Judul di atas memang berasa sepele dibaca ketika sepasang kekasih atau sejoli sudah memantapkan diri di dalam hubungan, apalagi yang sudah rumah tangga. Mereka pasti akan menertawakan artikel ini dengan respon "Been there done that" atau "Yeee selamet yee….rasakan kegalauannya!" atau malah justru menertawakannya.
Tenang, kita yang masih galau antara nyaman atau komitmen nggak sendirian kok. Masih banyak pasangan-pasangan nggak jelas yang ada di muka bumi ini yang mempertanyakan hal yang sama. Apa sih yang kita lakukan sekarang? Buat apa sih perjalanan kita sekarang ini? Mau di bawa kemana hubungan ini.
Awalnya, setiap pasangan pasti ingin menemukan kenyamanan dulu untuk bisa melanjutkan hubungannya ke tahap serius, ya kan? Gimana nggak? Karena kenyamanan itu adalah kunci dari segalanya. Kita bisa bebas berekspresi dan bebas menjadi diri sendiri yang diterima oleh pasangan kita tanpa embel-embel yang mendasar.
Berpura-pura menjadi orang lain untuk mendapat perhatiannya sungguh tidak enak. Seperti meme iklan "Apakah aku harus jadi Ind*mie dulu untuk bisa jadi seleramu?" nggak gitu juga kan? Kenyamanan adalah kunci dari sepasang insan untuk bisa berkomunikasi dengan baik, tidak saling berbohong, saling melengkapi, saling memberi support dan saling menjaga satu sama lain.
Seseorang yang sudah nyaman dengan seseorang pastinya akan rela melakukan apapun deminya. Apapun, tanpa terkecuali. Seseorang yang sudah dalam tahap nyaman pasti akan selalu ingin berada di samping pasangannya. Selalu ingin berbagi dan terlebih ingin mendapat perlindungan tentunya, baik pria maupun wanita.
Untuk mendapatkan kenyamanan, saya jamin pasti butuh proses. Entah lama, entah sebentar. Semua tergantung. Tergantung dari bagaimana kita bersama pasangan menjalaninya. Ada yang memberi respon baik, ada yang bertepuk sebelah tangan. Semua itu tergantung rasa dan hati yang menjalaninya. Dan proses itu yang kadang bikin kita jadi baper (istilah jaman sekarang).
Giliran sudah ada perasaan, entah belum sampe ujung, nggak taunya si gebetan entah gone kemana! Yang jelas, proses yang dijalani juga nggak bisa sembarangan. Dan saya yakin banget, dalam melakukan proses perasaan itu sudah pasti ada untuk masuk ke dalam zona kenyamanan.
Ketika kita sudah ada di zona nyaman itu, apa selanjutnya? Gitu aja terus sampe kapan?
Saya yakin, mayoritas yang menanyakan kelanjutan hubungan dari rasa nyaman adalah kaum hawa. "Mau gimana nih kelanjutaanya?" Kemudian muncullah kalimat pertanyaan mematikan bagi lawan pasangan jika rasa nyaman sudah melanda, "Mana nih komitmennya?"
Kebanyakan dari cerita sana sini, menginjak hubungan yang berkomitmen itu adalah ZONK! Ada yang malah kabur diajak komitmen, ada yang malah mutusin hubungan tengah jalan. Bahkan ada yang gone gitu aja.
Ada kegalauan yang sangat mendasar yang dialami oleh manusia-manusia berperasaan yang sedang diambang keputus-asaan ini hubungan mau dibawa kemana? Apakah hanya sampai ditahap nyaman? Or lanjut ke hubungan yang lebih serius. Ini yang saya rasa banyak dialami oleh pasangan jaman sekarang. Rasa ketakutan iya atau tidaknya dalam melanjutkan hubungan. Kira-kira, apa sih yang menjadi kegalauan dalam melanjutkan hubungan nyaman jadi komitmen? Berikut asumsi saya!
ADVERTISEMENTS
1. 1. Belum siap
Belum siap dalam arti kata, ketika kita sudah komitmen dengan seseorang, kebebasan kita terbatas. Waktu sudah terbagi, banyak hal yang akan berubah. Seperti waktu bermain dengan teman berkurang, waktu bersama keluarga berkurang, waktu mengerjakan hobi tidak ada, dan sebagainya.
Padahal, belum tentu demikian, pastinya setelah melewati proses nyaman, tentu akan datang yang namanya pengertian. Ketika semua hal keraguan tersebut dikomunikasikan dengan pasangan, pasti ada jalan keluarnya. Jadi ga perlu khawatir.
ADVERTISEMENTS
2. 2. Belum yakin
Ini yang bahaya menurut saya. Ketidakyakinan ini kadang muncul disaat proses nyaman sudah ada. Saya juga nggak tahu gimana atau solusi yang tepat untuk bisa mematahkan rasa ketidakyakinan ini. Tapi, seharusnya, ketika seseorang sudah mau berproses nyaman, hendaknya dia sudah memiliki rasa yakin setidaknya 60% ke atas.
Kalo tidak, ngapain buang waktu dan buang energi untuk melewati proses nyaman. Mungkin, rasa yakin yang tadinya ada tiba-tiba drop karena ada pihak ketiga, diantaranya bisa jadi hasutan teman, tidak setujunya orang tua, atau bahkan hal hal lain di luar dugaan yang harus kita mengerti. Dan sebaiknya di komunikasikan apa yang membuat jadi drop. Dan usaha yang paling tepat adalah banyak berdoa.
ADVERTISEMENTS
3. 3. Super egois
Sifat ini kadang secara tidak sadar ada dalam diri setiap individu. Egois. Tapi kadang, demi pasangan kita tercinta, sudah sewajarnya kita menurunkan level keegoisan kita. Kembali lagi ke rasa pengertian, ketika kita sudah yakin dan mantap dengan pasangan. Secara otomatis, egois kita akan turun ke level terendah.
ADVERTISEMENTS
4. 4. Bingung dengan definisi cinta yang sebenarnya
Apa ya sebenarnya cinta itu? Banyak orang mengartikan beda-beda, karena balik lagi ke dalam perjalanan cinta sebelumnya atau prinsip dari perihal cinta itu sendiri. Ketika sudah nyaman, apakah nyaman ini adalah cinta yang sebenarnya?
ADVERTISEMENTS
5. 5. Ketakutan
Rasa ini adalah rasa yang paling dominan. Ketika kita lanjut menjadi komitmen, tiba-tiba di tengah jalan harus putus dan jalan sendiri-sendiri. Rasanya nggak kuasa untuk bisa bangkit dan move on seperti sedia kala dulu. Putus cinta atau gagal berkomitmen itu sama saja rasanya mati suri. Nggak enak mau ngapa-ngapain setelahnya. Kepikiran, penyesalan, marah tak berkesudahan.
So, dimanakah posisi kamu saat ini, masih ada dalam tahap level kenyamanan? Atau sudah mantap untuk melanjutkan hubungan yang berkomitmen?
Selamat bagi kamu yang sudah lulus dalam tahap komitmen. Sebarkan hal positif ke teman-teman yang masih galau. Buat yang masih galau, jangan menyerah ya! Be positive dan selalu optimis.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”