Beberapa waktu silam, saya sempat membaca cuitan seorang warganet di Twitter yang viral karena memilih mundur dari dunia kepenulisan. Menurut penuturannya, beliau tak henti-hentinya menulis siang dan malam, rela begadang, demi mewujudkan mimpi menjadi seorang penulis terkenal seperti J.K. Rowling. Sayangnya, beliau memilih menyerah di tengah jalan karena, ‘katanya’ menulis tidak ada hasilnya dan memutuskan menjadi ‘orang kebanyakan’.
Lantas saya bertanya-tanya, apakah menjadi penulis sekeren/se-eksklusif itu? apakah menjadi penulis memang terdengar aneh?. Saya begitu menyorot keinginannya yang ingin menjadi ‘orang biasa-biasa saja’ dibandingkan menjadi penulis. Padahal sesungguhnya, ada banyak manfaat dari menulis yang bisa dipetik, tidak hanya sekadar mengejar ketenaran belaka. Oleh karena itu, sebelum kamu memutuskan untuk membuat konten lewat tulisan, pastikan kamu harus mempersiapkan hal-hal di bawah ini.
ADVERTISEMENTS
1. Tanyakan Pada Diri Sendiri, Apa Tujuan Menulis?
Ingin terkenal seperti warganet di Twitter itu? Ingin mendapatkan cuan? Atau hanya ingin mengedukasi? Pastikan tujuan, visi, dan misi kamu dalam menulis harus benar-benar realistis. Mengapa realistis? Karena jika mimpimu terlalu tinggi, maka kamu harus siap-siap berusaha lebih giat lagi.
Saya jadi teringat dengan ucapan seorang Guru SMP, bermimpilah setinggi langit-langit (rumah), karena kalau jatuh, nggak terlalu sakit. Apa yang diucapkan beliau memang ada benarnya, bahwa menggapai cita-cita itu bukan hanya tentang hayalan dan imajinasi, tetapi dibarengi dengan perjuangan. Termasuk juga jika ingin menjadi content creator tulisan (penulis), kamu harus tekankan mengenai tujuan awalmu.
ADVERTISEMENTS
2. Tentukan Jenis Tulisan
Seorang karyawan saja punya keahlian yang fokus pada satu bidang tertentu, seperti programmer, teknisi, dan lain-lain. Dalam hal menulis, seorang penulis konten (content writer) juga harus tau minat yang ingin digeluti. Ada fiksi, non fiksi, cerita pendek (cerpen), dongeng, artikel, esai, copywriting, edukasi, tulisan gaya satir, bahkan review.
Apakah tidak boleh mencoba semua jenis tulisan? Boleh-boleh saja, tetapi perlu diketahui bahwa kamu harus mempunyai ciri khas yang membedakan diri sendiri dengan orang lain. Kita lihat saja contohnya, Gita Savitri yang menulis buku tentang kesehatan mental. Ada pula Jerome Polin yang berusaha memberikan pembelajaran matematika yang menyenangkan.
Kalau diibaratkan nih, kamu mau pergi jalan-jalan, lalu kamu bingung mau memilih naik pesawat, bus, kereta api, atau kapal laut. Karena kamu terlalu banyak keinginan, akhirnya kamu gagal berangkat. Seperti itu juga saat menulis, terlalu banyak hal yang ingin dicoba, kamu sampai lupa dan bingung dengan tujuan awalmu.
ADVERTISEMENTS
3. Pilihlah Platform yang Sesuai
Ingin menerbitkan sebuah buku? Tidak masalah, tetapi jika kamu masih pemula dalam menulis, cobalah untuk lakukan hal-hal yang mudah terlebih dahulu. Mengapa? Menulis buku itu perlu berlembar-lembar hingga ratusan halaman, belum lagi seleksi penerbit, dan tahapan editing yang bisa memakan waktu relatif lama.
Lebih baik, cobalah untuk memanfaatkan platform gratis seperti membuat blog pribadi atau menjadi kontributor di Hipwee. Apabila kamu ingin menulis microblog, bisa memanfaatkan Instagram atau Facebook.
