Jangan Pacaran Terlalu Lama! Memangnya, Kamu Mau Kredit Mobil atau Memperjuangkan Cinta?

Pernahkah kalian melihat orang-orang berpacaran? Mulai dari berpegangan tangan, suka chat-an? Pasti pernah, karena sekarang berpacaran adalah hal yang menurut kebanyakan orang “lumrah”  atau “sudah biasa”. Namun tahukah kamu, dari mana sebenarnya asal muasal dari aktivitas “berpacaran” di Indonesia?

Menurutku gaya atau budaya berpacaran berasal dari Barat. Sejak menyebarluasnya film barat ke bioskop Indonesia, banyak sekali remaja yang ikut-ikutan mencoba pacaran. Entah itu pegangan tangan dengan yang bukan mahram, chat-an medsos, dan lain-lain.

Padahal, tanpa kalian sadari, sebenarnya pacaran itu merusak hubungan, lho. Entah itu hubungan kita dengan keluarga atau sahabat. Maka daripada itu, yuk kita bahas beberapa kerugian dari berpacaran.

 <>1. Kalau nggak pintar menyikapi, pacaran akan terasa seperti mengekang dan membatasi

Jika sudah berpacaran, pasti harus selalu bersama. Kalau ada apa-apa harus bilang, nggak boleh terlambat ngingetin tentang makan, ibadah, tidur. bahkan ke toilet pun harus selalu bawa handphone. Ah, takut si doi nelpon. Hm, jadi nggak bebas.

Mungkin di antara kalian ada yang berdalih, "Ih, kami pacaran nggak kayak gitu, kok." Iya, awal pacaran saja bisa ngomong seperti itu. Minggu pertama; janji nggak akan berantem, cemburuan. Namun di minggu berikutnya, rata-rata sudah saling menuntut, marahan, dan akhirnya putus.

Atau mungkin dalih seperti, "Ah, kami pacaran hanya sebatas sebagai teman curhat doang, kok." Oke, jika pacaran hanya sebatas curhat, kita lihat saja seberapa lama? Kalau salah satu doi lagi sibuk, yang mau curhat pasti bakalan galau, 'kan? Ujung-ujungnya,  "Kita putus aja! Buat apa pacaran kalau sama-sama cuek?"

<>2. Bagaimana dengan boros? Hmm... Sadar nggak kalau pacaran terlalu lama juga bikin pengeluaran jadi nggak terkontrol?
Boros Uang

Boros Uang via https://www.pexels.com

Bagi yang baru pertama kali pacaran, pasti sangat mementingkan pacarnya dari siapapun. Terkadang sampai melupakan keluarga sendiri; harus bisa ngasih hadiah ulang tahun terbaik untuk pacarnya. Bahkan, jadi ojek pribadi si doi sampai rela menghabiskan bensin. Belum lagi kalau traktik doi makan; boros, 'kan? Padahal rata-rata uang saja masih dari orangtua, duh.

Ada yang berdalih, "Kami sudah bisa menghasilkan uang sendiri, kok." Jika sudah bisa menghasilkan uang sendiri, alangkah baiknya jika uang itu ditabung untuk keperluaan masa mendatang atau untuk membahagiakan orangtua. Subhanallah.

<>3. Waktu untuk saling membahagiakan semakin terbuang, karena nggak ada kemajuan seperti membicarakan pernikahan

Terkadang pacaran bisa membuat kita lupa waktu. Pagi, siang, sore, malam selalu sibuk SMS dan teleponan dengan pacar. Mungkin kita penasaran dan gelisah jika tidak menyapa dia, ingin tahu sekarang dia lagi ngapain.

"Kami pacaran tahu waktu, kok. Bisa atur waktu masing-masing juga." Hm, okelah. Kalau bisa mengatur waktu, bagaimana dengan pacaran membuat kita gagal fokus? Akibat urus pacaran, kita nggak konsentrasi di kelas? Nilai turun karena pacaran?

Hahaha. Belum lagi yang pacaran harus bisa mengatur waktunya untuk berpacaran, ketemuan, dan nganterin doi? Yang tidak pacaran saja terkadang kesusahan mengatur waktu, kok!

<>4. Jika terlalu cinta, intensitas pertemuanmu dengan sahabat dan keluarga pun jadi taruhannya

Kalau sudah berpacaran, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacar ketimbang dengan sahabat; bahkan keluarga sendiri.

"Walaupun aku berpacaran, rasa perhatianku terhadap keluarga tidak berkurang." Ya, walaupun begitu, pacaran itu menghabiskan waktu. Kita jadi jarang bergaul terhadap saudara, lebih sering teleponan dengan pacar. Seperti poin ketiga tadi, pacaran sering membuat kita lupa waktu, telat makan, dan nilai menurun.

Kadang, jika memilki masalah dengan pacar, bisa-bisa keluarga yang kena getahnya.

<>5. Emosimu semakin nggak terkontrol karena banyaknya tekanan dan stres sana-sini

Ada yang langgeng dan bahagia, lalu ada pula yang putus nyambung. Semua itu dikarenakan emosional remaja yang masih labil. Jika sedang romantis akan saling berjanji manis, namun saat kecewa rasanya sakit luar biasa!

"Wajarlah kayak gitu. Itu bertujuan supaya kita lebih siap untuk hubungan selanjutnya." No! Justru ketika kita seperti itu, kita akan mengalami rasa sakit yang berkepanjangan!

Saat putus, kita bisa melihat mantan lagi PDKT-an dengan orang lain yang ternyata menjadi pihak ketiga saat berpacaran sebelumnya. Pokoknya lebih banyak asem pahitnyalah. Makanya jangan heran banyak orang yang tega membunuh atau bunuh diri karena diputusin pacarnya.

