Minimalkan Konflik dan Drama dalam Hubunganmu dengan Komunikasi Asertif

Komunikasi yang baik adalah bagian terpenting jika kita mengharapkan adanya hubungan yang sehat.

Komunikasi yang baik adalah bagian terpenting jika kita mengharapkan adanya hubungan yang sehat. Memang sih, setiap hubungan pasti akan mengalami pasang surut (ups an downs) dan bahkan banyak konflik sering muncul akibat adanya missed communication. Gaya komunikasi yang sehat dapat memudahkan dalam menghadapi konflik dan membangun relationship yang lebih kuat dan sehat.

Dalam sebuah hubungan, komunikasi membantumu untuk menjelaskan kepada orang lain apa yang sedang kamu alami atau kamu butuhkan. Komunikasi membuatmu lebih terhubung dengan orang lain dan membuatmu menjadi manusia seutuhnya karena pada dasarnya salah satu kebutuhan kita sebagai manusia adalah didengar dan dimengerti, begitupun sebaliknya, mendengar dan mengerti.

Setiap orang memiliki kebutuhan dan gaya komunikasi yang berbeda. Kita perlu menemukan cara berkomunikasi yang sesuai dengan pasangan/partner kita. Tidak peduli seberapa baik kamu mengenal dan mencintai pasanganmu, tetap saja hal itu tidak dapat mengubah fakta bahwa kamu tetap tidak mampu membaca pikirannya.

Hanya menebak-nebak dan berujung pada kesimpulan yang salah hanya akan menimbulkan kesalahpahaman yang rentan membuat sakit hati, rasa marah, dendam, atau kebingungan. Disinilah komunikasi memainkan perannya. Tidak hanya sekedar berkomunikasi, tapi kamu butuh komunikasi yang jelas dan tegas  atau biasa disebut komunikasi asertif.

Seperti dilansir dalam artikel yang berjudul “Assertive Communication – Tips For Effective Use”, Komunikasi asertif adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide dan perasaan positif dan negatif secara terbuka, jujur, dan langsung. Dalam komunikasi asertif ini, kita tetap bisa menjaga hak-hak kita sambil tetap menghormati hak-hak orang lain. Hal ini memungkinkan kita untuk bertanggung jawab atas diri dan tindakan kita sendiri tanpa menghakimi atau menyalahkan orang lain, sehingga dapat ditemukan solusi yang saling memuaskan satu sama lain. Komunikasi yang asertif dapat memperkuat hubungan dengan mengurangi stres akibat konflik dan memberimu dukungan sosial saat menghadapi masa-masa sulit.

ADVERTISEMENTS

1. Sadari Hal Apa Yang Membuatmu Tidak Suka dan Terima Itu Sebagai Fakta

Photo by Rosie Ann from Pexels

Photo by Rosie Ann from Pexels via https://www.pexels.com

Saat ingin menyampaikan kepada seseorang tentang perilakunya yang membuatmu tidak suka, fokuslah pada kenyataan tentang apa yang telah mereka lakukan, daripada menggunakan label atau kata-kata negatif yang menyampaikan penilaian.

Sebagai contoh: Situasi: Temanmu sering terlambat, datang terlambat 20 menit untuk kencan makan siang.
Tanggapan yang tidak pantas (agresif): “Kamu sangat kasar! Kamu selalu terlambat.”
Komunikasi asertif: “Kita seharusnya bertemu pukul 11:30, tapi sekarang 11:50.”

Ingat! Jangan berprasangka dan menerka-nerka alasan mengapa dia melakukan hal tersebut. Jangan berasumsi sendiri apalagi jika asumsinya negatif. Dalam situasi ini, jangan berasumsi bahwa temanmu sengaja datang terlambat karena tidak mau datang atau karena mereka lebih menghargai waktu mereka sendiri daripada waktumu. Asumsi hanya akan menimbulkan kesalahpahaman. Lebih baik tanyakan dan sampaikan lalu pahami penjelasannya.

ADVERTISEMENTS

2. Jangan Menilai dan Melebih-lebihkan

Menerima kenyataan tentang apa yang tidak kamu sukai dalam perilaku seseorang, tanpa mendramatisasi atau menghakimi, adalah awal yang penting. Jangan melebih-lebihkan, memberi label, atau menilai; hanya menyampaikan.

