pacar teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih; kekasih;
berpacaran bercintaan; berkasih-kasihan;
Sumber : http://kbbi.web.id
Islam adalah agama yang sempurna. Ia nggak cuma mengatur kehidupan manusia secara garis besarnya saja, tapi sampai ke hal detailnya. Nggak cuma berisi perintah dan larangan, tapi juga tata-cara melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Banyak contohnya. Salah satunya, Islam nggak cuma memerintahkan umatnya untuk memperlakukan pasangan dengan baik, tapi juga mengajarkan tata cara memperlakukan pasangan melalui utusan-Nya. Yups, beribu tahun yang lalu Rasulullah SAW sudah mengajarkan cara “pacaran” ( read : bercintaan dengan pasangan) yang nggak cuma romantis tapi juga nambah pahala.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).
Nah, berikut penjelasannya. Eits, baca sampai tuntas yaaa.. 🙂
ADVERTISEMENTS
1. Makan sepiring berdua mah, udah biasa. Kalo minum segelas berdua?
Dari Aisyah Ra, ia berkata: "Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum." (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
Dari Aisyah Ra, ia berkata: "Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum." (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
Suatu hari, Rasulullah pulang dari berjihad. Sambil melepas lelah, Aisyah ra. membuatkan minum untuk suami tercinta. Lalu disuguhkannya minuman itu pada Rasullullah. Beliau meminumnya dengan perlahan, sampai minuman dalam gelas itu hampir habis. Kemudian Aisyah bertanya,
"Ya Rasulullah, biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku, tapi mengapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?". Rasullulah hanya diam, dan beliau hendak melanjutkan meminum habis air di gelas itu.
Lalu Aisyah bertanya lagi. "Ya Rasulullah, biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepada ku, tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?".
Akhirnya Rasulullah memberikan sisa minuman dalam gelas itu kepada Aisyah, dan ia pun meminumnya. Kalian tau apa reaksi Aisyah setelah meminum air itu? Ia memuntahkannya, karena ternyata yang ia masukkan ke dalam minuman itu bukanlah gula, tapi garam. Tuh kan, kurang romantis gimana coba?
ADVERTISEMENTS
2. Kata "Maaf" diucapkan karena mengakui kesalahan dirinya, bukan untuk menyindir kesalahan pasangan
Pernah suatu hari, Rasulullah pulang terlambat. Sudah jadi kebiasaan beliau, kalau pulang terlambat beliau membawakan oleh-oleh kepada istrinya. Namun pada saat itu, Rasulullah mencari oleh-oleh untuk istri tercinta. Beliau pun keliling rumahnya untuk mencari hadiah yang sekiranya bisa dijadikan oleh-oleh yang menarik.
Setelah berkeliling 3x, beliau pun menemukan sebuah batu yang cantik. Kemudian diketuklah pintu rumahnya dengan batu itu. Aisyah heran, siapa yang mengetuk pintu sekeras itu? Tak mungkin bila itu suaminya, karena Rasulullah selalu mengetuk pintu rumah dengan kuku jarinya. Aisyah lalu berteriak dan membentak si pengetuk pintu tersebut.
Namun setelah ia membuka pintu, betapa kecewanya ia dengan sikapnya barusan. Aisyah langsung minta maaf pada Rasulullah. Dan apa jawab beliau? "Afwan ya Khumaira…Afwan ya Khumaira…Afwan ya Khumaira…(maaf, wahai yang pipinya kemerahan)". Beliau sama sekali tidak marah pada Aisyah yang telah membentaknya, dan Aisyah juga tidak marah pada beliau. Bahkan mereka saling berebut maaf karena telah melakukan kesalahan.
Bagaimana dengan kita? Maaf yang kita ucapkan terkadang hanya untuk menyindir kesalahan pasangan tanpa menyadari kesalahan yang kita perbuat. So, nggak perlu mikirin seberapa besar kesalahan pasangan pada kita, tapi coba pikirkan alasan ia melakukan hal itu. Bisa aja alasannya itu adalah kita, kan?
ADVERTISEMENTS
3. Cemburu boleh, tapi ingat kalau cemburu juga ada batasnya
Ini nih, yang paling sering terjadi di antara dua sejoli yang sedang jatuh cinta dan sudah menjalin hubungan. Cemburu. Jika dapat diatasi, bisa merekatkan hubungan, namun bila tidak bisa, yang ada hanya pertengkaran. Bahkan bisa berujung pada kehancuran hubungan.
Aisyah r.a. juga seorang wanita, yang cemburunya juga sangat besar. Salah satu contoh cemburunya, ia sangat cemburu pada Khadijah r.a. karena mendengar tiap hari Rasulullah selalu menyanjung, menyebut dan merindukannya. Kemudian Aisyah r.a. berkata pada Rasulullah "Bukankah Khadijah hanya seorang perempuan tua dan lemah yang telah digantikan Allah Swt. dengan seseorang yang lebih baik darinya?".
