Setiap orang memang dilahirkan mempunyai sifat masing-masing. Seiring berjalannya waktu, seseorang akan mempunyai perubahan pandangan tentang suatu hal yang mengiringi kehidupannya. Kedewasaan dalam bersikap memang tidak bisa selalu beriringan dengan bertambahnya usia. Namun, jika tolak ukur usia yang sudah cukup dianggap dewasa namun pemikirannya masih belum ada banyak perubahan, itu menjadi suatu hal yang tidak bisa dianggap normal.
Berbagai pengalaman yang mengikuti perjalanan hidup seseorang, menjadi dasar untuk perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Harusnya sih begitu ya. Kenyataannya, banyak orang-orang di sekitar kita yang enggan untuk meng-upgrade dirinya dan nyaman bersembunyi di balik kalimat ‘Aku itu memang gini orangnya’. Loh, memangnya kamu gimana to? Seketika timbul pertanyaan-pertanyaan di dalam benak kita dan menerka-nerka sebenarnya teman kita itu gimana sih karakternya?
Perbedaan sifat dan karakter itu bisa menjadi suatu hal yang lumrah jika salah satu tidak mendominasi dan terlalu kuat untuk disanggah. Alih-alih ingin menyelesaikan suatu masalah, yang ada malahan perdebatan antara sikap masing-masing yang ternyata sulit untuk dibantah dan diarahkan untuk menentukan solusi. Bukannya adem diajak ngobrol santai, eh malah kekeh mempertahankan argumennya.
Jika diamati secara lebih teliti, orang yang mengatakan ‘Aku itu memang gini orangnya’ mempunyai beragam alasan yang setidaknya menjadi tameng agar terlihat ‘aman’ saat sedang menghadapi sesuatu dan terlibat dalam diskusi. Berikut ini adalah beberapa alasannya.
ADVERTISEMENTS
1. Tidak mau belajar menjadi lebih baik
Hidup adalah belajar. Jika tidak mau belajar, ngapain hidup? Simple kan. Praktiknya, banyak sekali orang yang enggan untuk belajar dari pengalaman dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Berlindung dari kalimat ‘Aku itu memang gini orangnya’ menjadi sebuah kenikmatan tersendiri agar terhindar dari problematika kehidupan yang siap menerjang kapan saja.
Misalnya, ketika dapat tugas dari atasan untuk mempelajari suatu aplikasi dalam rangka peningkatan kinerja karyawan, maka orang tersebut akan menghindar dan tidak punya keinginan untuk belajar. Alasannya sudah pasti jelas karena dia tidak ingin repot dan bersusah payah melakukan hal yang belum dicoba namun sudah membuat kesimpulan dia tidak bisa. Padahal, dia hanya malas.
ADVERTISEMENTS
2. Selalu ingin maunya dimengerti
Memangnya ada orang yang maunya selalu dimengerti? Ada, buanyak. Keinginan untuk selalu dimengerti keadaannya, nyatanya bisa menjadi alat untuk terhindar dari masalah. Ketika sedang terlibat dalam diskusi alot misalnya, orang tersebut seakan ingin segera mengakhiri walaupun belum ketemu titik temunya.
Seringkali, di tengah-tengah perbincangan muncullah kalimat, ‘Aku itu memang orangnya begini. Nggak bisa kalau dipaksa’. Padahal, tujuan dari diskusi ya untuk menemukan solusi dari masalah. Bukan salah satu pihak saja yang ingin dimengerti. Namun, sama-sama saling pengertian adalah kunci utamanya.
ADVERTISEMENTS
3. Takut keluar dari zona nyaman
Terlanjur nyaman dengan kondisi sekarang dan tak mau beranjak mencoba sesuatu hal baru ternyata bahaya juga. Keinginan untuk menambah ilmu ataupun pengalaman seakan sirna bagi orang-orang yang nyaman dengan kalimat ‘Aku itu memang gini orangnya’. Kata ‘tidak’ atau ‘nggak bisa’ menjadi suatu jawaban yang selalu diucapkan agar posisi duduk tidak berubah dari sebelumnya.
Padahal, mengemban tugas ataupun tanggung jawab baru bisa menjadi salah satu langkah untuk menikmati hidup. Siapa tahu, ada rezeki lain yang sudah disiapkan Tuhan agar kita tahu bahwa banyak jalan yang bisa diraih bagi siapa saja yang mau berusaha.
ADVERTISEMENTS
4. Kurang percaya diri
Banyak orang di sekitar kita yang pemalu dan mengaku tidak percaya diri ketika melakukan sesuatu. Namun, sebenarnya dia bisa saja melakukan itu. Hanya saja ada rasa ragu untuk memulainya. Keinginan agar orang lain bisa memaklumi keadaanya dirinya menjadi dasar supaya terhindar dari berbagai situasi yang mengharuskan dirinya untuk tampil.
Nyatanya, setiap orang butuh untuk bisa dilihat dan dipandang oleh orang lain. Bukan untuk dipandang baik maupun buruknya, namun agar kehidupan ini seimbang antara hubungan dengan sesama manusia.
ADVERTISEMENTS
5. Acuh dengan keadaan sekitar
Sebagai makhluk sosial, setiap orang tidak mungkin bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Dari berbagai macam sifat seseorang, banyak yang tidak mau berbaur dengan orang lain dan cenderung mempunyai sifat tertutup. Memang ada baik dan buruknya. Namun, jika itu berlangsung lama dan tidak ada perubahan maka yang terjadi bisa saja banyak negatifnya.
Orang lain cenderung akan menganggap bahwa orang tersebut susah diajak komunikasi dan lebih parahnya menganggap dia tidak ada. Keinginan untuk orang lain tahu akan keadaan dirinya yang pendiam menjadi suatu keharusan agar kehidupannya luput dari perhatian orang lain. Padahal, hidup itu butuh yang namanya diskusi dan bertukar pendapat dengan orang lain. Tujuannya agar pikiran lebih terbuka dan bisa bermanfaat untuk orang lain tentunya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”