Pada Desember 2017 di saat saya hamil 5 bulan, saya sadar bahwa tahun 2018 bukan tahun yang bisa mudah dilewati. Hal itu karena saya memiliki banyak goals, yaitu berusaha lulus menjadi psikolog sebelum melahirkan dan otomatis bisa mengakhiri derita LDM serta melahirkan dengan sehat dan selamat.
Sekilas memang goals saya tidak terlalu “bombastis” seperti orang-orang lain, tapi percayalah untuk bisa mewujudkannya saya harus mengepush diri semaksimal mungkin. Saya juga sempat berpikir untuk menyerah menyelesaikan tesis sebelum melahirkan di usia kehamilan 36 minggu karena rasanya badan sudah lelah ditambah karena saya kos sendirian di Bandung jauh dari keluarga di Solo dan suami di Bangka Belitung, sehingga saya dituntut benar-benar mandiri dalam melewati masa kehamilan. Namun pada akhirnya saya menemukan meaning of life yang membuat saya bisa menge-push diri hingga batas akhir.
Pada tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman pencapaian saya di tahun 2018. Saya akan membagikan juga tips bagaimana cara saya melakukannya.
ADVERTISEMENTS
1. Percayalah Kalau Anak Lebih Kuat dari Ibunya, Menjadi Psikolog di Usia Kehamilan 38 Minggu
Saya memahami bahwa menjadi new mom sambil kuliah dan kos adalah hal yang berat. Bisa jadi waktu kelulusan saya akan lebih lama karena mengurus anak. Di sisi lain, saya paling khawatir kualitas pengasuhan saya akan kurang maksimal jika melakukannya sambil kuliah dan kost. Oleh sebab itu saya harus bisa menyelesaikan studi S2 sebelum melahirkan.
Walaupun demikian, ternyata tantangannya luar biasa! Dimulai dari kondisi fisik yang sudah lelah, mobilitas terbatas, belum lagi masalah teknis seperti dosen sulit dihubungi, subjek penelitian yang susah didapatkan, dan sebagainya.
Hingga akhirnya saya sempat akan menyerah di usia kehamilan 36 minggu, namun saya kembali ingat bagaimana keinginan saya untuk bisa memberikan kualitas pengasuhan terbaik bagi anak saya kelak dan akhirnya saya kembali berjuang untuk bisa lulus sebelum melahirkan.
Saat kita merasa lelah dan menyerah coba ingat lagi MENGAPA kita mengejar impian itu. Alasan itulah yang membuat kita kembali berjuang dan mempertahankan usaha kita. Saat saya akan menyerah waktu itu, saya hanya berpikir tubuh saya sudah lelah, saya takut bisa melahirkan di tempat dimana tidak ada orang yang bisa menolong saya karena waktu itu sering sekali bolak-balik luar kota sendirian via travel, pesawat, kereta api. Namun, saya akhirnya menyadari bahwa ANAK LEBIH KUAT dari ibunya. Terbukti dari ternyata kandungan saya kuat, padahal saya merasa sangat lelah. Anakku kuat, jadi untuk apa aku menyerah demi bisa memberikan perawatan terbaik untuknya kelak?
Saat saya akhirnya bisa lulus dan menjadi psikolog seperti cita-cita semenjak SMP di usia kehamilan 38 minggu rasanya sungguh LUAR BIASA. Satu hal yang saya pelajari adalah mengalahkan rasa takut, cemas, dan pikiran negatif lainnya sungguh hal yang TIDAK MUSTAHIL untuk dilakukan.
ADVERTISEMENTS
2. Sadarilah Bahwa Mungkin Bukan Kegagalan tapi Keberhasilan Lewat Cara Lain, Menjadi Ibu Lewat Persalinan Operasi Caesar Setelah Impian Persalinan Normal Harus Kandas
Percayalah bahwa menjadi Ibu juga merupakan suatu tantangan yang TIDAK MUDAH. Saya memiliki impian bisa melahirkan normal, namun ternyata saya harus operasi caesar setelah gagal dilakukan upaya induksi 2X. Sekali lagi #ManusiaBolehBerencana, namun kita tidak bisa mengendalikan lingkungan dan takdir Tuhan.
Saat saya menyadari impian melahirkan normal harus kandas, saya pun ikhlas demi melihat anak bisa lahir dengan sehat dan selamat. Segala upaya dokter dengan induksi 2X tidak membuahkan hasil dan saya telah berusaha untuk berjalan, melakukan posisi jongkok-berdiri berulang kali, hingga mengepel dengan tangan demi bisa melahirkan normal.
