Para traveler udah pasti menyukai kebebaasan, kebebasan memburu keindahan dengan berpetualang. Mereka paham bagaimana alam beserta keindahannya mampu mengobati segala penat yang ada pada diri mereka. Dinegeri ini sangat banyak tempat – tempat yang bisa didatangi untuk menyaksikan keindahan itu, pulau, pantai, bangunan – bangunan bersejarah, dll. Biarkan hati menentukan kemana kelak kaki akan melangkah untuk keindahan itu.
Ada satu tujuan dinegeri ini yang mampu memberikan kita arti dari kebahagiaan setelah berjuang, dan dari perjuangan itu mereka belajar bagaimana cara melewati segala rintangan, mengalahkan ego sendiri dan bisa menyemangati diri sendiri bahwa kita mampu dan pantas untuk berada di puncak. Mereka yang selalu siap dikelilingi keindahan. Ya, merekalah para pendaki gunung.
Gunung saat ini sedang menjadi tujuan populer dikalangan remaja. Hanya saja minimnya pengalaman membuat mereka kurang memperhatikan cara berprilaku dan berpakaian. Cobalah untuk memantaskan diri saat ingin pergi kesuatu tempat. Yang harus diingat adalah ketika kita pergi ketempat lain, apalagi ingin mendaki sebuah gunung maka sudah seharusnya kita bersikap baik dan hormat serta saling menghargai kepada warga sekitar, sesama pendaki, dan kepada gunung itu sendiri.
Kali ini saya akan memaparkan pengalaman mendaki dari dua gunung yang saling berdekatan. Kedua gunung yang saling berdampingan ini memiliki keindahan yang luar biasa. Kamu bisa melihat betapa gagahnya Merapi dari puncak Merbabu dan betapa besar dan indahnya Merbabu dari puncak Merapi. Kedua gunung ini saling melengkapi, dan keduanya selalu menarik minat pendaki dari seluruh penjuru negeri ini. #IniPlesirku
Bingung antara Merapi atau Merbabu? Jawaban tentang itu berada pada diri kita sendiri, mau berdiri di puncak Merapi atau Merbabu terlebih dahulu. Tentukan salah satu, tidak penting gunung mana yang terlebih dahulu kamu taklukkan. Karena ketika kamu berada di salah satu puncak gunung itu, kamu bisa merasakan betapa dekatnya puncak kedua gunung ini, betapa indahnya kedua gunung ini, serasa ingin meloncat saja kepuncak gunung sebelahnya.
Tapi sayang tidak semudah itu, kamu harus turun dulu dan mendaki dari bawah lagi untuk bisa sampai kepuncak gunung tersebut, karena setiap gunung mimiliki jalur dan rintangannya masing-masing sebelum kamu bisa berdiri di puncaknya. Dan setiap gunung juga memberikan kesan dan pengalaman yang berbeda kepada kita.
<>2. Sunrise di Merbabu>Melihat matahari hadir untuk menyinari dunia itu indah, dan menyaksikannya dari ketinggian itu menakjubkan. Dan ini adalah jawaban dari saya tentang gunung mana yang telah saya taklukkan berada tukan terlebih dahulu antara Merapi dan Merbabu. Ya, saya memilih Merbabu terlebih dahulu. Perjuangan pertama kali kegunung ini sangat amat berkesan dan membekas didalam batin dan fisik saya.
Bagaimana tidak, rencana untuk bisa berada di basecamp saat sore hari gagal dikarenakan hujan yang turun hingga malam hari. Tetapi itu tidak merubah tekad untuk bisa berdiri di puncak Merbabu keesokan harinya. Akhirnya saya berdua dengan teman berangkat pukul 8 malam setelah langit berhenti menjatuhkan tetesan airnya.
Perjalanan menuju basecamp tidaklah lancar, setelah memutuskan memilih pendakian melalui jalur selo kami pun langung mengaktifkan GPS agar bisa sampai kesana secepat mungkin. Selo ini nama salah satu wilayah dari Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Dan Selo ini berada diantara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Setelah sampai di daerah Selo saya dan teman mengistirahatkan badan dan mengisi perut di salah satu warung makan yang berada tak jauh dari kantor polisi. Setelah selesai mengistirahatkan badan kami pun berencana langsung menuju basecamp dengan pengetahuan yang minim. Seharusnya kami bertanya, tetapi dengan percaya diri teman saya yakin tahu jalan menuju kebasecamp. Dan yang terjadi kami salah jalan, sudah benar melewati jalan disamping kantor polisi itu, hanya setelah itu ada pertigaan yang seharusnya kami belok kanan tetapi malah jalan terus.
