Kesempurnaan memang bukan ada di dalam DNA kita tapi mencoba apapun yang dilakukan untuk menjadi lebih baik hingga ke tahap mendekati sempurna bisa menjadi nilai yang patut kita miliki dalam hidup. Bukan ambisius karena tidak ada salahnya bagi kita ingin menghasilkan yang terbaik dan mendorong diri untuk bisa terus berinovasi. Beberapa minggu yang lalu, saya berada di titik jenuh dan merasa lelah. Iya. Manusia ini bisa merasa lelah karena minyak yang tadinya penuh ada di dalam dirinya habis. Kosong dan aktivitas kesehariannya tidak memberikan kesempatan untuk membuatnya terisi dengan optimal. Fase stres dan cuek diarungi hari demi hari tapi saya tahu kalau tidak segera diselesaikan dengan rehat – apapun caranya maka semua itu akan membuat kepala saya pecah.
Dalam sebuah jurnal yang saya isi secara berkala, saya menulis 5 hal yang harus selalu diingatkan kepada diri sendiri agar dapat menerima hidup dengan lapang dada.
ADVERTISEMENTS
1. Awan kelabu tidaklah selamanya
Tiga minggu kemarin merupakan hari-hari dimana awan kelabu selalu menyelimuti. Tidak ada satu hari tanpa kesulitan, rasa marah, atau rasa menjadi seseorang yang gagal. Ini semua reaksi yang normal. Cara memproses hal-hal terjadi dalam hidup kita berbeda-beda. Awan kelabu tadi walau lama sekali bertengger di atas kepala saya akhirnya pelan-pelan menghilang dengan datangnya sinar matahari yang sedikit demi sedikit memancarkan cahayanya. Kok bisa? Tanya ke diri sendiri cara apa yang terbaik.
Apakah dengan marah, menangis, atau melakukan apapun yang dirasa menjadi hal terbaik untuk dapat menghadapi kelabu tersebut. Tak lupa untuk tidak sungkan untuk meminta pertolongan kepada orang lain yang dianggap memiliki kapasitas lebih pantas untuk membantu menghadapi semua itu.
ADVERTISEMENTS
2. Merasa tidak kompeten itu normal asal tidak berlebihan
Jangan salah kalau setiap hari saya bisa bangun lalu bersemangat untuk melakukan sehari-hari. Emosi itu kan seperti ombak yang mungkin bisa keras atau lembut. Tingkat kekerasan dan kelembutannya tentu bisa mempengaruhi keadaan kita hari tersebut.
Tentu kita punya kekuatan untuk memastikan agar emosi kita berada pada tingkat optimal sehingga bisa menghadapi hari tersebut. Sayangnya, ada hari-hari dimana semua yang kita lakukan walau bagaimanapun kita sudah berusaha tapi hasilnya nihil. Merasa tidak kompeten? Tentunya. Merasa ingin berhenti lalu tidak mau menghadapi konsekuensi yang mungkin terjadi dari itu? Pastinya. Saya bukan psikolog atau psikater yang bisa menjawab hal tersebut tetapi saya percaya bahwa memahami adanya perasaan ini dan memprosesnya dengan baik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENTS
3. Banyak orang yang sayang dengan diri kamu
Satu kutipan yang saya baca minggu lalu menyatakan ini: “To everything I've ever lost. Thank you for setting me free.” yang artinya “Terima kasih kepada hal yang telah hilang dalam hidup karena itu membuat saya bebas.” oleh sebuah post yang ditemukan di internet. Kalimat tadi sungguh mempunyai arti yang sangat mendalam karena kita didewasakan oleh hidup.
Baik itu orang terdekat yang akhirnya tidak pernah muncul kembali atau kebiasaan yang harus dihentikan sementara karena keadaan. Semua ini tentu menyedihkan. Siapa sih yang tidak sedih kehilangan sesuatu? Akan tetapi hal-hal yang tidak hilang membuat kita sadar bahwa merekalah adalah cinta yang memberi makna. Tidak dipaksa.
ADVERTISEMENTS
4. Kesehatan mental merupakan prioritas karena ini bentuk sayang kepada diri sendiri
Tidak peduli berapa kali olahraga yang dilakukan dalam setiap minggunya tapi jikalau keadaan mental tidak sehat maka semua itu tidak akan ada artinya. Kok bisa? Saya percaya bahwa mental yang sehat bisa memberikan kapabilitas kita untuk melakukan banyak hal. Menuangkan ide cemerlang, fokus untuk menyelesaikan tugas dengan baik, hingga termotivasi untuk melakukan apapun yang harus diselesaikan.
Awan kelabu tadi sayangnya bisa menjadi hambatan karena kita tidak mampu untuk melihat cahaya. Seperti tanaman yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup ia tidak akan tumbuh dengan baik. Begitupun dengan diri kita. Beranikan diri untuk berhenti sejenak. Tarik napas.
ADVERTISEMENTS
5. Tanya kenapa kamu memulai semua ini?
Simpel ya? Sayang sulit sekali untuk diimplementasikan dalam sehari-hari. Emosi yang tidak karuan membuat kita tidak bisa berpikir secara rasional. Perasaan mendominasi dan memacu kita untuk mengikuti apapun hasrat saat itu. Pastinya.
Kita semua punya proses masing-masing tapi coba untuk tanyakan hal tersebut kepada diri kita sendiri. Is it worth of my time? Is it worth of my effort? If yes, then why stop? If yes, why quit? Ingat poin pertama kalau awan kelabu tidak selamanya akan seperti itu? Better days are coming.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”