Mengenal Wikana, Sosok yang Terabaikan dalam Peringatan Kemerdekaan

Sebagian orang ada yang tahu, lupa dia siapa bahkan justru tidak tahu

Suatu siang hari yang cerah, tibalah saya teringat dengan masa SMP ditahun 2010-2011. Saat itu, satu kelas diberikan tugas untuk memerankan tokoh kemerdekaan. Satu kelas kurang lebih ada 32 siswa dan dibagi dalam dua kelompok besar dimana dalam satu kelompok terdiri dari 16 siswa. Dalam bermain peran untuk tugas mata pelajaran IPS Kelas 8 saya dipercayakan untuk berperan sebagai seorang Wikana, dialah salah satu sosok yang berperan penting dalam peringatan kemerdekaan.

Jujur, saat saya diberikan peran ini saya awalnya bingung siapakah dia? Karena, mostly kebanyakan orang tahunya hanya Soekarno-Hatta saja, ibu Fatmawati penjahit bendera merah putih, Sayuti Melik pengetik naskah teks proklamasi, Latif Hendraningrat sebagai orang yang menaikkan bendera pusaka dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan dan banyak tokoh lainnya yang biasanya muncul dalam buku pelajaran IPS.

Tapi, sosok Wikana ini adalah sosok yang berbeda. Bisa jadi beliau ini adalah behind the scene dari salah satu momen penting bersejarah dalam negara kita. Karena dulu jaman SMP peran penting udah diambil sama teman-teman yang lainnya jadinya saya dapet yang sisaan.

Saya ingat betul saat itu, ada satu adegan dimana Wikana menculik Soekarno dan Hatta bersama pemuda lain dari golongan muda untuk bersama-sama mencapai tujuan yang serupa dan itu akhirnya jadi momen yang tidak terlupakan saat saya melakukan peran sebagai Wikana di kelas. Hanya dengan berbekal atasan putih dan bawahan hitam saja.

Tetapi, mungkin generasi muda era saat ini bahkan sudah lupa siapa sih seorang Wikana itu? Menurut Zaenuddin H.M. seorang jurnalis dan penulis buku-buku sejarah dalam bukunya yang berjudul Indonesia Poenja Tjerita menjelaskan bahwa memang nama Wikana rasanya asing di telinga. Masyarakat Indonesia kebanyakan mengenal sosok Dwitunggal yaitu Soekarno-Hatta ketimbang Wikana.

Menurut beliau, dialah sosok yang terabaikan. Padahal sumbangsihnya sangat berperan dan memiliki andil besar dalam peringatan kemerdekaan Indonesia. Kira-kira apa saja peran dari sosok Wikana dalam peringatan kemerdekaan Indonesia? Saya akan mencoba untuk menjabarkan kepada sobat pembaca semua sebagai tambahan wawasan sejarah kita.

ADVERTISEMENTS

1. Awal Mula Kehidupan Wikana

Wikana by Pos Bagus

Wikana by Pos Bagus via https://www.google.com

Wikana adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir di Sumedang, Jawa Barat, 18 Oktober 1914. Diketahui, perannya bagi bangsa, bersama Chaerul Saleh, Sukarni dan pemuda-pemuda lainnya, menculik Ir. Soekarno dan M Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok dengan tujuan agar kedua tokoh ini segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada tahun 1945.

Berbekal otaknya yang encer, Wikana berhasil masuk ke Europeesch Lagere School (ELS) semasa muda. Untuk masuk ELS (Europeesch Lagere School), sekolah dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, tidak cukup bermodal anak raden saja.

Kemampuan bahasa Belanda dan kepintaran si anak menjadi standar utama. Selanjutnya, Wikana melanjutkan ke sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan sempat menjadi salah satu dari sekian banyak pemuda satelit Bung Karno di Bandung. Dalam masa kemerdekaan, beliau memiliki peran yang sangat penting. Berikut ini adalah jabaran peran-perannya:

ADVERTISEMENTS

2. Menculik Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok by Kompas

Peristiwa Rengasdengklok by Kompas via https://www.google.com

Pria kelahrian Sumedang ini memiliki tanggal lahir 18 Oktober 1914. Pria Sunda ini menculik Soekarno dan Hatta bersama Chaerul Saleh, Sukarni, dan Pemuda lain dari Menteng 31.

Ketika masa pendudukan Jepang, Wikana bekerja di grup Kaigun atau angkatan laut Jepang bersama Ahmad Subardjo, pentolan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Untuk menyembunyikan identitasnya, Wikana menggunakan nama samara Raden Sunoto. Untuk bisa menyaingi angkatan darat Jepang, Kaigun juga membentuk institut politik bernama Indonesia Merdeka yang dipimpin Wikana.

Antara 11 dan 12 Agustus 1945, para pemuda mendengar kabar kekalahan Jepang dari pekerja Indonesia di radio militer Jepang. 15 Agustus 1945, di Asrama Badan Perwakilan Pelajar Indonesia (Baperki) di Tjikini 71 terjadi pertemuan atas inisiatif DN Aidit. Setelah pertemuan itu, Aidit kemudian menghubungi WIkana untuk menghadiri pertemuan yang lebih besar di belakang Institut Bakteriologi Pegangsaan.

