Meski di Agamaku Mereka Dihujat, Bagiku Ada Pelajaran Bermakna yang Bisa Kupetik

 

Jangan membaca artikel ini jika kamu benci ‘perbedaan’ mereka. 

Jika kita melihat dari sudut pandang agama, aku rasa tidak ada alasan tepat untuk membenarkan yang terjadi pada mereka. Terlebih jika kita sama-sama tumbuh di negara dengan mayoritas budaya timur, yang mengharamkan hubungan tidak lazim ini. Tapi mereka bukan virus. Mereka bukan penyakit menular yang harus dihindari, yang harus dikucilkan.

Mereka hanya manusia biasa yang diberikan jalan sedikit berbeda dengan kita.

Aku tidak mendukung apa yang mereka percaya, tapi aku tidak ingin jadi orang yang mengucilkan perbedaan tanpa bisa memberi jalan keluar.

Paling tidak aku bisa memberi sudut pandang yang berbeda bagi kita yang tidak seberbeda mereka. Alangkah baiknya jika kita mau meluangkan waktu sejenak, untuk berterima kasih atas pelajaran dari mereka yang bisa kita petik. 

 <>1. Ketika perbedaan itu muncul, mereka sabar menunggu hingga waktu yang jadi penentu.
waktu jadi teman setia.

waktu jadi teman setia. via http://www.blackberry-wallpapers.com

Mereka lahir dalam keadaan yang sama dengan kita. Tapi perjalanan hidup yang membedakan setiap orang dalam tumbuh kembangnya. Mungkin mereka tidak seberuntung kita, mungkin mereka memilih untuk berbeda karena enggan disakiti berkali-kali.

Banyak kemungkinan yang bisa ditemukan untuk mencari tahu asal muasal perbedaan mereka. Hanya saja mereka belajar untuk berteman dengan waktu. Mereka menekan hati dan keinginan untuk dimengerti hanya untuk menjaga hati lain.

Mereka tidak serta-merta meledak marah dan menyakiti orang yang mengganggap mereka virus. Mereka tetap bersabar, hingga waktu yang jadi penentunya. 

<>2. Ada kalanya mereka mencoba menjadi sama, tapi sia-sia.
Ketahuilah mereka pernah mencoba.

Ketahuilah mereka pernah mencoba. via http://revivingmindstherapy.com

Di masa transisi, sebelum mereka yakin bahwa mereka berbeda , mereka pernah mencoba. Berbagai cara untuk tetap menjadi sama dan tidak dilihat berbeda. Mereka pernah menelan pahitnya tersakiti karena memaksakan diri untuk berubah.

Mereka pernah merangkak mencari jalan keluar agar tidak menjadi berbeda. Hanya saja , mereka tidak punya daya untuk menolak perubahan itu. Perbedaan yang mereka miliki bukan semata-mata karena mereka bosan , atau karena mereka berbeda dari awal.

Perbedaan mereka ada berjalan beriringan dengan berbagai kejadian yang jadi teman mereka selama di masa lalu. Mereka mencoba , aku percaya mereka tidak pasrah , tapi mereka sadar , memaksakan diri sama saja menyakiti hati. 

<>3. Mereka mati-matian berjuang untuk diterima , tak peduli sudah di tolak berkali-kali.
Perjuangan mereka tidak pernah berhenti.

Perjuangan mereka tidak pernah berhenti. via http://41.media.tumblr.com

Mereka berjuang , sendirian , mati-matian hanya untuk diterima. Hanya untuk dihargai pilihannya. Tidak perlu didukung segala tingkah lakunya , mereka hanya ingin diterima. Mereka hanya ingin diberi kesempatan untuk berbahagia , sama seperti kita.

Dari cara terhalus yang kamu tidak sadari , hingga stand up beramai-ramai meminta pengertian. Semua cara mereka lakukan , tak peduli pandangan orang lain -kita- , mereka percaya bahwa usaha mereka akan memberikan satu hasil nyata. Mereka akan diberi hak untuk berbahagia , dengan cara yang mereka percaya. 

<>4. Perlahan tapi pasti, ada yang menari-nari di hati mereka. Kebahagian itu semakin dekat.
Perbedaan bagi kita adalah persamaan bagi mereka.

Perbedaan bagi kita adalah persamaan bagi mereka. via http://www.adweek.com

Bahagia itu ada bagi mereka yang percaya akan baik-baik saja meskipun mereka berbeda. Susah senang jadi pelengkap untuk menyambut akhir mereka yang bahagia. Percayalah, mereka punya banyak sekali keyakinan hati yang tidak lantas hilang hanya karena ditolak sesekali.

Mereka begitu ingin bahagia hingga meyakini bahwa ada akhir bahagia untuk mereka seakaan jadi nafas di setiap hari. Mereka jadi lebih menghargai apa yang mereka miliki, menjaga apa yang sudah dalam genggaman dan tau bahwa perjuangan untuk bahagia tidaklah mudah. Mereka menghargai setiap proses dan jalan yang mereka tempuh untuk bahagia. 

<>5. Tidak perlu repot mencaci mereka, mereka adalah orang yang tahu diri. Mereka sadar perbedaan itu tidak bisa diterima semua orang.
Mereka tidak sesumbar itu pada bahagia mereka.

Mereka tidak sesumbar itu pada bahagia mereka. via http://www.diamondjeune.com

Mereka adalah orang yang tahu diri. Dimengerti tanpa dicaci sudah lebih dari cukup untuk mereka. Tanpa harus dihujani 'pujian' atas pilihan mereka , mereka sudah lebih dari bersyukur. Mereka adalah orang yang akan mengajarimu untuk lebih mengerti bahwa terkadang tidak dihiraukan adalah sebuah hal yang menyenangkan.

