Dalam hidupku yang berlangsung selama 21 tahun lamanya, begitu banyak sosok yang kutemui. Berbagai daerah, suku, budaya rasanya sudah pernah kutemui bahkan dari sabang sampai merauke. Namun bukan tentang itu yang ingin kusampaikan kisahnya pada khalayak ramai. Bukan tentang Indonesia yang kaya akan suku dan budaya, ini tentang sosok yang ada di antara banyaknya orang yang kujumpai selama ini.
Mengagumi seseorang mungkin hal yang mudah bagiku. Mataku mudah sekali berbinar pada setiap sosok yang kuanggap hebat, pria maupun wanita. Hal itu tak lain adalah cara untuk memotivasiku agar bisa menjadi seperti mereka, tersadar bahwa aku dengan diriku sendiri itu belum cukup, aku pun butuh asupan motivasi dari luar, dari mereka yang hidupnya sangat menginsipirasi dan memotivasi.
Namun, ku yakin ini hal yang berbeda dari apa yang sering kukagumi dari seseorang. Kekaguman yang berbalut rasa tak biasa. Ah, apa yang sedang kupikirkan, ku yakinkan diriku bahwa kau memang sosok yang dikagumi banyak orang bukan hanya aku. Yap, bukan hanya aku. Tapi, padamu sosok yang (tidak) diam-diam kukagumi, ada beberapa bulir pernyataan yang ingin kusampaikan.
ADVERTISEMENTS
1. Saat pertama kali bertemu, aku yakin kau adalah sosok yang rendah hati tapi juga tangguh dan pantang ‘melambaikan tangan pada kamera’
Pertemuan kala itu yang aku sangat ingat betul detil tragedinya, entahlah apa yang membuatku begitu yakin, mungkin auramu. Oh tida,k aku berlebihan. Tapi memang itu yang kulihat, gestur tubuh dan gaya bicaramu menandakan kau orang yang rendah hati pada siapapun. Jangan heran kalau aku sering mencari tahu kepribadianmu semenjak itu, tentang hidupmu dan perjuanganmu. Kau tahu dari mana kudapatkan informasi itu? Itu rahasiaku tak boleh satupun orang tahu. Semakin kutahu dirimu semakin kumengerti bahwa kau adalah sosok yang tangguh dan pantang ‘melambaikan tangan pada kamera’ alias pantang menyerah.
ADVERTISEMENTS
2. Prestasi akademikmu sungguh gemilang dan nyata, tapi soal karir organisasi jangan tanya, kau pun juaranya
Kekagumanku yang lain terletak pada caramu yang sempurna dalam membagi waktu untuk akademik dan karir organisasimu. Seolah keduanya berjalan beriringan dan tak ada yang saling mendahului. Tak banyak orang melakukan hal itu, termasuk aku. Yap, tak perlu kusebutkan gemilangnya prestasi akademikmu di berbagai kegiatan, aku tahu kau cerdas bahkan teramat cerdas dan itulah yang membuat mataku berbinar. Selain cerdas IQ, kau pun memiliki kecerdasan emosional, terbukti dengan karir organisasimu yang selalu meningkat. Mulai dari posisi anggota hingga jadi pemimpin. Sekali lagi kukatakan, tak banyak orang bisa seperti itu, mendapatkan kepercayaan dengan cara bertahap, tapi kau mampu melakukannya.
ADVERTISEMENTS
3. Keahlianmu dalam merangkai kata, baik lisan maupun tulisan adalah hal yang tak perlu diragukan
What a perfect personality! Ketika seseorang bisa menyeimbangkan kedua kemampuan itu. Berbicara dan menulis. Kata orang sih, biasanya orang yang pandai berbicara memang pandai menulis. Menurutku itu bukanlah hal sepele dan mudah, ketika kau bisa bertutur kata di hadapan orang juga bisa berbicara lewat tulisan. Keduanya perlu teknik khusus untuk dikuasai.
ADVERTISEMENTS
4. Kau mungkin bukan lulusan pesantren, tapi kupercaya agamamu yang juga menjadi agamaku sudah terpatri mati di hati
Tak hanya hubungan dengan manusia yang kau jaga, hubungan dengan Penciptamu pun terus kau rajut. Seseorang dengan ibadahnya yang rajin perlu kuacungi jempol karena pasti dia percaya akan adanya kekuatan lain di luar batas kemampuan manusia yang mengatur semuanya. Dengan segudang kegiatan duniawi kau tak pernah lupa untuk merajut kasih dengan-Nya, mungkin itu juga yang membuatmu begitu rendah hati bahkan dengan segudang keahlianmu itu. Kau menyadari bahwa agama merupakan ‘rem’ yang menghentikan rasa keakuanmu di dunia dan memberitahumu bahwa di atas langit masih ada langit.
ADVERTISEMENTS
5. Pada akhirnya, kuakui diriku mengagumimu!
Pada akhirnya, kau memang merupakan sosok yang memotivasi banyak orang, meski kau tak sadar itu. Sering aku berandai, bisakah aku yang masih bertemankan malas dan bodoh ini mejadi sosok sepertimu. Ya, aku akan terus berusaha, selalu berusaha, pasti berusaha.
Cukup sekian pernyataan dariku yang masih harus terus belajar dan berusaha ini.
Wasalam,
Ciputat, 14 Oktober 2016.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.