“Tak ada kursus singkat untuk menjadi orang tua”
Setuju dengan pernyataan di atas? Saya sih setuju, karena saya sudah merasakannya! Menikah adalah sebuah pilihan, keputusan dan kesepakatan. Semua itu bukan semata menjawab lambe tetangga yang tidak ada habisnya mencampuri kehidupan kita, that’s reality!
Ketika masih kuliah, tetangga bertanya: “Kapan lulus?”
Ketika sudah lulus kuliah, tetangga kembali bertanya: “Kapan kerja?”
Ketika sudah bekerja, tetangga pun bertanya kembali: “Kapan nikah?”
Dan pertanyaan-pertanyaan lain serta selanjutnya yang turun bagai hujan deras di siang bolong. Sungguh syahdu lambe tetangga bukan?
Jengkel? Lumrah, namanya juga manusia. Namun dibalik lambe itu tersimpan perhatian lebih dari si tetangga, dari situ kita justru bisa memperbaiki apa yang kurang dari diri kita. Karena sebaik-baiknya kita, baik bertingkah laku atau apapun itu, ada saja lambe tetangga yang mengumandangkan cuitan. Haters dibutuhkan untuk menjadi populer bukan? Jasa haters pun ‘mahal’, lumayan dapet haters gratisan kan?
ADVERTISEMENTS
1. Pemandangan prioritas adalah wajahnya
Kembali ke urusan menikah. Menikah tak sekadar “I love you” n “You love me”, itu jamannya pacaran dan nge-gombal abis! Selain menyatukan kedua insan, menikah juga menyatukan dua keluarga, sosial, dan budaya. Ketika janji suci diucapkan disertai doa yang terapalkan, di situ adalah awal dimulainya wajah doi adalah pemandangan prioritas.
Dari mata melek sampai mata terpejam, wajah doi yang selalu kamu lihat. Bosan? Menurutku sih enggak, nggak ada bosannya! Selalu saja ada hal yang berbeda pada wajahnya di tiap harinya. Buktikan sendiri!
ADVERTISEMENTS
2. Berpisah atap dari orang tua, pilihan terbaik
Jika telah menikah, sebaiknya berpisah atap dengan orang tua maupun mertua. Bagaimanapun sebuah negara yang telah berdaulat tidak akan bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik jika ada campur tangan dari negara lain. Rasanya keki aja.
Misal sudah punya kesepakatan dengan doi kalau aturan di keluarga kecil yang baru dibina kalian seperti ‘ini-ini-ini’, membacakan pasal-pasal keluarga. Namun pada kenyataannya ’kemerdekaan’ itu diakui secara de facto secara de yure ya orang tua atau mertualah yang berkuasa. Sekadar jadi isapan jempol belaka!
Entah itu nge-kost, ngontrak, menempati rumah pemberian orang tua ataupun menempati rumah sendiri, maka saya ucapkan selamat! Selamat mengatur keluarga kecilmu dengan aturan kalian sendiri. Terlebih jika telah memiliki anak.
Pola asuh dan pendidikan anak dapat diberikan dengan kesepakatan bersama, seperti apa pengasuhan dan penerapan pendidikan kepada si anak.
ADVERTISEMENTS
3. Sharing is caring
Berbagi adalah peduli. Ya, tentu saja! Baik suami, maupun istri, keduanya sama-sama bekerja. Suami wajib mencarikan nafkah untuk istri dan anak, sedangkan istri membantu mencukupi kebutuhan keluarga.
Jangan salah, ketika seorang istri menyandang gelar pekerjaan: IRT (Ibu Rumah Tangga), hal tersebut bukan semata bahwa “oh istrimu di rumah ya, gak kerja”. Sini bung! Mengurus rumah, dari mulai menyiapkan keperluan suami yang akan berangkat kerja, merapikan rumah, mencuci, menyapu, mengepel, dan pekerjaan-pekerjaan lain, itu bukan pekerjaan??? Pekerjaan rumah tidak ada habisnya bung, serius!
Kami, bukan penganut sistem feodal. Di mana seorang suami harus dilayani bak raja. Makan diambilkan, disuapi, bahkan sampai dikunyahkan dan ditelankan, bukan yang seperti itu. Kami harus peka dan tahu porsi masing-masing. Semisal istri sudah memasakkan dan saya merasa lapar, saya mengambil makan sendiri, kecuali istri menawari ya, namanya juga istri berbakti hehehe.
Begitu pun untuk pekerjaan rumah, jika saya selo dan kiranya istri kerepotan, saya turut andil dalam pekerjaan rumah. Baik itu mencuci pakaian, cuci piring, menyapu, mengepel, mengasuh anak, menyuapi anak, dan masih banyak lagi. Banyak bukan pekerjaan rumah itu?
ADVERTISEMENTS
4. Pilih atau tidak sama sekali
Semuanya itu tak akan kita dapatkan di bangku pendidikan mana pun. Bahkan di bangku perkuliahan yang mahal sekalipun. Tak ada kursus singkat untuk menjadi orang tua. Cara terbaik adalah learning by doing. Perbanyak ilmu dan wawasan mengenai parenting.
Mulai dari baca-baca artikel parenting bahkan hingga mengikuti seminar-seminar parenting. Semua tinggal mau tidaknya kita menjadi orang tua. Karena menikah dan menjadi orang tua adalah pilihan.
ADVERTISEMENTS
5. Writing is healing
Menuliskan pengalaman ataupun tips seperti saya, itu juga pilihan. Di saat kita tak bisa bercerita melalui lisan, kita bisa menuangkannya lewat tulisan. Percayalah, bahwa writing is healing. Mau ikuti jejakku? #SemuaBisaJadiPenulis
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”