Kalau kamu pengguna setia Instagram, akhir-akhir ini banyak akun yang menampilkan kehidupan miris di wilayah kumuh Filipina yang cukup menyedot perhatian. Mungkin dalam bayanganmu, sebuah wilayah bisa disebut kumuh ketika bangunan rumahnya hanya terbuat dari kardus dan sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai pemulung. Tapi, nyatanya kamu nggak selamanya benar. Ada hal yang lebih memprihatinkan dan seharusnya menjadi tanggung jawab kita bersama. Di sana, definisi makan makanan enak berbeda dengan orang kebanyakan.
Pagpag, sebuah sebutan bagi daging-daging sisa restoran yang telah dibuang ke tempat sampah, untuk kemudian diolah kembali; dijual dan dikonsumsi!
Di sini, Hipwee Commnity secara terang-terangan akan menguak bagaimana proses pendaur ulangan Pagpag hingga sampai ke tangan konsumen. Tapi ingat, kamu jangan jijik karena tujuan dari artikel ini adalah sebagai perenungan!
ADVERTISEMENTS
1. Pagpag menjadi makanan terfavorit bagi sebagian besar masyarakat wilayah kumuh di Filipina karena alasan sepele, yakni kemiskinan yang tak berujung!
"Setelah dipungut dari sampah, kami lantas mencucinya dua sampai tiga kali dengan air panas. Jadi kami rasa, daging ayam sisa ini tetap sehat dan aman untuk dikonsumsi."
Begitu, kata seorang masyarakat yang sehar-harinya bekerja sebagai pengepul Pagpag. Dilansir dari YouTube (you can watch the video here), mereka bisa menghasilkan kurang lebih 100 Peso setiap harinya. Selain itu, menjual dan mengonsumsi Pagpag bisa menghemat kebutuhan hidup mereka yang makin tinggi di Filipina. Untuk risiko lain seperti gangguan kesehatan, itu nomor dua, kata mereka.
"Apa yang kita kerjakan untuk kesejahteraan keluarga, sudah itu saja."
ADVERTISEMENTS
2. Lalu, bagaimanakah proses pengolahan Pagpag ini?
- Daging ayam sisa restoran yang telah dibuang dipungut oleh para pengepul pada pagi hari sebelum jam 3
- Para pengepul ini mengantarkan daging sisa ke masing-masing rumah pengolahan
- Daging ayam diseleksi, dipisahkan dari tulangnya, dicuci dua sampa tiga kali lalu direbus
- Selain diolah sendiri, Pagpag juga dijual ke warung-warung makan dengan harga +- Rp. 7.000
- Jika sudah dimasak, semangkuk Pagpag dijual seharga Rp. 3.000
Gimana menurutmu?
ADVERTISEMENTS
3. Ironisnya, mereka seperti ogah "move-on" dari mengonsumsi Pagpag sebagai makanan pokok
"Di sini, banyak orang meninggal karena sering mengonsumsi Pagpag. Namun, rasanya yang enak dan faktor ekonomi membuat mereka acuh terhadap risiko yang ada."
Salome Degollacion, tetua lahan kumuh di Happy Land, Filipina.
Bisa dibayangkan bukan, bagaimana ironisnya kehidupan masyarakat di sana? Padahal kita tahu, makanan adalah sumber kehidupan, entah bagi masyarakat mampu ataupun yang nggak.
ADVERTISEMENTS
4. Jangan salah, mereka tahu kok kalau daging ayam daur ulang ini mengandung banyak bakteri, seperti salmonella dan patogen
"Salmonella adalah bakteri umum yang menyebabkan infeksi pada manusia, biasanya melalui paparan makanan yang diolah kurang tepat. Contohnya, ayam dan telur yang kurang matang, air yang terkontaminasi dan kontak dengan hewan seperti reptil dan amfibi. Orang-orang dengan sistem imunitas tubuh rendah akan sangat mudah terinfeksi bakteri ini. Bukan hanya diare atau kram perut, salmonella yang telah menyebar dalam darah bisa menyebabkan beberapa infeksi. Infeksi terparahnya adalah terkena osteomielitis, yakni infeksi tulang yang ditandai dengan demam dan rasa nyeri ketika bergerak."
Dikutip dari sehatfresh.com
Nggak heran, kalau masyarakat wilayah kumuh di Filipina banyak yang mengalami penyakit di tiap tahunnya. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak yang notabene memiliki daya tahan tubuh rendah juga berisiko mengidap penyakit mematikan akibat infeksi salmonella.
ADVERTISEMENTS
5. Mungkin, keegoisan pemerintah Filipina dengan melakukan korupsi berkali-kali menjadi penyebab ironi ini
Salah satu penyebab kemiskinan di Filipina adalah tingkat korupsi yang tinggi. Oknum pemerintah Filipina seperti nggak ada habisnya melakukan tindak kejahatan ini, padahal uang negara adalah hak warga-warganya. Imbasnya lagi, kualitas pendidikan dan ketersediaan lapangan pekerjaan makin memburuk. Iya kalau mereka beruntung, bagaimana dengan nasib warga miskin yang sebetulnya bisa diberdayakan sehingga NGGAK PERLU mengonsumsi Pagpag di kehidupan sehari-hari.