Seseorang yang sudah menginjak usia dewasa pasti nggak jauh-jauh dari yang namanya cemas. Cemas akan hidupnya sendiri, beban dan tanggung jawab yang semakin besar, dan masa depan yang masih abu-abu. Merenungi jengkal kehidupan yang telah dilalui dengan overthinking setiap menjelang tengah malam. Hayo ngaku! Hehehe. Nggak apa-apa, kamu nggak sedang sendirian kok. Ada banyak manusia di dunia ini yang lagi ngalamin hal yang sama kayak kamu. Makanya biar nggak gitu terus setiap harinya, yuk kita bahas bersama-sama mentalitas yang wajib kamu miliki untuk menjalani hidup di usia 20-an!
ADVERTISEMENTS
1. Mencintai diri sendiri
Krisis diri sendiri terjadi saat kamu tidak percaya akan kemampuan yang ada dalam dirimu. Akibatnya kamu akan memanipulasi dirimu sendiri dengan menganggap kamu tidak capable dalam melakukan apapun. Selalu melihat sisi kurangmu dibandingkan kelebihan yang ada pada dirimu. Padahal, hal yang kamu anggap remeh di dirimu bisa dianggap sebagai peruntungan bagi orang lain. Gimana sih maksudnya? Misalnya kamu merupakan pribadi yang sangat terbuka mendengarkan orang lain, menurutmu ini merupakan sesuatu yang biasa saja. Namun, bagi orang yang benar-benar membutuhkan telinga untuk bercerita, ini tentu sangat membantu mereka dalam menuangkan keresahannya. Akibatnya, hal ini mampu mengurangi sedikit beban di hidupnya. Bayangkan, hal sepele yang kamu mampu lakukan ini bisa sangat berarti bagi orang lain. Keren kan?
Unsur esensial yang perlu kamu lakukan untuk menunjang kecintaan pada diri sendiri adalah dengan menerima dirimu seutuhnya. Menerima kenyataan di mana tidak ada orang lain di dunia ini yang sama sepertimu. Bahkan, orang-orang yang terlahir kembar identik sekalipun, memiliki karakter yang berbeda dan unik. Jadi, mulai sekarang tanamkan di kepalamu bahwa You were born to be worth. Ada hal yang perlu kamu ingat, bahwa kamu diciptakan di dunia ini bukan tanpa tujuan. Harapan-harapan yang orang tuamu panjatkan setiap malam merupakan wujud kamu berada saat ini.
Karena kesalahan yang dilakukan di masa lalu, kamu lantas menyesali dan mengutuk diri sendiri. Jangan ya! Cobalah berbesar hati memaafkan dirimu di masa lalu dan biarkan dia berproses menjadi manusia seutuhnya. Ingat ya, kamu bukan satu-satunya manusia yang tidak sempurna. Akan selalu ada orang lain yang lebih cerdas, lebih menawan, lebih kaya, dan lebih segalannya dari kamu. Yang perlu kamu siasati adalah bagaimana caramu memaknai dan mensyukuri setiap hal yang ada di dirimu. Seperti halnya ketika kamu mau menumbuhkan potensi dalam diri, melakukan olah tubuh demi menjaga kebugaran, menjaga pola makan dan tidur, dsb. Proses penghargaan diri sendiri dimulai ketika kamu mempu bersinergi menyayangi tubuhmu yang berharga itu. Awas ya kalo jahat, udah gratis dari Sang Pencipta nggak mau merawat lagi. Hmmm…
ADVERTISEMENTS
2. Amor Fati: mencintai apa yang telah terjadi dan sedang terjadi saat ini
Diadaptasi dari buku Filosofi Teras milik Henry Manampiring, konsep Amor Fati yang lahir dari Filsafat Yunani-Romawi Kuno cukup menarik perhatian pembacanya. Bagaimana tidak? Jika dikaitkan dengan mentalitas kaum Milenial dan Gen Z, teori ini cukup relevan nan dinamis. Prinsip dalam Amor Fati menjelaskan bahwa dalam hidup, manusia tidak hanya sekedar menanggung yang memang harus dijalani tetapi mencintainya. Misal saat kamu berada di titik jenuh dalam menjalani hidupmu. Melakukan ruitinitas yang begitu-begitu saja setiap hari, bertemu dengan orang yang sama, ditambah dengan lingkungan kerja yang sulit menciptakan intensitas kenyamanan. Pokoknya kalau dirasakan itu bikin stress deh! Gimana mau mencintai keadaan kalau semuanya serba menyebalkan? Nah di sini kamu dapat memanifestasikan konsep Amor Fati. Kamu harus bisa menerima dengan lapang dada akan takdir atau keadaan yang terjadi di hidupmu. Bukan pasrah ya, tapi menerima dan berusaha mencintainya. Toh sesuatu yang terjadi dihidupmu bukan semata-mata karenamu. Ada kolaborasi yang apik antara kamu dan semesta. Artinya, bahwa seluruh narasi hidup kita sampai saat ini sudah terjadi menuruti rantai peristiwa dan hukum alam.