Jalan itu ternyata menanjak begitu tinggi dan licin akibat hujan, sampai kemampuan motor tak sanggup lagi untuk menanjak dan kami terjatuh kebibir jurang. Apa ada korban? ya saya lah korbannya, kaki ini tertimpa oleh badan motor yang menyebabkan memar cukup parah. Beruntung teman saya tidak apa-apa.
Setelah kejadian itu kami memutuskan kembali ke rumah makan tadi dan bertanya kepada pemilik warung tentang jalan menuju basecamp Merbabu. Secara rinci pemilik warung itu memberikan arah yang benar menuju basecamp. Dan diakhir pembicaraan pemilik warung itu berkata "Mas, tadi telur asinnya belum dibayar" saya tahu siapa yang makan itu telur dan lupa membayar (sambil melirik ke teman yang sedang enak-enaknya duduk di motor). Dan teman saya yang mendengar itu mengeluarkan senyum licik dan muka tanpa dosanya seolah-olah tidak bersalah.
Setelah membayar telur itu kami pun melanjutkan perjalanan, sepanjang perjalanan menuju basecamp kami sempat berpikir mungkin karena telur asin itu kita nyasar dan jatuh. Intinya lebih hati-hati jika berada di wilayah orang, jaga prilaku dan omongan.
Setibanya dibasecamp kira-kira jam 10 malam kami langsung mendaftar dan bersiap mendaki pada malam itu juga. Setelah semuanya siap kami pun berdoa dan mulai mendaki dengan kondisi kaki yang masih memar. Kami memang terbiasa mendaki di malam hari, kapan lagi bisa melihat bintang yang ada di langit dan bintang yang ada di bawah.
Akhirnya pendakian panjang kami pun sampai pada sabana II, salah satu tempat favorit mendirikan tenda karena tidak terlalu jauh dari puncak Merbabu. Tenda telah berdiri, kami pun beristirahat setelah melewati perjalan yang panjang dan melelahkan. Pukul 5 pagi kami terbangun untuk bersiap-siap menuju puncak, dalam perjalanan tak terasa matahari mulai naik dan menunjukkan sosoknya serta memancarkan cahaya yang indah itu. Kami pun berhenti untuk mendokumentasikan momen ini.
<>3. Puncak Kenteng Songo Merbabu>Setelah ditinggalkan matahari yang semakin tinggi kami pun menuju salah satu puncak Merbabu, yaitu puncak Kenteng Songo (3.142 mdpl). Menempuh kira-kira 1 jam perjalanan dari sabana II kami pun tiba di puncak Kenteng Songo, terlihat sudah ada beberapa orang yang sampai di sana. Sekedar informasi bahwa Kenteng Songo merupakan puncak tertinggi Merbabu dari 7 puncak yang ada.
Dari sini kami bisa melihat beberapa gunung lainnya, seperti Sindoro Sumbing, Ungaran, dan tentu aja Merapi yang selalu setia di sisi selatan Merbabu. Berada selama 30 menit di puncak kami pun merasa puas dan memutukan kembali ketenda untuk bersiap-siap turun menuju basecamp.
<>4. Sunrise di Merapi>Gunung Merapi merupakan salah satu gunung yang masih aktif dinegeri ini. Untuk dapat menyaksikan sunrise dari Merapi saya mendaki pada malam hari pula. Namun perjalanan kali ini lancar Alhamdulillah, karena tidak terlalu sulit menemukan basecamp yang bernama New Selo ini. Saya dan masih berdua dengan teman yang sama seperti mendaki ke Merbabu, melewati wilayah yang sama pula, yaitu wilayah Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Selesai mendaftar dan bersiap-siap, kami pun berjalan naik sekitar 10 menit menuju warung-warung yang tepat berada di bawah tulisan New Selo. Di sini kami singgah di salah satu warung untuk minum. Sangat nikmat sebelum mendaki di malam hari menikmati kopi dengan cuaca yang memang terasa dingin.
Karena hari semakin malam pendakian pun kami mulai dengan melewati jalan tanah yang padat. Setelah melewati tanah itu, jalur pendakian selanjutnya adalah bebatuan. Merasa berhasil melewati semua itu kami pun tiba di pasar bubrah.
Pos terakhir di bawah puncak Merapi ini tak disangka-sangka pada malam itu sedang dalam cuaca yang buruk, angin berhembus sangat kencang. Tenda kami pun tak mampu untuk didirikan sehingga kami beristirahat didalam tenda yang masih terhampar. Kejadian itu lumayan lama, sekitar 1 jam lebih pada pukul 2 malam. Kami pun mendirikan tenda sesaat setelah angin tak lagi kencang.
Tenda berhasil berdiri, kami langsung tidur dan berencana bangun pukul 5 pagi untuk menuju puncak. Dalam perjalan kepuncak di balik tumpukan awan matahari mulai terlihat, cahayanya menyentuh bagian kepala sementara setengah badan masih di dalam kegelapan itu sungguh luar biasa.
<>5. Puncak Merapi>
Jalur pendakian menuju puncak Merapi ini merupakan trek berpasir kemudian bebatuan yang lumayan terjal dan rawan runtuh, jadi lebih berhati-hatilah, pikirkan pendaki lain yang berada di bawahmu. Beruntung saat itu masih diperbolehkan mendaki sampai ke puncak, berbeda dengan saat ini yang dilengkapi cctv maka pendaki tidak diperkenankan lagi sampai kepuncak.
Berada di bibir kawah Merapi ini harus berhati-hati pula, dengan jalan yang tidak terlalu lebar kita harus menjaga langkah agar tidak terjatuh kedalam kawah yang ditutupi kabut dan sangat dalam dengan bau belerangnya yang teramat pekat. Tak lama kami berada di puncak, hanya 20 menitan saja. Kami pun memutuskan turun menuju tenda dan menyiapkan sarapan sebelum turun ke basecamp.
Saat perut telah terisi, kami berkemas dan langsung turun ke basecamp. Dalam perjalanan turun tak jauh dari pasar bubrah salah satu kaki saya bertumpu pada batu yang salah, tubuh terguling dan kaki lagi-lagi menjadi korban. Bedanya kali ini tidak memar, maksudnya tidak cuma memar tetapi luka-luka dan berdarah pula. Ini menyakitkan, seharusnya saya lebih berhati-hati lagi.
Dengan kaki yang berlumuran darah kami tetap melanjutkan perjalanan, sepanjang perjalanan turun seperti biasa keramahan dan keakraban para pendaki sangat terasa, mereka memberikan sapaan hangat ketika saling berpapasan. Sampai pada pos 1 kami memustuskan beristirahat di shelter. Tak lama kemudian datang sepasang pendaki yang juga beristirahat di shelter yang sama.
Di situ kami saling mengobrol, dan mereka bertanya tentang luka di kaki saya, sang cowok "luka gitu, abis jatuh ya mas?", dijawab sang cewek "yaiya lah, masa masnya ngelukain diri sendiri" dengan jawaban sang cewek seperti itu kami pun tertawa.
Terlihat darah mulai mengalir lagi dari luka saya, dan dengan baik hatinya cewek itu menawarkan air untuk menyirami luka saya, "lukanya berdarah tu mas, disirami pakai air" kata sang cewek. "udah tidak apa-apa kok mbak ini, air kami juga sudah habis, lagian sebentar lagi sampai kebasecamp kok" jawab saya, yang kemudian disambar oleh teman saya "iya mbak tidak apa - apa, dia udah biasa jatuh tiap kali turun gunung, dengan suara kecil saya berkata "ini teman minta jorokin kej urang kayaknya" sepasang pendaki itu pun tertawa kembali dan sang wanita langsung mengeluarkan airnya dan menawarkan kepada saya, sang cewek "ini mas pake aja air saya", "udah jangan mbak, perjalanan kalian masih jauh" jawab saya. "pake aja mas, perediaan kami lebih kok" sambung sang cowok.
Akhirnya saya menerima tawaran mereka dan menyirami darah dari luka ini. Saya pun berterima kasih kepada mereka berdua. Dan kami pun saling berpamitan dan pergi meninggalkan shelter tersebut. Begitulah gunung, kamu tidak pernah sendirian disana, jika berperilaku baik kamu akan menemukan teman di sepanjang perjalanan. Merekalah para pendaki yang mengerti benar bagaimana cara memperlakukan sesama pendaki dan gunung itu sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Maaf ya cuma mw koreksi, gunung itu bukan di taklukkan tp di naiki.
setuju sama mbaknya. alam tak akan pernah bisa ditaklukan.