Jadi, apa yang harus kita pahami saat rencana kita gagal terlaksana dengan baik? Sekali lagi sadari MENGAPA impian kita harus gagal. Saat alasan itu memang demi kebaikan yang lain (dalam kasus saya demi menyelamatkan anak karena kondisi sudah melebihi HPL dan kondisi plasenta mulai pengapuran serta air ketuban keruh), maka impian itu BUKAN gagal tapi berhasil dengan cara yang lain.
Namun saat alasan itu tidak demi kebaikan yang lain, maka evaluasi lagi dan buat perencanaan lain.
ADVERTISEMENTS
3. Selalu ada Pengorbanan untuk Keluar dari Comfort Zone, Bebas dari Derita LDM!
Saya dan suami terlebih dahulu berpacaran selama 9 tahun sebelum memutuskan menikah. Dua tahun terakhir, kami menjalani LDR karena suami bekerja di Bangka Belitung dan saya harus kuliah di Bandung. Setelah menikah kami pun LDM hingga saya melahirkan dan harus menunggu anak berusia 4 bulan untuk bisa aman dibawa naik pesawat.
Selama LDM dengan kondisi saya hamil, ditemani suami kontrol rutin ke dokter kandungan bisa dihitung dengan jari. Selain itu, saya pun dilarang manja selama hamil karena kemana-mana harus bisa sendiri. Tapi, saya percaya LDM pasti akan berakhir dan memang berakhir dengan banyak pengorbanan. Salah satunya adalah hidup jauh dari keluarga dan teman. Out from my comfort zone!
Jadi, poinnya adalah terkadang kita memang harus berkorban, no pain no gain is definitely true! Saat kita dewasa memang sudah selayaknya bisa memutuskan pilihan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan itu.
ADVERTISEMENTS
4. Menemukan MEANING OF LIFE!
Konsep Meaning of Life diperkenalkan oleh tokoh Victor Frankl yang merujuk pada makna hidup. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi individu, sehingga layak untuk dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life) (Bastaman: 2007).
Kebetulan tesis saya mengenai makna hidup dan berkat itu saya menjadi sadar apa makna hidup saya. Saya akhirnya menyadari apa yang membuat saya tidak menyerah dan berani mengambil banyak risiko untuk melanjutkan kuliah sembari hamil. Ya, saya melakukannya demi anak. My experiental values!
Makna hidup ada 3, yaitu creative values, experiental values, dan attitudinal values. Makna hidup dapat dicapai dengan menunjukkan tindakan yang berkomitmen untuk menghadapi tantangan dalam hidupnya. Hal tersebut dilakukan seseorang saat dirinya merealisasikan nilai-nilai kreatif (creative values) dalam wujud pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga memberikan makna pada hidupnya.
Selain itu, makna hidup juga terdapat pada nilai-nilai eksperiensial (experiential values), yaitu bagaimana individu menerima atau menyerahkan diri kepada dunia (kehidupan) termasuk menghayati kasih sayang, cinta, agama (Koeswara: 1992).
Makna hidup juga dapat diperoleh dari nilai-nilai bersikap (attitudinal values), yaitu menerima dengan tabah, sabar, dan keberanian atas segala bentuk penderitaan yag tidak mungkin terelakkan lagi (Bastaman: 2007).
ADVERTISEMENTS
5. Berlatih Sabar
Ini adalah hal yang sampai saat ini masih harus saya latih. Saya sadar bahwa sabar juga tidak kalah penting dalam pencapaian-pencapaian yang kita buat selama ini.
Saat kita sudah memiliki rencana matang, kita yakin melakukannya, namun jika kita tidak melakukannya dengan tekun dan sabar maka saat kegagalan datang atau menemui halangan maka rencana itu bisa bubar jalan.
Mengapa? Karena mental kita TIDAK SABAR. Kita tidak menyadari bahwa MEMANG perlu waktu untuk berhasil dan halangan akan selalu ada. So, skill sabar harus dan kudu dilatih mulai dari sekarang.
Berdasarkan pengalaman saya tersebut, semoga bisa memberikan inspirasi dan manfaat untuk pembaca. Ingat bahwa #ManusiaBolehBerencana! Jadi, selama ide, impian, harapan itu ada maka kita tinggal menggerakkan seluruh sumber daya kita untuk merealisasikan rencana-rencana itu.
Satu hal, bisa jadi saat kegagalan itu datang maka bukan gagal sepenuhnya namun bisa jadi keberhasilan dengan cara lain. Selamat merayakan pencapaianmu! Jangan sampai lupa untuk membahagiakan dirimu sendiri ya atas pencapaian-pencapaianmu selama ini karena saat kita memiliki “self love”, kita bisa lebih optimal dalam melakukan rencana-rencana kita dan memberikan manfaat serta kebahagiaan bagi orang lain. So, BE HAPPY!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”