ADVERTISEMENTS
3. Prinsip meninggalkan kebiasaan buruk harus dimanifestasikan sungguh-sungguh
Berbeda dengan remaja, seseorang di tahap dewasa awal akan mulai mempertimbangkan hal-hal apa saja yang bermanfaat baginya. Mulai membiasakan diri untuk melakukan sesuatu secara disiplin dan penuh keteraturan. Seperti halnya ketika kamu berani melawan rasa malas dalam dirimu. Mulai bangun pagi dan tidur tidak terlalu larut sudah mulai dilakukan karena tuntutan pekerjaan. Kamu nggak mau kan ketahuan atasanmu kalau datang terlambat? Bisa-bisa citra baik yang selama ini kamu bangun akan lenyap begitu saja saat orang sekantormu tahu kebiasaan buruk di dalam dirimu. Ada lagi nih, udah niat banget mau ngerjain deadline kerjaan, eh di saat bersamaan ada ajakan kongkow bareng temen-temen. Mau nolak nggak enak. Hmmm takut dikira sombong gitu. Jadinya ikut, tapi nggak enjoy karena kepikiran kerjaan. Aduh! Padahal ya, kalau kamu bicara terus terang kalau sebenernya kamu nggak bisa join, temenmu bakal fine-fine aja kok. Lagipula, kalaupun nggak ada kamu, bisa ajak yang lain. Jadi, jangan ragu ya buat bilang nggak.
Hidup di usia 20-an akan memaksamu untuk berani mengambil risiko dalam menentukan pilihan hidup. Secara teoris sih, mulai setting goals. Nah, hal ini dimulai dari niatmu dulu. Kamu sudah sangat bersungguh-sungguh ambil strategi dalam menentukan tujuan hidupmu? Lanjutkan! Jangan berhenti di tengah jalan karena over-negative-thinking, ah paling nggak bisa, ah males susah, dan keraguan-keraguan yang lain yang muncul secara tiba-tiba. Memang, nggak selamanya hidup berjalan sesuai rencana. Yang perlu kamu lakukan adalah bersabar sedikit lagi dan bekerja lebih keras lagi untuk memperbaiki kualitas dirimu. Inget ya, preparations meet opportunity. Jadi, selagi kamu mau menghilangkan pikiran-pikiran burukmu sendiri dan mengubah kebiasaan–kebiasaan di masa lalu menjadi sesuatu yang berguna bagi dirimu, pasti bisa kok jadi pribadi yang lebih baik lagi. Setidaknya, jika kamu tidak memiliki alasan melakukannya demi orang lain, lakukanlah demi dirimu sendiri. Berani?
ADVERTISEMENTS
4. Berani mengeksplorasi hal-hal baru untuk meningkatkan value dalam hidupmu
Seperti halnya bayi berusia 1 tahun yang mencoba merangkak ke dunia barunya, seseorang di usia 20-an pasti sedang merasakan penjajakannya melangkah ke dunia yang dia inginkan. Apalagi buat kamu yang baru saja ber-euforia pasca wisuda demi menyandang gelar diploma atau sarjana, proses membangun karirmu pasti menempuh jalan yang penuh liku dan terjal. Selain mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah kamu dapatkan di bangku perkuliahan, kamu juga perlu banget mengeksplorasi hal-hal baru l. Buat apa sih? Hmm jangan salah! Ketika kamu membuka diri untuk belajar hal-hal baru, pikiranmu akan lebih berkembang dalam menjalani prosesnya sebagai manusia. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan value dalam hidupmu. Misalnya saat kamu mulai belajar memanfaatkan pekarangan belakang rumah. Menanam berbagai tanaman rempah dapur yang nantinya bisa digunakan untuk memasak. Terlepas manfaatnya dalam memangkas biaya belanja, hal-hal kecil yang dilakukan dengan niat yang tulus dapat memberikan dampak positif untuk kepuasan diri sendiri.
Atau ketika kamu menyukai dunia grafis tipis-tipis. Mulailah belajar seadanya dulu melalui aplikasi editing yang beredar di digital market seperti Adobe premiere, Photoshop, dsb. Dengan hanya memanfaatkan laptop dan koneksi internet, kamu sudah bisa menjelajah dunia yang ingin kamu pelajari. Karena hidup merupakan serangkaian proses pembelajaran yang tak pernah usai. Selama ada niat, segalannya akan terasa menyenangkan kok. Syukur-syukur kalau setelah ini kamu mendapatkan kesempatan nge-desain sebuah brand. Berawal dari iseng-iseng gabut, eh dapet cuan pula! Bahkan, kita nggak pernah tahu lho, peluang mana yang datang jika tidak mencoba. So, jangan berhenti belajar ya, apapun itu pasti berguna kok.