Dalam pertemuan itu, hadir juga Chaerul Saleh, Aidit, Djohar Nur, Pardjono, Armansjah, Suroto Kunto, Subadio, Sudewo, dan beberapa tokoh lain. Mereka memutuskan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Wikana, Aidit, Subadio, dan Suroto Kunto kemudian diutus untuk menemui Soekarno.

Sebagai juru bicara, Wikana kemudian menyampaikan hasil rapat bahwa Bung Karno harus segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945. Namun Bung Karno tidak bisa mengambil keputusan sendiri hingga harus melakukan perundingan dengan pemimpin lainnya termasuk Bung Hatta.

Namun hasil perundingan ternyata mengecewakan kaum muda, golongan tua mengaku tidak bisa melangkahi Jepang. Wikana dan Aidit pun pulang tanpa hasil. Para pemuda mengadakan pertemuan yang lebih besar dan memutuskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tetap dilaksanakan meski tanpa para tokoh di golongan tua, melainkan langsung oleh Rakyat Indonesia.

Untuk mencegah reaksi Jepang, mereka bersepakat untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat yang merupakan pusat gerakan anti-fasis. Peristiwa itu dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok. Namun Wikana tidak ikut dalam rombongan yang membawa Soekarno ke Rengasdengklok.

Ia menggelar pertemuan di rumahnya di Jalan Garuda 60 dengan sejumlah pemuda seperti AM Hanadie, Aidit, Pardjono, Djohar Nur, dan lain-lain untuk mempersiapkan kemerdekaan. Namun akhirnya golongan muda mencapai kesepakatan dengan Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

ADVERTISEMENTS

3. Mengatur Keperluan Pembacaan Naskah Proklamasi

Pembacaan Teks Proklamasi by Detik

Pembacaan Teks Proklamasi by Detik via https://www.google.com

Peran yang dilakukan Wikana adalah berkat koneksinya di Angkatan Laut Jepang atau Kaigun, Proklamasi dapat dirumuskan di rumah dinas Laksamana Maeda di Menteng dengan keamanan yang terjamin. Wikana juga mengatur keperluan pembacaan proklamasi di rumah Bung Karno di Pegangsaan 56.

ADVERTISEMENTS

4. Membujuk Kalangan Militer Agar Tidak Mengganggu Jalannya Upacara

Upacara Bendera by Merdeka

Upacara Bendera by Merdeka via https://www.google.com

Yang tidak kalah vitalnya ialah sosok Wikana mampu membujuk kalangan militer Jepang agar tidak menganggu jalannya upacara pembacaan teks proklamasi.

ADVERTISEMENTS

5. Ditunjuk Sebagai Menteri Urusan Pemuda

Wikana by Wikipedia

Wikana by Wikipedia via https://www.google.com

Wikana kemudian ditunjuk oleh Sutan Sjahrir sebagai Menteri Negara Urusan Kepemudaan dalam Kabinet Sjahrir II dan III pada bulan Juni 1945, Kabinet Sjahrir jatuh karena mosi tidak percaya dari sayap kiri. Amir Sjarifuddin, seorang tokoh PKI kemudian ditunjuk untuk membentuk kabinetnya.

Wikana kembali ditunjuk menjadi Menteri Negara, namun pada Kabinet Amir yang kedua Wikana menduduki posisi Menteri Pemuda. Menurut Zaenuddin H.M. bahwa konon tidak dikenalnya Wikana sebagai sosok penting dibalik proklamasi disebabkan kehidupannya yang pernah aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari website resmi Kepustakaan Presiden-Presiden RI, Wikana pernah menjabat sebagai Menteri Negara sebanyak empat kali.

Setelah kemerdekaan jalan hidup Wikana sangat rumit, ia dianggap terlibat peristiwa Madiun 1948, namun berhasil lepas dari kejaran tentara. Bersama dengan pejuang-pejuang dari Nasionalis sayap kiri ia menghilang dan baru kembali setelah DN Aidit melakukan pledoi terhadap kasus Madiun 1948 yang mulai digugat oleh Jaksa Dali Mutiara pada 2 februari 1955.

Namun revitalisasi PKI ditangan DN Aidit membuat Wikana tersingkir dan dianggap bagian dari golongan tua yang tidak progresif, ini sama saja dengan kasus penyingkiran kaum komunis ex Digulis oleh anak-anak muda PKI, karena tidak sesuai dengan perkembangan perjuangan komunis yang lebih Nasionalis dan mendekat pada Bung Karno.

Terakhir Wikana tinggal di daerah Simpangan Matraman Plantsoen dalam keadaan miskin dan sengsara karena tidak mendapat tempat di PKI dan diisolir oleh Aidit. Beruntung Waperdam Chaerul Saleh pada tahun 1965 menarik Wikana menjadi anggota MPRS. Selanjutnya, dalam peristiwa G30S, Wikana pergi ke Peking, untuk menghadiri perayaan hari Nasional Tiongkok.

Akan tetapi, kurang dari setahun setelah peristiwa G30S, Wikana ditangkap setelah sempat bermalam di Kodam Jaya dan hilang tanpa jejak pada akhir hayatnya. Sampai sekarang tidak jelas juntrungannya kini dimana

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci