Toxic positivity adalah keyakinan atau perasaan bahwa tidakpeduli seberapa buruk situasinya, sangat penting untuk selalu fokus untuk tetap bahagia, positif dan optimis. Ini berbeda dengan sikap optimis yang baik, tapi lebih kepada pandangan positif palsu yang menolak untuk meneria masalah yang yang nyata pada sebuah hubungan, atau permasalahan lainnya.
Padahal, pada dasarnya hidup ini keras dan penuh tantangan. Pada dasarnya banyak hal-hal buruk yang akan terjadi kedepannya. Maka rasa sakit, sedih, kecewa dan marah harus diakui serta tidak bersikap denial. Toxic positivity dapat mengakibatkan hubungan yang tidak sehat, seperti pengolahan rasa stress yang buruk, seseorang menjadi sulit mengungkapkan emosi yang sebenarnya sedang dirasakan, gangguan mental seperti: anxiety disorder, post traumatic disorder (PTSD), dan gangguan mental lainnya.
Padahal dengan mengungkapkan, ataupun memvalidasi perasaan dapat membuat diri ‘waras’, sehat, dan tetap melegakan keadaaan. Lalu bagaimana cara kita mengenali toxic positivity?
Toxic positivity umumnya muncul melalui ucapan. Umumnya seseorang memiliki pemikiran yang positif akan tetapi emosi yang dirasakan sebenarnya negatif. Nah, ada beberapa hal yang menandakan seseorang terjebak didalam toxic positivity anatara lain:
• Menyembunyikan perasaan yang sebanarnya sedang dirasakan
• Terkesan menghindari dan membiarkan masalah
• Merasa bersalah Ketika merasakan dan mengungkapkan emosi negatif.
• Melontarkan kalimat yang menyalahkan orang lain saatmereka tertimpa masalah setiap masalah ada sisi positifnya.
• Sering membandingkan diri dengan orang lain
• Tidak memvalidasi perasaan alami, jika perasaan sedang negatif biasanya kita menolak itu agar terus berfikir positif.
Udah tau tanda-tandanya kan? Nah, berikut ini cara mencegah toxic positivity.
ADVERTISEMENTS
1. Rasakan emosi dan kelola emosi dalam diri
Terkadang emosi negatif yang kita rasakan bukanlah hal yang perlu disangkal. Perasaan emosi, baik yang negatif maupun positif, merupakan hal yang normal dirasakan oleh seseorang. Untuk itu, kamu boleh meluapkan dan mengungkapkan perasaanmu agar tidak terjadi toxic positivity.
ADVERTISEMENTS
2. Coba untuk memahami, bukan menghakimi
Perasaan negatif yang kamu dan orang lain rasakanbiasanya muncul karena berbagai hal salah satunya stress, masalah keluarga, dan gangguan mood. Oleh karena itu, kamu harus mencoba memahamiperasaan tersebut dan temukan cara agar dapat melepaskannya.
ADVERTISEMENTS
3. Hindari membanding-bandingkan masalah
Setiap orang mengalami yang namanya masalah, maka dari itu kamu jangan membandingkan masalahmu dengan orang-orang sekitarmu. Karena, masalahmu mungkin mudah bagi orang lain. Begitu pula orang lain yang merasa mungkin masalahmu mudah untuk mereka hadapi. Maka dari itu, tidak adil rasanya jika kamu membandingkan masalah yang kamu alami dengan orang lain.
ADVERTISEMENTS
4. Gunakan sosial media dengan bijak
Media sosial dapat memperparah toxic positivity. Alangkah baiknya kamu coba mengurangi penggunaannya, singkirkan orang-orang yang selalu membuat postingan yang kurang bermanfaat dan memprovokasi emosimu.
ADVERTISEMENTS
5. Jadilah pendengar yang baik
Belajar menjadi pendengar yang baik. Ketika kamu menjadi pendengar yang baik, kamu akan berusaha memahami bukan menghakimi atau merasa menjadi orang yang paling sedih tentang semua rasa sedih.
Saat seseorang mulai terbuka dan bercerita masalahnya denganmu, hal yang mereka butuhkan adalah didengarkan dengan baik. Maka dari itu, belajarlah menjadi pendengar yang baik agar kamu bisa iku berempati.
Nah, setelah mengetahui ciri-ciri toxic positivity, sekarang kamu tidak boleh melakukan hal tersebut lagi ya! Terapkan juga cara menghindari yang telah dipaparkan di atas. Dengan begitu, kamu dapat terhindar dari sikap ini dan tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain.
Ingatlah bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Tidak perlu menyangkal kesedihan dengan berpura-pura bahagia. Karena kehidupan setiap orang memiliki warna- warninya tersendiri.
Jika kamu terjebak dalam toxic positivity hingga merasa kualitas hidupmu terganggu, maka jangan ragu untuk konsultasi ke psikolog ya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”