Buku ini merupakan karya seorang sejarawan dan Profesor muda di Universitas Hebrew asal Israel Yuval Noah Harari,dan merupakan buku sekuel kedua dari buku pertama yang terbit berjudul Sapiens–A Brief History Of Humandkind (2014). Karya Harari ini mendapat apresiasi dari beberapa tokoh seperti Obama, Bill Gates, Mark Zuckerberg,serta Siddarta Mukherjee,peraih Pulitzer Prize. Harrari juga dinobatkan sebagai penulis buku terlaris di New York Times berkat karya-karyanya.
Berbeda dengan buku sebelumnya, dalam buku ini pun Harrari menelusuk kehidupan manusia abad modern dengan mengumpulkan banyak temuan dan hasil penelitian di berbagai ilmu dan menyatukannya menjadi suatu sudut pandang yang tak diduga serta diselingi oleh bahasa yang benar-benar jelas dan mudah dipahami untuk memperlihatkan tentang masa depan dunia modern yang cukup kelam. Berikut ini beberapa hal yang dibahas dalam buku Homo Deus–A Brief History Of Tommorow Karya Yuval Noah Harrari:
ADVERTISEMENTS
1. Manusia melawan kelaparan, wabah dan perang
Selama ratusan tahun lalu manusia melihat kelaparan, perang dan penyakit adalah sebuah hal yang dirasa mengganggu eksistensi manusia serta masalah yang menyibukan pikiran orang China abad-20, orang India abad pertengahan, serta orang Mesir kuno. Tiga masalah tersebut seakan-akan menghantui hidup manusia sehingga manusia mulai mencari jalan keluar serta inovasi-inovasi yang dibangun atas penelitian yang panjang untuk menghadapi wabah, perang, dan penyakit. Tetapi melihat beberapa dekade terakhir ini kita seakan-akan terbangun dari mimpi melihat kemajuan teknologi yang dirumuskan untuk memecahkan problem-problem kehidupan.
”Perkembangan teknologi, ekonomi, politik telah menciptakan jaring pengaman yang semakin kuat untuk memisahkan umat manusia dari garis kemelaratan biologis”,ujar Harrari.
Wabah sendiri juga sama bahayanya dengan kelaparan dan perang namun tahun berganti tahun. Para ahli farmasi serta para dokter mulai mengakumulasi ilmu pengetahuan dengan harapan merancang pengobatan dan perawatan yang lebih baik lagi agar bisa mencegah virus baru yang berdatangan sambil belajar melihat sejarah wabah yang paling terkenal seperti Maut Hitam (1330), Cacar (1520) dan Flu Spanyol (1918).
Menurut Harrari kelaparan,wabah dan perang mungkin masih akan terus menelan korban pada beberapa dekade mendatang. Namun,semua itu bukan lagi tragedi yang bisa dielakkan di luar pemahaman dan kendali manusia yang tak berdaya. Kini semua itu telah menjadi tantangan-tantangan yang bisa dikelola.
ADVERTISEMENTS
2. Hadirnya Artificial Intelligent
Dalam beberapa abad terakhir ini dunia merupakan sebuah panggung pertunjukan besar dimana manusia mulai mengendalikan bumi dengan inovasi-inovasi teknologi dengan sistem algoritma yang memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Artificial Intelligent sendiri merupakan sebuah program kecerdasan tanpa kesadaran yang diciptakan oleh manusia.
Pada masa lalu banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia, namun sekarang robot dan komputer semakin pintar dan bisa mengungguli manusia dalam sebagian besar urusan pekerjaan.
“Sampai hari ini, kecerdasan tinggi selalu berjalan dengan kemajuan kesadaran. Hanya makhluk-makhluk sadar yang bisa melakukan tugas yang membutuhkan banyak kecerdasan, seperti bermain catur, menyetir mobil, mendiagnosis pasien. Namun, kita sekarang sedang mengembangkan jenis-jenis baru kecerdasan non-kesadaran yang bisa menjalankan tugas-tugas semacam itu jauh lebih bagus dari manusia. Karena semua tugas ini berbasis pengenalan pola dan algoritma non-kesadaran mungkin segera mengungguli kesadaran manusia dalam mengenal pola-pola”,Ujar Harari
AI sekarang sedang dicanangkan untuk mengubah kehidupan sebagian besar umat manusia. Seperti Watsonya-IBM yang terkenal merupakan sebuah kecerdasan artifisial yang menang dalam acara permainan televisi mengalahkan manusia yang sebelumnya juara. AlphaGo merupakan keceradasan artifisial yang diciptakan Google untuk bermain Go, sebuah permainan papan strategi China kuno yang memiliki kerumitan jauh diluar jangkauan program AI dan AlphaGo mampu mengalahkan Juara Go Korea Selatan, Lee Sedol. AlphaGo mampu menggulung Lee 4-1 dengan langkah-langkah yang tak lazim dan mencengangkan banyak ahli. Inilah bukti kepintaran tanpa kecerdasan Artifisial Intelligent dengan algoritma yang pada suatu waktu akan menguasai bumi serta populasi di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
3. Kekuatan Manusia-Manusia Cyborg
Seperti yang kita lihat di film-film fiksi, kecanggihan teknologi mampu memanipulasi organ-organ, emosi dan intelegensia kita dengan sistem komputer yang terhubung bersama sistem syaraf dari otak.
Rekayasa Cyborg seperti melangkah jauh di depan,dengan memiliki kemampuan yang melampaui batas tubuh organik manapun.