<>6. Risiko datangnya orang ketiga pun semakin besar. Yakin kamu siap?
Pihak ketiga

Pihak ketiga via http://cheatingcouple.com

Menurutku, yang namanya pacaran itu adalah aktivitas, bukan ikatan. Ada yang PDKT-an tapi ngakunya sahabatan. Namun jika dipikirkan secara baik, pacaran itu tidak jelas. Memang apa buktinya pacaran, siapa yang bilang "sah" atau "meresmikan"?

Pacaran adalah aktivitas. Jadi wajar saja jika banyak sekali yang pacaran namun diduakan oleh pacarnya, bahkan mungkin sudah disekiankan. Kalau selingkuh saat pacaran juga mau nuntut ke mana? Paling-paling cuma bisa marah. Sedih, bukan?

<>7. Terakhir, inilah motivasi untukmu yang belum mendapat pacar atau ingin lebih serius memperjuangkan hubungan

1.  Untuk yang jomblo, bukannya tidak laku, hanya saja tuhan YME sudah memberikanmu pasangan terbaik untuk menjadi pendamping hidupmu.

2.  Pada dasarnya manusia diciptakan untuk mencintai dan dicintai, namun berpacaran bukan solusi yang tepat, ada saatnya.

3.  Tuhan menghadirkan rasa cinta bukan untuk berpacaran, namun untuk saling menyayangi dan mencintai. bukan hanya untuk manusia namun untuk sesama makhluk.

4.  Masa remaja penuh godaan untuk mencoba yang namanya pacaran. maka dari itu berhati - hatilah.

5.  Lelaki yang baik bukan yang berani mengatakan "aku cinta kamu, mau jadi pacarku?". namun mereka yang bisa menjaga perasaannya, mereka yang percaya kalau tuhan sudah menyiapkan pendamping hidup yang lebih baik.

Kawan-kawanku sekalian, semoga artikel ini bermanfaat, ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

132 Comments

  1. Muhammad Attar berkata:

    Tergantung dari kitanya, bisa mengatur dan memanejemen waktu atau tidak

  2. Yogi Satriani berkata:

    Iya mending gitu, gak usah pacaran biar hal-hal buruk diatas gak terjadi, mungkin taaruf lebih baik ^_^

  3. Muhammad Attar berkata:

    Iya, taaruf lebih baik daripada pacaran

  4. Muhammad Attar berkata:

    itu karena lo memiliki pemikiran yang lebih dewasa, aku baca di blogmu kamu memang sangat pandai mengatur emosi, aku aja kadang sampai terbawa suasana……hehe

    betul juga kata kamu ^_^

  5. Lebih baik kembali berjuang untuk meraih mimpi yang sempat tertahan akibat pacaran.
    Save jomblo jomblo ngenes single menawan haahhaahha�

  6. Intan Lalla berkata:

    Judul dan isi kurang sesuai

  7. Christa Yona T berkata:

    Abis baca artikel ini, gue jadi mikirin tujuan penulisannya. Apakah supaya yg baca ga pacaran lama-lama dan segera nikah, atau supaya ga usah pacaran sekalian, jadi ta’arufan aja dan langsung akad?

    Kalo menilik judulnya sih, supaya yg baca ga kelamaan pacaran. Tapi sayang ga dijelaskan seberapa lama kah “lama” itu. Sebulan? Dua bulan? Setaun? Lama itu -seperti kata sifat lainnya- relatif Bro! Be specific please.

    Gue pribadi menganggap pacaran itu adalah sebuah proses pengenalan yang lebih dalam terhadap calon pasangan seumur idup gue ntar. Penjajakan lah. Justru selama pacaran itu bisa sama-sama belajar manajemen waktu, ekonomi, dll yang dibahas di artikel ini. Balik lagi ke masing-masing orangnya sih. Fleksibel aja. Kalo ternyata manajemen waktunya somplak dan ga bisa ngatur keuangan buat masa depan, ya ngapain dilanjutkan. Kudu selektif dong. Secara, gue maunya sampai maut memisahkan.

    Tulisan yang judulnya menarik, tapi sayang isinya hanya melihat dari satu sisi. Ga fair. Ga menyediakan argumen yang bisa bikin pembacanya berpikir kritis. Sebuah artikel yang alih-alih bikin pembacanya manggut-manggut sambil bergumam, “Iya juga yah…” malah jadi mengerutkan kening sambil berujar, “Apaan sih ni?”

    You’re doing okay. Keep writing bro. Salam.

  8. Meykke Santoso berkata:

    waaah…lo kayak punya 2 kepribadian ganda. Tulisan lo di sini sama di blog beda bener..dan sekarang juga udah melebarkan sayap di Hipwee. Congratulation!!

    Tapi gue setuju banget kalau pacaran emang semacam nggak ada gunanya. Emosi yang berkecamuk kalau lagi berantem, mana kalo buat cewek keadaan hati itu sangat ditentukan oleh situasi hubungan. jadi kalo hubungannya sedang tidak baik, ya itu berpengaruh terhadap semua segi kehidupan. Kan kzl. Lagian buat para cowo, pacaran juga akan sangat berdampak buruk terhdap dompetnya. Jadi istri belum tentu tapi harus bayarin sana sini. Kzl juga kan. 😀

  9. Muhammad Attar berkata:

    Awalnya aku membuat judul dan isi yg sesuai, tetapi skrng sudah direvisi lagi dengan tim hipwee, jadi kurang pas gitu.

  10. Muhammad Attar berkata:

    Klo kata kawan saya lebih baik bermimpi untuk hidup daripada hidup didalam mimpi……..hehe semacam genjutsu