Tidak ada yang mengerti perbedaan mereka menjadikan hidup lebih tenang. Tapi mereka tidak bahagia. Itulah alasannya mereka maju dan menerima resikonya. Mereka siap dihina asalkan mereka bisa berhenti berpura-pura dan berujung bahagia. 

Jika kamu mengenal seseorang dan dia adalah salah satu di antara mereka , jangan dikucilkan. Ucapkan terima kasih atas pelajaran yang berharga yang nantinya akan bisa kamu petik dari mereka. Mereka tidak berbeda , mereka hanya tak sama. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat magic hour. Kecanduan buku. Pecinta hot chocolate.

202 Comments

  1. Heri I. Wibowo berkata:

    Abu Bakar Anda muslim?

  2. Joen Walker berkata:

    Prajurit Ludira penyakitan kok bangga.

  3. Matt Jufry berkata:

    yaa cuma orang yg takut kepada Tuhan saja yg takut akan kejadian seperti kaum nabi Luth, klo gak kena di dunia, yaa di akhirat jauh lebih pedih hukumannya…. (atur aja deh idup loh)

  4. Yang penyakit itu kebodohan dan kemalasan. Bukan homoseksual. Makanya yg pengetahuannya kurang jgn males baca buku dan jurnal2 penelitian WHO jgn asal jeplak

  5. AG Amar Maruf berkata:

    Saya punya teman seorang Lesbian, cukup akrab maah dari kecil smpai menginjak 2 sma. Saya mulai sadar bahwa teman saya lain dari orang biasanya, saya tanya dan dia pun menjawab iya. Saya sering menasehatinya karna kelainannya ini, dia menerima namun dia bilang “aku usahain” Saya bicara seperti itu buan karna saya jijik nmun saya kasihan melihat dia di bully di masyarakat bahkan dia sampai diludahin. Saya kasihan, saya terusmenasehatinya sampai diaberkata “aku tau ini setan, kau tau kalau disuruhpun aku gak mau hidup kayak gini. Ini yang terjadi aku bisa apa ? Aku udah sering bicara sama ustad di mesjid rumahku, aku lakukan apa yg diperintahkan, tapi butuh waktu panjang. Hina lah aku spuas klian, toh aku mau ngelwan apa enggak tetap berdosa kan ? Kalian mnusia sempurna, jga diri kalian baik baik. Skrg aku hanya ingin buat baik saja, gak peduli dengan orentasi ku.” sedih memang dngarnya, terlintas dipikiran saya sebegitu pahitnya kah hidup mereka ? . Karna saya sebagai teman, saya tetap men support dia, namun tetap menyalahkan orientasi seks nya. Ya itulah, semenjak dia ketahuan lesbi, ada beberapa orang yang ingin srkali membunuhnya. Saya sebagai teman juga gak bisaberbuat banyak. Dan sampai pada akhirnya dia sengaja ditabrak, karna saya tahu yang nabrak juga anak sekolah sya. Teman saya bilang ” gak usah dilaporin polisi. Memang pantas aku kayak gini. Emang harus dibunuh manusia kayak aku kan ?” saya gak habis pikir. Sepertinya sudah cukup hidup mereka beda, jngan ditambah lagi dengan tingkah arogan kita. Sebgai teman, nasehati dia bilang kalau ini jalan yg salah, dengan baik baik. Pasti suatu saat dia berubah, kalau enggak juga, kita bisa apa ? Setidaknya kita sudah berusaha menyelamatkan dia kan ?

  6. I Gusti Satrio berkata:

    Bukankah smua yang berpegang pada tafsir adalah sebuah pembenaran? manusia melakukan pembenaran mengatasnamakan-Nya, bukankah itu sama dengan merasa menjadi Dia mengambil tindakan mengatasnamakan-Nya? Doktrin-doktrin yang salah itulah sesungguhnya Virus.

    http://www.amazon.com/Tritiya-Prakriti-People-Amara-Das-Wilhelm/dp/1413435343

  7. I Gusti Satrio berkata:

    Pada akhirnya ikatan itu akan lepas, pertama hukumnya, disatu sisi bisa kekiri menjadi anarkis disatu sisi bisa kekanan menjadi kebaikan. Kebenaran itu bukan pasal karet yang bisa dibelokan kekiri atau kekanab membawa-bawa nama pejabat (Ia yang Esa). Setelah ikatan itu lepas yang tersisa adalah ritual. Mari bergandeng tangan ciptakan kedamaian, ciptakan kesetaraan Gender.

  8. Ginanjar Septian berkata:

    udah jelas2 ini penyakit coy. ingat!! ini menular!! Nauzubillah min zalik

  9. Irma Alma'ruf berkata:

    Mereka Pun tdk menghendaki perasaan itu… jika mungkin mereka bs memilih mw mnjdi apa… mungkin mereka tdk akan berbeda dgn kita… rasional aja lah… kadang orng orng tersebut jauh lebih baik secara apapun drpada yg normal… dan aku sll menghargai semua kekurangan… krna apapun yg terjadi di dunia ini sudah atas kehendak Allah.. bukankah itu yg sll kita ucapkan jk dihu dihubungkan dgn agama?

  10. Irma Alma'ruf berkata:

    Aku punya sahabat yg istimewa(berbeda: itu sebutanku untuk mereka)… sangat terkejut kecewa… tapi menjauhinya itu bukan solusi… tapi dgn aku sll kasih pandangan” yang membuka pikiran n hati mereka agar kembali menjadi teman” yang biasa lg.