ADVERTISEMENTS
5. Berani bangkit dari kegagalan
Cukup klise, tapi kalimat pengobar semangat seperti Jangan takut akan kegagalan atau Kegagalan merupakan wujud kesuksesan yang tertunda sangat berarti bagi kamu yang sedang stuck dalam berproses. Sudah berapa kali kita semua digaungkan dengan cerita dari tokoh-tokoh hebat dunia yang berkali-kali jatuh dan tetap memilih bangkit untuk menggapai mimpinya?
Hayo, sekarang coba tanya orang tuamu, orang-orang pendahulumu. Apakah mereka sejak dulu hidup di dunia ini ongkang-ongkang kaki saja tanpa berjuang? Tentu saja tidak. Setiap generasi pasti merasakan pahit manisnya perjuangan. Ada yang hidup sembari memperjuangkan kemerdekaan, kesetaraan (equality), keadilan, dsb. Wah, dibayangkan saja sudah berat, apalagi dijalani. Eits, tapi mereka tidak menyerah lo, sampai mendapatkan apa yang diperjuangkan dari awal. Catatan sejarah yang beredar luas di perpustakaan kotamu dan Wikipedia tidak tercipta sempurna apabila para pejuang sudah lebih dulu menyerah. Nah, sama halnya dengan kamu. Seseorang di usia 20an perjuangannya baru saja dimulai. Dalam prosesnya, tidak mungkin semuanya berjalan mulus seperti wajah idol Koreamu. Sedikit jalan bebatuan diberikan agar kamu tidak lengah dalam menaklukkan mimpimu.
Namun, jika kamu menilik beberapa kawan, tentunya tidak sedikit bagi mereka yang sudah lebih dulu sukses dalam memulai perjalanannya. Mereka tidak sedang dipermudah, kamu hanya tidak tahu saat di mana mereka jatuh namun tidak menyerah. Hal ini juga berlaku untuk kamu. Perlu diingat bahwa akhir yang hebat harus diimbangi dengan perjuangan yang tak kenal lelah. Capek? Istirahat dulu, nggak apa-apa. Tapi jangan lupa, setelah energimu terisi penuh, silakan berjuang lagi. Pelan nggak masalah kok, asal konstan ya!
ADVERTISEMENTS
6. Jangan ribet mengurusi interpretasi orang (your life your authority)
Tidak ada salahnya mendengarkan dan membuka diri terhadap kritik dan masukan dari orang lain. Apalagi untuk seseorang di usia 20-an, masih sangat layak untuk mawas diri dan belajar menjadi manusia seutuhnya. Namun, kamu harus mulai nge-list rencana apa saja yang harus kamu lakukan ke depannya untuk dijadikan prioritas dalam hidupmu. Hal ini tidak akan berjalan jika kamu masih saja memikirkan interpretasi orang lain terhadapmu. Bahkan beberapa dari kalian pasti pernah merasakan kenyataan di mana untuk sekedar melakukan apa yang disukai, kamu harus melawan stigma dari orang-orang terdekatmu.
Misalnya saat kamu mulai menyukai dunia make up dan ingin menekuni profesi Make Up Artist (MUA)
Ah sarjana kok jadi tukang rias pengantin?!
Begitu kalimat dilontarkan, kamu langsung murung dan minder. Padahal, kalau kamu percaya bahwa semua profesi itu keren asal tidak merugikan orang lain, malah semakin menumbuhkan potensi dalam dirimu untuk terus berkembang. Percaya deh, skill apapun yang kamu miliki jika dipahat dan diasah dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan sebuah karya yang autentik.
Satu hal penting untuk selalu diingat: tingkat perhatian kita harus sebanding dengan objek perhatian kita. Sebaiknya kamu tidak memberikan kepada hal-hal remeh waktu lebih banyak dari selayaknya. – Marcus Aurelius (Meditations)
Memang, hakikatnya makhluk sosial, manusia pasti tidak bisa lepas dari kebutuhan mendasarnya, berinteraksi. Hidup berdampingan dengan orang-orang di sekitarmu mulai dari keluarga, kerabat, kawan, rekan kerja, dll. Hal yang perlu digaris bawahi adalah ketika kamu fokus membangun karyamu sendiri, tidak ada ruang yang tersedia bagimu untuk memikirkan persepsi orang lain. Pasti nggak ada waktu, dong? Kalaupun sesekali kedengeran tetanggamu ngoceh, dibawa enteng aja, toh hidupmu tidak bergantung pada mereka, kan?
Itulah hal-hal yang dapat diimplementasikan buat kamu yang sedang dalam proses pendewasaan di usia 20-an. Udah direfleksikan dengan dirimu saat ini belum? Kalau hal-hal di atas sudah sukses kamu aplikasikan di dirimu, pasti akan lebih tenang dalam menjalani hidup ini. Meskipun berat, kamu jangan berhenti berjuang ya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”