking bencinya terhadap pemerintahan Belanda, ia pernah di penjara selama 9 bulan karena menyebarkan pamflet berisi anti kolonialisme.

Berbeda dengan Roehana, Trimurti adalah seorang yang terpelajar. Ia adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah menikah dengan Sayuti Melik (penegetik teks proklamasi), ia mendirikan surat kabar bernama Pesat dengan bantuan sang suami.

Dalam sejarah, ia tercatat sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama Indonesia. Selama hidupnya ia dikenal sebagai seorang guru, penulis dan seorang wartawan. Trimurti wafat pada tanggal 20 Mei 2008. Ia dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.

ADVERTISEMENTS

3. Herawati Diah

Herawati Diah

Herawati Diah via https://en.tempo.co

Lahir di Tanjung Pandan, Bangka Belitung, 03 April 1917 dari keluarga dokter. Diberi nama Siti Latifah Herawati. Ia merupakan wanita Indonesia pertama yang lulus dari Universitas Barnard College, AS.

Karena ibunya seorang pendiri majalah khusus perempuan yang bernama Doenia Kita, Hera sering mengirim tulisan pada majalah tersebut dan menghantarkan ia pada dunia jurnalistik. Setelah menikah dengan rekan sesama jurnalis Burhanudin Muhamad Diah, mereka mendirikan surat kabar Harian Merdeka pada tahun 1945. Setelah itu, ia juga mendirikan surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia dengan nama The Indonesian Observer tahun 1955.

Herawati tutup usia diumurnya yang ke 99 tahun pada tanggal 30 September 2016. Sama seperti Trimurti, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Kajarta Selatan

ADVERTISEMENTS

4. Rasuna Said

Wanita berdarah Minang dengan nama lengkap Hajjah Rangkayo Rasuna Said ini lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910. Setelah lulus dari SD, Rasuna Said menimba ilmu di Pesantren Ar-Rasyidiyah yang pada saat itu beliau merupakan satu-satunya santri perempuan.

Rasuna Said adalah pahlawan pembela wanita. Sebelum terjun ke dunia jurnalis ia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru. Rasuda Said terjun di dunia jurnalis pada tahun 1935 dan menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Namun karena tulisan-tulisan yang ditulis Rasuna tajam dan mengkritik Belanda, ruang gerak majalah ini jadi dipersempit oleh Belanda.

Tahun 1937 Rasuda pergi ke Medan dan mendirikan majalah mingguan bernama Menara Poeteri. Dari semua tulisannya ia sering menggunakan nama penanya yaitu Seliguri. Hampir semua tulisannya menentang antikolonial. Namun setelah kemerdekaan, Rasuna Said tidak lagi menjadi jurnalis dan fokus pada karir politiknya.

Di usia 55 tahun beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 2 November 1965. Beliau dimakamkan di Taman Makan Pahlawan, Kalibata, Jakarta.

ADVERTISEMENTS

5. Pesan Moral

foto pribadi

foto pribadi via https://sepositif.com

Nama mereka memang tak seharum R.A. Kartini, tak banyak dikenal orang. Namun dari mereka kita belajar, tak perlu menuntut pengakuan, cukup buktikan dengan heahlian. Wanita harus pintar dan memiliki ilmu pengetahuan.

Seperti yang dikatakan oleh Roehana: Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik.

Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa UIN Suska Riau Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik