Yaa, mau gimana lagi ya, sebagai Anak Betawi, saya akan selalu bangga dengan kejayaan Si Doel Anak Sekolahan di layar kaca. Saat semua orang menonton dan membicarakan adegan demi adegan yang dimainkan para aktor dan aktris di dalamnya.
Kemudian mereka yang membesarkan nama Si Doel (sekaligus budaya Betawi) tersebut turut merekah nama dan popularitasnya. Masing-masing bertransformasi menjadi selebritas favorit Tanah Air.
Karakter yang dimunculkan dalam sinetron ini (saya membicarakan sinetron yang diproduksi oleh Karnos Film) sampai sekarang masih melekat dan punya citra tersendiri di mata masyarakat. Bagaimanapun kiprah dan karier mereka kini. Ada yang sukses menjadi Politisi, Usahawan, Aktris Papan Atas, Penggiat Teater, dan sebagainya.
Di belakang itu semua, karakter-karkater tersebut punya nilai moral sendiri-sendiri. Mereka semua dikembangkan dan dimainkan dengan apik sampai menyiratkan nilai personal.
Masing-masing dari karakter di sinetron itu punya hal menarik yang bisa ditilik. Hal baik yang bisa dijadikan sebagai pelajaran. Bukan hanya sekadar pengisi peran di untaian cerita sarat makna.
Saya rasa menempatkan karakter Babeh menjadi yang pertama bukanlah hal yang berlebihan. Walaupun judul dan pemeran utamanya adalah Doel, karakter babeh yang dimainkan dengan sempurna oleh Benyamin Syueb ini menjadi semacam pemegang kunci dalam tiap episode Si Doel.
Babeh mencerminkan watak orang Betawi secara umum. Mafhum di masyarakat bahwa orang Betawi adalah mereka yang senang berbicara apa adanya, polos, lugu, penyayang, dan tegas.
Dalam beberapa adegan, Babeh lebih dari leluasa menggali semua nilai-nilai orang Betawi tersebut. Saat beliau jejingkrakan dan treak keliling kampung dalam adegan Doel lulus kuliah. Siapa yang bisa lupa adegan itu? Saat Babeh memarahi Si Doel dengan sendu karena Doel masih menganggur menggambarkan kekecewaan yang mendalam sekaligus rasa kasih seorang Ayah terhadap anaknya.
Babeh adalah representasi yang brilian dari paduan apik antara kegigihan, kepolosan, dan ketegasan seorang pemimpin keluarga.
<>2. Enyak Lela yang bijak dan selalu penuh kasih.>Bias dan pendar kelembutan langsung menyapa otak saya saat membuka kalimat ini. Sosok Aminah Tjendrakasih dengan tatapan sendu dan suara lembut adalah terjemahan paling ideal untuk peran Lela.
Seorang isteri yang lebih dari tabah dan tulus menjalani peran hidupnya sehari-hari. Keseriusannya mengurus dan mengabdi kepada keluarga menjadi sebuah contoh ideal untuk wanita manapun dari zaman kapanpun.
Fakta bahwa Enyak adalah seorang pengusaha dengan membuka toko kelontong di rumahnya juga merupakan pelajaran berharga. Nilai keteguhan dan keikhlasan untuk sesnantiasa menjadi bagian paling baik untuk keluarganya dicerminkan dari usaha itu.
Adegan saat Babeh meninggal, saat ia didekati beberapa Duda, saat ia dengan berani membela Mandra, interaksinyha dengan Sang ibu tiri, saat Enyak menasihati Doel seperti sebuah pelajaran berharga bagaimana rapuh namun kuatnya seoarang Ibu untuk keluarganya.
Enyak adalah karakter ibu dengan segala nilai luhur masyarakat Timur.
<>3. Si Doel yang original dan punya prinsip.>Menyandang nama karakter yang sekaligus menjadi judul sinteron ini, Rano Karno punya beban sangat berat. Ditambah posisi beliau yang juga menggawangi tim produksi Si Doel. Saya yakin, belum ada sineas yang mampu mendekati level kepiawaian Rano Karno sampai saat ini. Karena saat itu, beliau harus membagi perhatiannya untuk banyak hal. Naskah, aktor dan aktrisnya, tim produksi, dan lain sebagai-bagainya.
Rano Karno bukan hanya menjadi pemeran utama dalam sinetronnya sendiri, tapi juga menjadi pemeran utama di belakang layarnya.
Banyak sekali pelajaran yang bisa kita resapi dari karakter Doel. Mulai dari sosoknya yang agamis idealis sampai dampak dari kebimbangan dan ketidak-teguhan-hati dalam memilih pasangan hidup.
Karena saking ideal dan sempurnanya, Doel boleh jadi merupakan karakter yang kini semakin langka ditemui. Namun, semua nilai yang diusung rano dalam karakter Doel masih selalu akan layak menjadi inspirasi bagi semua pemuda.
<>4. Mandra yang unik dan apa adanya.>Saya menangkan ada aura kegigihan yang sangat terang terpancar dari sosok ini. Dalam segala keterbatasan dan kepolosannya, Mandra memainkan dirinya sendiri dalam sinetron ini dengan begitu baik. Sangat sangat brilian!
Terlebih saat karakter ini seringkali ditampilkan dnegan nuansa yang nelangsa dan menanti belas kasih dalam kisah cintanya. Senantiasa menjadi yang tertindas namun tidak pernah menye-menye. Mandra adalah karakter gigih yang seimbang dan tidak menyesatkan masyarakat.
Justru Mandra berhasil mengantarkan kesan terkasihani menjadi sebuah komedi satir yang menghibur dan sarat nilai moral.
Bahwa tidak ada hal yang paling penting dari keluarga. Bahwa bahagia adalah hak semua orang.
<>5. Atun yang selalu ada dan menerima.>Jujur saja, Atun sebagai sebuah karakter pendukung dalam sinetron ini menurut saya seperti nyaris tenggelam di antara tangguhnya karakter lain.
Jika saja tidak ada cerita Atun dan Karyo, mungkin saya akan dengan mudah melupakan adik bungsu Doel ini. Porsinya seperti dibiarkan mengambang antara ada dan tiada. Namun, bukan berarti karakter Atun miskin nilai yang bisa dipelajari.
Atun bagi saya sukses membawa isu Kartini pada masanya. Dia yang secara fisik merasa tidak semenarik Zaenab dan Sara, secara intelektualitas tentu saja di bawah Abangnya, tidak menjadi terpuruk dalam ketidakberdayaan. Atun memilih untuk mengembangkan keterampilannya yang lain. Mengikuti jejak Enyak-nya untuk berwirausaha. Ini adalah hal positif dan sangat membangun.
Atun mengajarkan kita semua untuk pantang menyerah
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
best movie ever