Tuntutan hidup gak menutup kemungkinan bisa menimbulkan gangguan psikologis. Baik yang berusia muda, dewasa, maupun lanjut usia, semua bisa aja mengalaminya. Sering kali, kita menutupi semua kecemasan dari tuntutan hidup yang tengah kita rasakan dengan terlihat tenang di luar. Tahukah kamu kalau kondisi ini dikenal dengan istilah duck syndrome?
Istilah duck syndrome pertama kali digunakan di Standford University untuk menggambarkan kondisi seseorang yang tampak tenang meskipun sebenarnya mengalami gangguan kecemasan berat.
Mengambil istilah duck syndrome karena kondisi ini dianalogikan dengan bebek yang sedang berenang. Ketika bebek berenang, bagian atas tubuhnya terlihat sangat tenang, padahal kakinya bergerak-gerak atau berusaha dengan keras saat berenang di bawah air.
Hal ini sama persis dengan orang yang mengalami gangguan kecemasan, tetapi penampilan luarnya tampak tenang.
Untuk lebih dalam membahas duck syndrome, simak obrolan youngontop.com bersama Agata Ika Paskarista, Education and Clinical Child Psychology and TopKarir Klinik Expert, yuk!
ADVERTISEMENTS
1. Duck Syndrome dalam psikologi
Duck syndrome sendiri tidak masuk pada istilah gangguan mental secara formal atau tidak ada diagnosis formalnya dalam psikologi. Namun, duck syndrome lebih mengacu kepada fenomena yang digunakan untuk mendeskripsikan mahasiswa ataupun individu yang beranjak dewasa. Istilah ini pertama kali digunakan di Standford University.
Fenomena ini menjelaskan secara spesifik bagaimana seseorang yang tampak seperti bebek: seolah sangat tenang, tetapi berjuang sangat keras mengayuh kakinya untuk tetap berada di atas permukaan air. Maksudnya, meskipun seseorang terlihat tenang dari luar, secara bersamaan dia juga mengalami kepanikan dalam mencapai tuntutan hidupnya, seperti nilai bagus, lulus cepat, hidup mapan, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENTS
2. Apakah duck syndrome sama dengan quarter life crisis?
Keduanya berbeda. Duck syndrome lebih fokus kepada orang-orang yang disebut dengan duck face atau yang mengemas image mereka. Mereka akan terlihat berhasil di media sosial maupun lingkungannya. Padahal, kenyataannya mereka mengalami frustrasi, kecemasan, keraguan, bahkan kegagalan yang ditutupi.
ADVERTISEMENTS
3. Usia berapa yang rentan mengalami duck syndrome?
Tidak ada spesifikasi umum untuk usia. Namun, duck syndrome biasa dialami oleh mereka yang sedang kuliah, baru lulus, atau menuju masa dewasa yaitu 18 tahun ke atas.
ADVERTISEMENTS
4. Apa yang menyebabkan anak muda rentan mengalami duck syndrome?
Ini adalah pengalaman pertama bagi mereka dalam berpetualang ke dunia yang baru, misalnya kuliah dan harus jauh dari orang tua untuk pertama kali atau tuntutan akademis yang lebih signifikan dibandingkan saat SMA. Beberapa hal ini menjadi penyebab utama anak muda mengalami duck syndrome.
Sebenarnya, tidak ada diagnosis formal untuk menjelaskan kriteria dari gejala yang ditimbulkan duck syndrome. Namun, depresi atau gangguan kecemasan biasanya dikaitkan dengan duck syndrome.
Selain itu, duck syndrome juga dihubungkan dengan sejumlah masalah medis atau bisa juga efek samping dari berbagai obat, paparan obat, atau zat beracun lainnya. Mereka yang mengalami gejala akan merasa tenang, namun secara bersamaan juga berusaha keras untuk bisa mengikuti realitas dan tuntutan yang mereka alami.
ADVERTISEMENTS
5. Apa pemicu seseorang mengalami duck syndrome? Bagaimana cara kita tahu kalau ternyata kita mengalaminya?
Secara umum, pemicunya adalah tuntutan sosial yang tidak sesuai dengan realitas. Sedangkan, pemicu secara psikologis, yaitu adanya depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya. Bisa juga karena pola asuh yang keliru dari orangtua.
Untuk tahu apakah diri kita mengalami duck syndrome dengan observasi diri sendiri apakah yang sedang kita jalani dan tunjukkan pada sosial kita adalah jati diri sendiri atau bukan?
Jangan-jangan, kita sedang membohongi diri sendiri dan lingkungan karena sebenarnya kita sedang mengalami masa sulit dan kecemasan berat. Apakah kita sudah menerima diri kita apa adanya?
Nah, jika sudah merasa ada yang tidak beres dengan diri kita, segera cari bantuan, seperti konselor, psikolog, psikiater atau coba bercerita dengan orang terdekat.
ADVERTISEMENTS
6. Bagaimana cara menghilangkan duck syndrome?
Dibutuhkan diagnosis terlebih dahulu karena seseorang yang mengalami duck syndrome bisa saja mengalami gangguan psikologis lainnya. Lakukan terapi dengan cara mengurangi kondisi medis apa pun yang bisa memperburuk depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.
Kita bisa melakukan terapi gaya hidup, perubahan perilaku, psikoterapi, pemberian obat-obatan untuk menjaga gula darah tetap stabil, dan obat untuk menenangkan emosi yang berat. Selain itu, kita harus berlatih untuk menerima diri sendiri dan melakukan self love. Namun, pastikan kamu konsultasi dulu dengan ahlinya, ya.
Nah, itu dia obrolan youngontop.com tentang duck syndrome bareng Agata Ika Paskarista, Education and Clinical Child Psychology and TopKarir Klinik Expert. Penting untuk belajar menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri untuk mengurangi kecemasan yang kita rasakan.
Yuk, baca artikel seru dan inspiratif lainnya di youngontop.com!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”