Kemampuan robotik dalam menganalisis data yang dikirim oleh otak ini mampu meningkatkan kekuatan melebihi daya manusia biasa. Ini terdengar seperti fiksi sains namun inilah yang sekarang telah terjadi di dunia.Belum lama ini ahli-ahli yang mengembangkan program Cyborg, telah menciptakan tangan serta kaki bionik,melalui elektroda yang ditanam di otak.
“Meningkatkan manusia menjadi Tuhan mungkin akan menempuh satu dari tiga jalan ini: rekayasa biologis,rekayasa cyborg dan rekayasa benda-benda non-organik”, ujar Harrari.
ADVERTISEMENTS
4. Apa yang Dicari Manusia Sekarang?
Setelah mampu mengatasi masalah kelaparan, wabah, dan perang, sasaran selanjutnya dari tujuan utama manusia adalah Imortalitas, Kebahagiaan, dan Keilahian.
Perjuangan melawan usia tua dengan program Immortalitas di abad ke-21 ini, merupakan hal serius yang diupayakan oleh manusia. Ahli-ahli di laboratorium sedang merumuskan bagaimana seseorang bisa menjadi immortal di kehidupan mortal yang tak lekang dari kematian, karena mereka memandang bahwa kematian bukan sesuatu hal yang harus disangkutpautkan dengan ideologi-ideologi agama tetapi tentang kesalahan teknik di tubuh manusia yang dapat diperbaiki oleh teknologi dan robot-robot nano.
Sasaran kedua adalah Kebahagiaan, seseorang manusia dalam hidup pasti selalu membutukan kesenangan agar keinginan emosional mereka terpenuhi, dengan begitu mulai banyak teknologi serta sarana yang diciptakan untuk memenuhi kebahagiaan seseorang seperti, video game, makan enak, asuransi kesehatan, hadiah menang lotre, dan sosial media yang membuat manusia tergiur dan mencapai ketidakpuasan. Tetapi menurut Buddha pencarian sensasi-sensai kebahagiaan sesungguhnya adalah akar dari penderitaan,dan menurut sains kehidupan, kebahagiaan dan penderitaan tidak lain adalah ragam keseimbangan sensasi-sensasi ragawi. Dengan beberapa hal yang didapat dari pandangan Buddha tentang kebahagiaan ini memiliki banyak kesesuaian dengan pandangan biokimiawi dan sains kehidupan.
“Diperlukan untuk mengubah biokimia kita dan merekayasa ulang tubuh dan pikiran kita sehingga kita akan bekerja untuk itu. Anda mungkin berdebat tentang baik atau buruk, tetapi tampaknya proyek besar kedua abad-21 adalah memastikan kebahagiaan global, yang akan melibatkan rekayasa ulang Homo Sapiens sehingga ia bisa menikmati kesenangan abadi”, ujar Harrari.
Yang terakhir adalah Keilahian, seperti immortalitas, manusia akan menjadi dewa yang akan menguasai bumi dengan mengembangkan teknologi seraya menciptakan manusia-manusia super yang bergerak melampaui batas kemanusiaan, bersekutu bersama robot-robot nano, kecerdasan Artifial, dan pengembangan antarmuka-antarmuka komputer otak yang akan duduk berdampingan dengan individu-individu lain. Pertanyaannya apakah manusia akan kerjasama dengan mereka atau mencoba melawan sistem?
ADVERTISEMENTS
5. Data dan Algoritma
Data menjadi sebuah sumber energi yang kuat untuk memegang kekuasaan dunia. Manusia berevolusi berjuta-juta tahun lalu berdasarkan algoritma sesuai hukum alam untuk bekerja memproses data yang diterima di realita. Dalam perjalanan sejarah manusia menciptakan jaringan global serta mengevaluasi segalanya menurut data yang mereka terima. Bagi para politisi, pebisnis dan konsumen biasa, data menawarkan teknologi pendobrak dan banyak kekuatan baru. Maka dari itu munculnya dogma Dataisme yang diperbincangkan beberapa abad terakhir ini.
”Dalam proses itu, Dataisme membalikkan piramida belajar tradisional. Sampai hari ini, data dipandang sebagai langkah pertama dalam rantai panjang aktivitas intelektual. Manusia diharuskan menyaring data menjadi informasi, informasi menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi kebijaksanaan”,ujar Harari
Namun menurut Harari, Dataisme meyakini bahwa manusia tidak bisa lagi menangani aliran besar data sehingga mereka tidak bisa lagi menyaring data menjadi informasi, apalagi menjadi pengetahuan atau kebijaksanaan. Karena itu tugas pemeriksaan data harus dipercayakan pada algoritma-algoritma elektronik yang kapasitasnya jauh melampaui kapasitas otak manusia. Maka dari itu munculah banyak teknologi-teknologi pemrosesan data seperti internet yang dengan cepat kita bisa saling berbagi data secara elektronik dengan jumlah yang banyak ke seluruh penjuru dunia. Di abad ke-21 ini internet mungkin akan segera menciptakan aliran data besar dan cepat semacam itu yang bahkan algoritma-algoritma manusia yang telah berevolusi tidak akan mampu menanganinya.
“Ketika mobil menggantikan kereta-kereta yang ditarik kuda, kita tidak memperbaharui kudanya-kita memensiunkan mereka. Mungkin kinilah saatnya melakukan hal yang sama pada Homo Sapiens”, kutip Harari
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”