Di Indonesia, saat kamu mencapai umur yang dianggap sudah pantas menikah, pertanyaan yang datang akan senantiasa seragam. Terlebih saat diharuskan menghadiri undangan resepsi pernikahan a.k.a kondangan. Rentetan pertanyaan seragam, yang intinya sama bisa jadi alasan yang cukup kuat untuk membuat kamu absen atau paling tidak reses dari dunia per-kondang-kondangan.
Pemerintah memang sudah menetapkan batas minimal usia untuk menikah. Tapi pemerintah masih belum menentukan batas usia maksimal untuk menikah, kan? Atau aku yang belum tahu? Entahlah! Yang pasti, urusan jodoh-nikah-kawin (lantas punya anak), rasanya terlalu personal untuk dijadikan sebagai bahan basa-basi.
Gini aja, yah! Bukannya mau apatis. Tapi memang secara logika, tidak akan ada korelasi signifikan jika nanti orang-yang-belum-kawin-dan-selalu-ditanya-kapan-kawin-itu akhirnya menikah. Apa iya mereka-yang-hobi-nya-basa-basi-nanya-kapan-kawin-entah-karena-alasan-apa bakal menerima reward? Nggak, kan? Boro-boro reward! Rasanya pengen banget bikin daftar siapa saja orang yang biasa dan punya potensi menanyakan kapan nikah ke over25-and-still-single. Ini dia daftarnya:
Buat jenis yang satu ini, kemungkinannya banyak banget. Bisa aja mereka yang dulunya satu TK, SD, atau SMP sama. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat bertemu dengan kita (the over 25 and still single). Pertanyaan pertama yang keluar adalah “kapan nikah”? Bisa jadi mereka sudah nikah duluan atau nggak mau ditanya kapan-nikah duluan sama kita. Entahlah. Yang pasti, mereka adalah tipe pertama yang harus dihindari saat dateng ke kondangan.
<>2. Saudara jauh yang baru married.>Cukup ketemu sekali, berpapasan mata, senyum, lalu melenggang ngantri ke Gubuk Siomay.
Sadar atau nggak, kita hidup dalam lingkaran keluarga yang besar. Terlepas dari berapa banyak saudara dari ayah dan ibu, yang pasti ada aja family yang kita nggak kenal. Nah, pas kondangan biasanya nasib itu muncul. Lazimnya dimulai dengan kalimat pembuka “Eh, ini anaknya Om ini kan? Papa kamu sehat?” Lalu sekonyong-konyong terlepaslah pertanyaan pamungkas. “Kok sendirian? Nikah itu enak, lho! Kapan nyusul kayak saya dan istri?”
Pengen rasanya mendadak hilang ke Jonggol, lalu mendarat tentatif ke Bekasi kalo udah ditembak macem gitu.
Pertama nih, ya. Aku nggak kenal-kenal amat sama kamu. Kita juga ketemunya paling sering setahun sekali, pas Lebaran. Itu juga kalo sempet. Nah ini, bisa-bisanya kasih informasi kalo nikah itu enak dan bandingin seleraku sama dia. Bah!
<>3. Orangtua-orangtua itu deh!>Usagi Tsukino aja nggak gitu-gitu amat, Mas!
Biasanya sih, paling cuma ketemu satu kali pas kondangan. Saat bersalaman di pelaminan. Tapi beda ceritanya kalau orangtua mempelai sudah kenal. Saat ucapan selamat darimu dibalas dengan pernyataan, “Ayo, dong! Cepet nyusul!”, saat itu juga senyum getir terbit.
Kamu paling cuma bisa bilang, “Iya, Om, Tante. Mudah-mudahan secepatnya. Sekali lagi selamat ya, Om, Tante.”
Hal paling bener yang bisa dilakuin saat itu adalah menanggapi itu sebagai doa tulus. Karena sungguh, sangat tidak layak untuk bersitegang dengan orangtua mempelai di hari pernikahan putera-puteri mereka. Tersenyum dan menghilanglah dari pandangan mereka selama pesta berlangsung. Itu adalah saran paling baik!
<>4. Rakyat jelata>Untuk jenis yang ini, sih bisa aja masuk ke kategori pertama. Tapi kasusnya mungkin sedikit dimodifikasi. Misalnya, karena sudah saking lamanya nggak ketemu. Mengingat betapa populernya kamu pas sekolah dulu, selalu ada aja temen-temen lama yang tiba-tiba muncul dari negeri antah-berantah.
Mereka yang mukanya aja nggak kamu inget, apalagi namanya. Mereka yang dengan ringan dan akrab menyapa, tanpa tedeng aling-aling mengenalkan pasangan yang dijinjingnya seraya bertanya, “Kamu sendirian? Aku tahun depan, nih. Mudah-mudahan. Doain lancar, ya! Ayolah, Aku tunggu juga undangan dari kamu, Sob!”
Wait! “Sob”? Sober maksudnya? First thing first, I don’t even know who the heck are you. Kalo udah kaya gini situasinya, jangan komentar apa-apa. Tersenyum dan tinggalkan mereka dengan elegan.
<>5. Pacar barunya (or worse, CALONNYA) mantan.>Duh! Kalo udah ngomongin yang satu ini, kayaknya situasinya bakal lebih penuh dengan marabahaya deh! Tapi kemungkinan terburuk selalu punya peluang untuk tetap terjadi, kan? Okelah! Kita anggap ini adalah kemungkinan paling buruk.
Saat kamu udah susah payah mengabaikan kehadiran mereka berdua di tengah pesta, entah karena gebetan barunya lebih kece atau malah sebaliknya, namanya kumpul di satu tempat yang sama kan mungkin aja, kan?
Lalu terlontarlah pertanyaan nista itu. Setelah basa-basi memperkenalkan gebetan barunya-yang-sumpah-nggak-seberapa-cakepnya-itu, bukannya malah malu sama mukanya sendiri yang nggak pantes buat dibanggain, si gebetan-cecunguk itu malah nanya: “Kamu gimana, Bro? Nikahlah buruan! Keburu jadi bubur tuh kelamaan!” sambil diiringi tawanya yang bikin eneg satu kelurahan.
Yang harus kamu lakuin? ISTIGHFAR!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Agung W Hadinata Ehm, mungkin bisa jadi referensi.. sebelum ada pihak ke 6 yang bertanya. :3
Menghindar, trus aja menghindar. Hahaha
The only problem solving for this, ya nikah ! Haha
#lol
buakkakkkkkkk hahahahahha…..