Diam memang lebih baik daripada bicara apabila keadaan hati sedang tidak enak, untuk menghindari konflik agar tidak makin memperkeruh keadaan. Orang juga diam ketika dia tidak bisa mengekspresikan perasaan marahnya pada saat itu. Tapi tak selamanya juga lhooo perlakuan diam seperti ini baik untuk dilakukan.
Dalam ilmu psikologi hal seperti ini dikenal dengan istilah silent treatment. Silent treatment bisa berubah menjadi abusive dan toxic dalam sebuah hubungan ketika digunakan sebagai sebuah tools untuk mengendalikan dan menunjukkan “kekuasaan diri” atas orang lain. Silent treatment yang abusive akan membuat si korban merasa dikucilkan dan penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa dikucilkan akan merasa harga dirinya rendah, kehilangan jati dirinya bahkan tidak tau lagi nilai dirinya.
Joel Cooper, seorang profesor psikologi di Princeton juga menjelaskan bahwa “Karena kita manusia memerlukan kontak sosial untuk kesehatan mental kita, konsekuensi dari merasa dikucilkan bisa jadi sangat parah. Dalam jangka pendek, silent treatment menyebabkan stres.”
Satu studi juga menemukan bahwa penolakan sosial memicu respons pada korbannya serupa dengan korban kekerasan fisik; area korteks cingulate anterior otak—area yang dianggap menafsirkan emosi dan rasa sakit—aktif dalam kedua kasus tersebut. “Pengecualian dan penolakan benar-benar menyakitkan,” John Bargh, ungkap seorang profesor psikologi di Yale.
Dalam sebuah artikel berjudul The Psychology of the Silent Treatment yang diterbitkan oleh The Atlantic pada bulan Maret 2021 lalu, seorang psikolog bernama Williams menjelaskan bahwa silent treatment ini digunakan dalam banyak tujuan yang berbeda,tetapi kesamaannya adalah: Orang-orang menggunakan silent treatment karena mereka dapat melakukannya tanpa khawatir dinilai kasar oleh orang lain dan karena itu sangat efektif dalam membuat individu yang ditargetkan merasa bahwa dirinya buruk dan tak bernilai. Williams juga menambahkan, dalam kasus-kasus serius, pengucilan dapat menimbulkan banyak korban di mana para korban menjadi cemas, menarik diri, atau bahkan depresi.
Silent treatment mungkin digunakan oleh tipe kepribadian pasif untuk menghindari konflik dan konfrontasi, sementara tipe kepribadian yang kuat menggunakannya untuk menghukum atau mengendalikan. Beberapa orang mungkin bahkan tidak sadar memilih sama sekali. “Seseorang mungkin dibanjiri perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, jadi mereka diam saja,” ungkap Anne Fishel, direktur Program Terapi Keluarga dan Pasangan di Rumah Sakit Umum Massachusetts.
Berikut ada beberapa tips yang bisa digunakan agar terhindar dari perasaan dikucilkan akibat silent treatment :
ADVERTISEMENTS
1. Silent treatment Merugikan Kedua Belah Pihak
Karena naluri alamiah manusia cenderung untuk membalas isyarat sosial, jadi mengabaikan seseorang bertentangan dengan sifat kita sebagai manusia.
Oleh karena itu, ketika dipaksa untuk membenarkan perilaku tersebut; mereka mengingat semua alasan kenapa mereka memilih untuk mengabaikan seseorang tetapi yang justru terjadi adalah “Anda akhirnya hidup dalam keadaan marah dan negatif yang terus-menerus.”
ADVERTISEMENTS
2. Buat Menjadi Ini Tentang Mereka Dengan Menjalin Komunikasi dan Pendekatan yang Baik
Mereka (pelaku silent treatment) mungkin juga bingung dengan perasaannya sendiri.
Dengan tenang, beri tahu orang tersebut bahwa kita ingin memahami alasannya kenapa orang tersebut mendiamkan kita. Tekankan bahwa kita ingin menyelesaikan banyak hal.
Meskipun belum tentu kita membuat kesalahan (bisa jadi hanya miss komunikasi) , tetapi jika orang lain memutuskan untuk memberi silent treatment, kita memiliki tanggung jawab untuk meminta maaf jika memang kita melakukan kesalahan. Jika mereka tampaknya tidak menerima, beri tahu mereka bahwa kita memahami bahwa mereka mungkin perlu waktu sendiri. Tetapi nyatakan bahwa kita ingin mengatur waktu untuk berkumpul dan menyelesaikan masalah.
ADVERTISEMENTS
3. Buat Menjadi Ini Tentang Saya
Komunikasikan dengan orang tersebut bagaimana sikap diamnya itu menyakitkan dan membuat kita merasa frustrasi dan sendirian. Bukan itu yang kita inginkan atau butuhkan dalam suatu hubungan. Jelaskan bahwa kita tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara ini, lalu jelaskan secara spesifik tentang masalah tersebut.
ADVERTISEMENTS
4. Abaikan
Merasa bodo amat itu kadang perlu. Silent treatment tidak selalu dimaksudkan untuk menimbulkan luka. Kembali lagi ke pemahaman awal bahwa Silent treatment bisa berubah menjadi abusive dan toxic dalam sebuah hubungan ketika digunakan sebagai sebuah tools untuk mengendalikan dan menunjukkan “kekuasaan diri” atas orang lain.
Silent treatment yang abusive akan membuat si korban merasa dikucilkan dan penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa dikucilkan akan merasa harga dirinya rendah, kehilangan jati dirinya bahkan tidak tau lagi nilai dirinya.
Sebaliknya, jalankan urusan kita seolah-olah hal itu tidak mengganggu. Ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi cobalah untuk mengalihkan perhatian dengan pergi ke luar ruangan atau asyik dengan hobimu saat ini. Tunjukkan bahwa Silent
ADVERTISEMENTS
5. Memilih Kebahagiaan Diri Sendiri
Ketika hal tersebut sudah sangat menganggu keadaan psikis kita, artinya kita tidak berada dalam hubungan yang sehat. Saatnya untuk menempatkan diri terlebih dahulu.
Jika kita yakin hubungan itu layak diselamatkan: Tetapkan batasan tegas tentang perilaku yang dapat diterima dan bagaimana kita berharap untuk diperlakukan. Sarankan konseling individu atau pasangan untuk mengatasi masalah hubungan dan komunikasi.
Nyatakan dengan tepat apa yang akan terjadi ketika batas dilanggar, dan tindak lanjuti saat batasan kita dilanggar. Jika tidak ada harapan bahwa orang lain akan berubah, pertimbangkan untuk meninggalkan hubungan tersebut.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”