ADVERTISEMENTS
4. Tengok Tulisan Pesaing Sebagai Referensi
Tau konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)? Terapkan metode ini untuk menemukan ide, berinovasi, dan menemukan celah kekurangan kompetitior yang bisa kamu manfaatkan untuk membuat konten. Ini bukan soal plagiarisme, tetapi sebagai pandangan agar kamu lebih mudah menghasilkan konten yang lebih segar dan menarik.
Misalnya saja, platform A membahas psikologi. Namun platform A kebanyakan mengutip teori hingga menggunakan bahasa yang terlampau formal. Kamu bisa melihat kekurangan dari platform A sebagai peluang untuk membuat konten yang lebih baik. Maka coba gunakanlah pemilihan kata (diksi) yang menggambarkan modernitas dan bahasa ‘khas’ kaum muda.
ADVERTISEMENTS
5. Menulis Itu Nggak Gampang, Maka Berlatihlah
Menulis itu mudah.
Menulis itu mudah.
Seringkali saya menjumpai kata-kata motivasi dari penulis ternama terkait cara menulis yang baik dan benar. Nyatanya, setelah ditelusuri lebih mendalam, para penulis itu telah menggelontorkan karya yang jumlahnya bikin geleng-geleng kepala. Oleh karena itu, saran saya, jangan terlalu percaya dengan motivator.
Saya yakin bahwa Tuhan memang memberikan bakat pada orang-orang terpilih. Namun, bakat yang tidak diasah, tidak akan ada gunanya. Seperti seorang anak yang memiliki bakat menyanyi dan dilahirkan dalam keluarga musisi. Jika si anak tidak pernah berlatih, walau suaranya terdengar enak. Keahlian menyanyinya akan stagnan dan tidak istimewa serta akan kalah dari penyanyi hebat lainnya.
ADVERTISEMENTS
6. Biasakan Diri dengan Kritik dan Saran
Ketika kamu memutuskan untuk mengirim tulisan di dunia internet. Maka kamu juga harus siap dengan penolakan dari banyak orang. Ibarat dua sisi mata uang, ada orang yang begitu mengagumi tulisanmu, tetapi ada pula yang tiada henti membenci tulisanmu. Oleh karena itu, kuatkan mental dan legowo dengan segala bentuk penghinaan.
Kritik tidak selalu berkonotasi negatif, jika kamu memandangnya sebagai hal positif. Kritik yang membangun bisa dijadikan sebagai modal untuk memperbaiki tulisan. Tanpa adanya kritik, kamu seakan-akan seperti jalan di tempat dan berada di zona nyaman. Hingga pada akhirnya kamu tertinggal jauh di belakang karena merasa tulisanmu selalu benar dan baik-baik saja.
7. Upgrade Kemampuan dengan Mengikuti Kompetisi
Gimana sih, bisa juara menulis kayak kamu?
Gimana sih, bisa juara menulis kayak kamu?
Banyak orang yang mengira bahwa mengikuti kompetisi menulis merupakan hal prestisius. Banyak orang yang tergiur dengan prestasi, medali, piala, atau hadiah dari lomba menulis. Namun, di balik itu semua, mengikuti perlombaan menulis juga menjadi sarana untuk menantang diri menjadi lebih baik.
Mengapa ikut lomba menulis? Saat memutuskan ikut lomba, artinya kamu sudah memberanikan diri untuk bersaing melawan banyak penulis hebat di luar sana. Selain itu, hal ini juga melatih mental kamu akan kegagalan. Jika kamu siap untuk menjadi seorang pemenang, maka kamu juga harus bersedia saat kalah.
Demikianlah hal-hal yang harus kamu persiapkan saat ingin menjadi penulis konten. Jadi, menulislah bukan karena tren semata, tetapi menulis itu perlu perjuangan. Sedikit kutipan sebagai pemantik semangatmu,
Menulis itu bukan soal menyalurkan isi pikiran melalui tulisan, tetapi menulis itu mengerahkan pikiran agar menghasilkan tulisan
Semangat!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”