Tanggapan yang tidak pantas: “Sekarang, makan siangnya rusak.”
Komunikasi yang tegas: “Sekarang, saya memiliki lebih sedikit waktu untuk makan siang karena saya masih harus kembali bekerja pada pukul 1:00.”

Bahasa tubuh dan nada suara penting dalam komunikasi yang asertif. Tunjukkan kepercayaan dirimu: Berdiri tegak, pertahankan kontak mata, dan rileks. Gunakan nada yang tegas namun menyenangkan.

ADVERTISEMENTS

3. Gunakan Pesan Aku

Photo by Tan Danh from Pexels

Photo by Tan Danh from Pexels via https://www.pexels.com

Saat kamu memulai kalimat dengan kata “Kamu …”, untuk menunjukkan rasa tidak suka pada apa yang telah dia lakukan, hal tersebut menggambarkan kamu sedang melakukan penilaian atau serangan dan membuat orang bersikap defensif. Jika kamu memulai dengan “Aku…”, fokusnya lebih pada bagaimana perasaanmu dan bagaimana kamu ingin menyampaikan bahwa kamu terganggu oleh apa yang sudah dia lakukan. Juga, itu menunjukkan kamu bisa mengendalikan reaksimu dan tidak bersikap menyalahkan. Hal ini membantu meminimalkan sikap defensif pada orang lain, mencontohkan tindakan mengambil tanggung jawab, dan menggerakkan kalian pada perubahan positif.

Misalnya:
Jika berfokus pada kalimat “Kamu…” :  “Kamu harus berhenti nglakuin itu!” atau “Aku harus menghentikan dia !”
Jika berfokus pada kalimat “Aku…”:  “Aku suka kalau kamu mau berhenti nglakuin itu.”
Saat berdiskusi, jangan lupa untuk mendengarkan dan bertanya. Penting untuk memahami sudut pandang orang lain.

ADVERTISEMENTS

4. Satukan Semuanya

Photo by cottonbro from Pexels

Photo by cottonbro from Pexels via https://www.pexels.com

Inilah formula hebat yang menyatukan semuanya: “Kalau kamu [perilaku mereka], aku ngrasa [perasaan Anda].” Bila digunakan dengan pernyataan yang sesuai dengan fakta/keadaan, bukan penilaian atau label, rumus ini memberikan cara langsung, tidak menyerang, dan lebih bertanggung jawab untuk memberi tahu orang-orang bagaimana perilaku mereka memengaruhi atau mengganggu kamu. Misalnya: “Waktu kamu marah lalu diemin aku, aku merasa diserang.”

ADVERTISEMENTS

5. Buat Daftar Perilaku, Hasil, dan Perasaan.

courtneysargent

courtneysargent via http://www.courtneysargent.com

Variasi yang lebih kompleks dari rumus ini mencakup hasil perilaku mereka. Rumusnya adalah :

“Ketika kamu [perilaku mereka], maka [hasil dari perilaku mereka], dan aku merasakan [bagaimana perasaanmu].” Misalnya: “Kalau kamu datengnya terlambat, aku harus nunggu, dan aku stress nunggu sendirian.” Cobalah untuk berpikir win-win solution: Lihat apakah kamu bisa berkompromi atau temukan cara bagi kalian berdua untuk memenuhi kebutuhan kalian.

Dalam kasus teman yang selalu terlambat, mungkin tempat pertemuan yang berbeda akan membantu mereka tepat waktu. Atau kamu dapat memilih untuk membuat rencana hanya pada saat jadwalmu lebih terbuka dan keterlambatannya tidak akan membuatmu bosan dan stres.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I graduated from Setia Budi University majoring in Pharmacy. My researches about nanoformulation I interest with creating content, reading, and writing. The kind of books that I love is about self-improvement or romantic novel. You can follow my instagram account @ajeng.wnd, I reviewed book on it. I love writing articles. Some of my article posted by Hipwee. I usually write about lifestyle or other random things, as I wish. I'm talkative person but I'm an introvert. Previously, I had a part-time job at a pharmacy in Solo as a pharmacist assistant when I was in college. During this period, I have learned so much about the values of teamwork and commitment, how to win, how to work hard, how to concentrate and focus on goals, and how to balance my time and priorities. Additional experience in other fields such as an internship in a hospital and public health centers can increase my value to your company. I enjoy thinking, learning and working. I can bear work pressure. I have a huge passion for the development of the pharmaceutical world.