Rasulullah pun menjawab "Tidak, Demi Allah, Dia tidak pernah memberiku seorang pengganti yang lebih baik darinya. Khadijah r.a. telah beriman kepadaku kala semua orang kafir kepadaku, dia membenarkan aku kala banyak orang mendustakanku, dia menolongku dengan hartanya kala semua orang tidak mengindahkanku. Allah Swt. memberiku rezeki berupa keturunan dari dirinya, dan tidak dari istri-istriku yang lain."
Aisyah Ra. pun berkata dalam hatinya, "Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak pernah mencela Khadijah lagi untuk selama-lamanya".
Lihat? Tak ada perdebatan panjang, cukup ungkapkan – dapat penjelasan – memahami satu sama lain. Cemburu tidak akan datang kalau kamu tidak mencintai si dia. Kalau cemburu datang menghampirimu segeralah katakan dengan baik pada pasanganmu, jangan hanya dipendam sendiri
ADVERTISEMENTS
4. Saat pasangan marah bukannya didiemin, tapi dimanjain.
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisyah, bacalah do’a: "Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan." (HR. Ibnu Sunni).
Nabi saw biasa memijit-menjepit hidung Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisyah, bacalah do’a: "Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan." (HR. Ibnu Sunni).
Selain itu, Rasulullah juga mempunyai panggilan kesayangan untuk istri tercintanya itu. Khumaira (yang pipinya kemerah-merahan). Panggilan yang benar-benar mampu membuat pipinya kemerah-merahan karena malu. Nah, kalau pasanganmu lagi marah, jangan didiemin sampai marahnya mereda. Coba aja jepit hidungnya dengan manja dan panggil ia dengan panggilan kesayangan. Dijamin luluh deh!
ADVERTISEMENTS
5. Romantis itu…. sederhana.
Aisyah bercerita, "Aku melihat Rasulullah berdiri di pintu rumahku pada saat orang-orang Habsyi bermain perang-perangan di dalam masjid. Kemudian Rasulullah menutupiku dengan kain sorbannya agar aku bisa leluasa melihat permainan mereka. Rasulullah rela berdiri untukku, sampai aku puas melihat permainan mereka dan bergegas pergi. Bayangkanlah bahwa waktu itu aku seorang gadis yang masih suka bermain."(HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya.)
Aisyah bercerita, "Aku melihat Rasulullah berdiri di pintu rumahku pada saat orang-orang Habsyi bermain perang-perangan di dalam masjid. Kemudian Rasulullah menutupiku dengan kain sorbannya agar aku bisa leluasa melihat permainan mereka. Rasulullah rela berdiri untukku, sampai aku puas melihat permainan mereka dan bergegas pergi. Bayangkanlah bahwa waktu itu aku seorang gadis yang masih suka bermain."(HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya.)
Nggak perlu susah payah untuk menciptakan momen romantis. Cukup lakukan hal-hal bersama, jalan-jalan sambil bergandeng tangan, panggil pasanganmu dengan panggilan sayang. Dan tentunya, lakukan dengan tulus dan rutin. Terkadang hal-hal remeh kayak gini malah lebih berkesan lho!
ADVERTISEMENTS
6. Yang terpenting dari pacaran Islami: Nikah dulu!
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka" (QS an-Nuur: 30-31).
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka" (QS an-Nuur: 30-31).
Dalam Islam kita diajarkan untuk "menjaga jarak" dengan lawan jenis. Tidak boleh bersentuhan, menundukkan pandangan, menjaga cara bicara, tidak menampakkan aurat, tidak berkhalwat (berduaan). Ini dilakukan agar kita terjaga dari fitnah dan zina, baik itu zina mata, zina pikiran, ataupun zina tubuh. Hal ini sudah sangat jelas diatur dalam Al Quran, bahkan Rasulllah juga banyak mengingatkan kaumnya agar menjaga jarak dengan seseorang yang bukan mahramnya.
Namun, hal-hal ini tidak berlaku ketika sudah menikah. Banyak hal-hal sunnah yang hanya bisa dilakukan saat sudah menikah, bahkan hal-hal yang sebelumnya haram pun malah menjadi ladang pahala setelah menikah, termasuk hal-hal di atas.
"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu maka menikahlah, karena akan lebih menundukkan pandangan, dan lebih mampu menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang merasa tidak mampu maka berpuasalah, karena puasa bisa memecah syahwat". (diriwayatkan oleh al Jama’ah dari Ibnu Mas’ud r.a.)
So, hal-hal di atas hanya berlaku saat kamu sudah menikah ya guys. Jadi kalau mau pacaran dalam Islam, menikah dulu!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”