Pacaran atau Tidak, Itu Sebuah Pilihan

Banyak para pecinta yang mampu bilang “Sungguh aku menyayangimu dan kau segalanya bagiku,” Tentu saja itu semua hanya sebatas gombalan saja. Pada kenyataannya, banyak yang kalah penting dari benda macam gadget. Banyak yang tak bisa lepas dari gadget selama 12 jam penuh. Lalu di mana letak pentingnya si penerima gombalan itu? Bagaimana bisa kalian dikatakan teramat penting, tapi dibiarkan menunggu terlalu lama dan tak jelas?

Di mana letak pentingnya? Karena hey karena, kita tak mau disamakan macam jemuran yang bisa digantung kapan saja, bukan?

 <>1. Ketika mereka bicara pengorbanan.
pengorbanan

pengorbanan via http://www.google.com

Apa yang bisa mereka buktikan tentang pengorbanan? Banyak dari kita yang dengan tega bilang, "Bukankah aku sudah banyak berkorban demi dia?" Pengorbanan seperti apa yang dimaksud? Kencan malam minggu? Mentraktir nonton dan makan? Membelikan ini dan itu? Antar jemput macam gojeg? Mendengar keluh kesah pacar? Itu semua bukan pengorbanan, kawan. Sama sekali bukan karena banyak dari kita melakukan itu semua berharap ada kompensasi.

Ayolah, jujur saja! Misalkan berharap terimakasih dari pacar, berharap kekasih kita semakin menyukai kita, dll. Padahal kita tahu bahwa pengorbanan itu tak ada kompensasi. Ketika kita sudah menikah, baru saya akan percaya kalau kita memang benar-benar berkorban. Bagi kaum lelaki, anda mau tak mau harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anak istri, memberi fasilitas terbaik, memberi pendidikan terbaik.

Bagi istri, kita harus rela mengurus anak dan suami, memastikan makanan yang dimakan anak dan suami anda adalah makanan yang sehat, dll. Setiap hari rela menemui rutinitas yang begitu begitu saja dan kita melakukan itu semua dengan ikhlas, tanpa meminta imbalan.

<>2. Mereka bilang cinta mati.
cinta sampai mati

cinta sampai mati via http://www.google.com

Banyak pasangan kekasih yang mengaku cinta mati, sampai ke ulu hati, apakah mereka yakin bisa konsisten dengan omongannya itu ketika mereka sudah menikah? Bahkan belum menikah, berapa banyak yang tega berkhianat? Berapa banyak pasangan yang mengaku cinta mati sampai ke ulu hati, berubah jadi benci ketika sudah menikah?

Ketika suaminya tak mampu mencukupi kebutuhan, sang istri harus pusing bukan kepalang karena tak punya uang untuk beli beras, uang belanja pas-pasan, bayar sekolah anak harus nunggak, ketika si lelaki tak betah di rumah karena sang istri masakannya tak enak, tak pandai mengatur keuangan, tak bisa akur dengan mertua, dan berbagai masalah lainnya. Bukankah dulu mereka pernah mengaku cinta samapai mati?

Tapi kalau keduanya sudah mampu melewati itu semua, saya baru percaya, mereka saling mencintai. Tapi kalau belum, semua yang mereka sombongkan, perkataan yang dilantarkan dengan jumawa belum teruji.

<>3. Mereka yang rela bunuh diri.
Tak semudah bunuh diri

Tak semudah bunuh diri via http://www.google.com

Sebagian pasangan kekasih membuktikan cintanya dengan cara bunuh diri. Apa dipikir ini keren? Kawan, hidup ini begitu berharga dan hanya orang-orang yang bebal dan pengecutlah yang melakukan itu. Karena bunuh diri bukan merupakan hal yang spektakuler. Karena pembuktian tak seharusnya melanggar koridor agama. 

Bagi orang-orang yang cintanya terhalang, hidup jadi begitu menakutkan. Mati jadi jalan keluar yang mudah. Jadi lebih mudah mati ketimbang hidup. Apanya yang spektakuler? Sebab berani hidup jauh lebih ksatria dibanding sekedar nekat bunuh diri.

<>4. Bilang cinta tapi menjerumuskan.
Cinta Macam Apa

Cinta Macam Apa via http://www.google.com

Bahkan kata-kata suci pun mudah dibualkan. "Aku mencintaimu karena Allah." Bagaimana bisa seseorang mencintai karena Allah tapi melanggar koridor agama yang ada? Wajar jika kita melihat di mana-mana lelaki jadi fakir komitmen dan miskin tanggung jawab. Karena banyak dari kaum wanita yang membiarkan dirinya jadi objek bualan yang dikemas sedemikian rupa dan mereka menikmati.

Bagaimana mungkin lelaki yang faham cinta tapi tak peduli masa depan seseorang, membiarkan seseorang berharap tanpa ada kejelasan? Apa jaminan kalian soal cinta yang miskin komitmen ini? Lalu di mana letak "Aku mencintaimu karena Allah."? Cinta macam apa yang kau tunjukkan?

<>5. Saat di mana kalian akan bertanya, "Kenapa dia berubah?"
Mengapa Berubah

Mengapa Berubah via http://www.google.com

Jangan heran jika di awal kalian kenal, dia bersikap mengagumkan, baik, dan penuh perhatian. Kemudian dengan seiringnya berjalannya waktu, karakter sesungguhnya terlihat, dan pertanyaan ini muncul, "Kenapa sekarang dia berubah?" Hey, kawan! Tak ada yang berubah sama sekali. Bukan sifatnya yang berubah. Bukan. Tapi kita tak pernah sadar karena dari awal kita sedang melihat sebuah kepalsuan.

Kita sedang disuguhi sandiwara dan kita terlanjur meyakini bahwa semua itu nyata. Sialnya lagi, kita hidup di zaman kapitalisme yang mengajarkan di mana wanita dan lelaki masa kini hanya memperhatikan fisik, bukan isi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

penyuka senja,gemar bersepeda,siapapun kamu,apapun profesimu,mari kita bersahabat dengan baik

16 Comments

  1. Rie Kudou berkata:

    Yang point terakhir..

  2. Mentari Simamora berkata:

    iya bener. point yang terakhir

  3. Erlitta W. Jje berkata:

    Zaman Kapitalisme. True banget!

  4. Neo Miftah berkata:

    jadi harus lebih selektif memilih seorang wanita….., bukan hanya itu, pesannya menyiratkan hal yang berimbang karena sang laki laki juga harus tau benar tanggung jawabnya sebagai seorang laki laki

  5. yang terakhir kena bangett tu